EMPTY
Part 1
"Za,lo tau ga?hari ini gw sebenernya tu bahagiaa banget .Lo tau kenapa?itu karna presentasi gw bagus,pujian dari dosen,dan dapet tepuk tangan dari semua anak anak .Tapi kenapa lo ga kasih gw ucapan selamat si za ,emang lo ga bangga ya dengan pencapaian seorang Deren Hanantara pacar lo yg paling ganteng ini "itulah yang hampir setiap hari Deren ucapkan di tepi danau dengan senyum kecut yang menghias wajahnya,sesekali jemarinya melempar beberapa kerikil tak bersalah ke tengah danau.
Deren meraih sebuah gitar yang di bawanya dan mulai memetiknya.Saat saat seperti inilah yang membuat Deren begitu merindukan sosok Aiza yg dulu selalu duduk di sampingnya dan menyanyikan bait lirik lagu untuknya .Namun kini yang terlintas dalam fikirannya bukan lagi saat Aiza tersenyum indah bernyanyi untuknya ,yang ada hanyalah ranjang rumah sakit dengan wajah pucat Aiza yang menatapnya sayu yg menjadi kenangan terakhir bersama Aiza.
"Kanker jahat ya za,dia tega bikin lo pergi tanpa mikirin perasaan gw "gumamnya dengan manik matanya yg mulai berkaca kaca.
Deren berlama lama disana tanpa memikirkan senja mulai datang dan sinar matahari fokus terarah padanya .Deren tak bergeser sedikitpun dari tempatnya mengenang Aiza sejak tadi .
"Kehilangan orang yang kita sayang memang berat der,tapi mempertahankan cinta untuk orang yang ga akan pernah kembali apa itu juga lebih baik?"Ucapan Trisa menyadarkan Deren dari lamunannya .
Deren bergegas menghampiri Trisa dengan tatapan tajam nya yang khas,rasanya ingin sekali Deren membantah namun apa yang di katakan Trisa memanglah benar .Bagaimanapun Aiza memang tak akan pernah kembali .
Trisa adalah orang yang selama ini menjadi orang kepercayaan Deren semenjak tak ada lagi Aiza di sisinya,karna Trisa adalah orang yang selalu menjadi pendengar terbaik untuk Deren.
"Sebentar lagi malem ,pulang yuk.Siapa tau lo bisa ketemu Aiza nanti malem"Trisa tersenyum
"Di mimpi sa,itupun kalo dia dateng hehehe"
Deren tertawa kecil untuk menutupi kesedihannya .Jangan tanyakan bagaimana bisa Trisa tiba tiba datang,tentu saja itu karna Trisa sudah tahu apa yg biasa Deren lakukan .
Deren menaiki ninja birunya di ikuti Trisa yg duduk di belakangnya .Seusai mengantar Trisa ,Deren pulang kerumah dan menghempas ringan tubuhnya ke tempat kesayangannya itu.Ya,apalagi jika bukan kasur dengan seprai bermotif catur miliknya.
"Deren..."
Ah sial.Deren berdecak malas mendengar teriakan pria yang biasa di sebutnya papa itu.Dengan langkah ogah ogahan deren terpaksa menghampiri ruang tv untuk menyusul sumber suara tadi.
"Ada apa pa?"tanya deren yang sebenarnya tak menginginkan jawabannya.
"Kemana saja kamu?danau?hutan?laut?kemana lagi kamu pergi?Deren berapa kali sudah papa bilang ,lupakan Aiza ! Aiza itu sudah tidak ada disini,kalau hanya Aiza Aiza dan Aiza yang kamu fikirkan lalu kapan kamu akan membantu papa untuk mengurus kantor "Pria paruh baya itu meninggikan nada suaranya di iringi dengan tatapan datar deren.
"Ck,lalu apa kabar dengan papa sendiri?yang hanya memikirkan harta,perusahaan dan kekayaan tanpa ingin tahu anaknya sedang mati matian berusaha bangkit dari keterpurukan"Celetuk Deren yang berhasil membuat pria bernama Dijaya kusuma itu terdiam .
Sejujurnya Deren sudah teramat muak dengan pertengkaran yang terjadi hampir setiap hari.Andai saja mama masih ada mungkin setidaknya Deren masih memiliki satu tiang yang dapat di jadikan sebagai tempat ia bersandar .
Kini jaket levis sudah melekat di tubuhnya.Serta tas ransel sudah berada di pundaknya .
"Deren pamit pa"Ucapnya seraya mengulurkan tangan.
PLAKKKK!!!
Satu tamparan mendarat di pipi mulus pria berusia 21 tahun itu.
"Paaaa!!!!!!"
"Kamu mau ngelawan papa haa???"
"Cukup paa!!!!Cukup selama ini Deren nurut sama papa !!cukup selama ini Deren hargai posisi papa sebagai orang tua deren.Deren tunggu kesadaran papa dari dulu tapi papa sama sekali ga pernah hargai mama dan juga Derenn bahkan sampai mama pergi tinggalin kitapun papa tetap ga buka mata!!perusahaan perusahaan dan perusahaan cuma itu yang papa fikirkan,kalau hanya perusahaan yang papa inginkan lebih baik deren pergi pa!!"
Suasana semakin tegang saat Deren meluapkan semua isi hatinya.Papanya hanya terdiam,membisu mencerna semua perkataan putra tunggalnya itu.Sementara deren melangkah pergi meninggalkan rumah dan pria paruh baya itu.Deren anak yang baik ,andai saja Dijaya kusuma dapat meluangkan waktu dan kasih sayangnya sedikit saja untuk keluarganya mungkin deren tak akan pernah semarah ini.
"Deren...deren...."Teriakan itu sama sekali tak membuat langkah deren berhenti .
Ninja biru melaju dengan kecepatan tinggi ,Deren seperti sudah hilang akal bahkan mungkin tak ada lagi rasa takut mati .
Lampu merah,harusnya deren berhenti tapi...
BRAAAKKKKKK!!!!
"Der,deren sadar bro ,ini gw Arai"
Samar samar terlihat dinding putih dan sinar lampu yg menyorot matanya .Deren mulai sedikit menggerakkan jemarinya .
"Ar-arai?"
"Iya ini gw.Lo kecelakaan der ,gw ga sengaja lewat dan liat lo udah ga sadarkan diri"jelas arai
"Iya rai tapi-tapi ini gw sekarang ada dimana?"
"Di apartement gw ,udah keliatannya lo lagi banyak masalah ,istirahat aja disini"
"Oke thanks rai"
Arai mengulurkan segelas teh hangat pada sahabat sekelasnya itu.
"Lo kenapa der?coba cerita"tekan arai
"Gw pergi dari rumah rai,gw pergi karna gw udah capek ribut terus sama bokap gw"
"Tapi derr mau gimanapun pak dijaya itu bokap lo"
"Terus kenapa rai?apa karna dengan gelar posisinya sebagai orang tua terus dia gabisa di sebut orang jahat?dari gw kecil sampai sekarang ,dari nyokap gw masih ada bahkan sampai ga ada ,bokap gw ga pernah sedikitpun peduli sama gw dan nyokap,bahkan saat nyokap gw sakit bokap gw malah selingkuh sama rekan kerjanya .Gw di besarkan hanya untuk di jadikan robot untuk ngurus aset aset bokap gw ,gw capek rai gw pengen kasih kesempatan untuk diri gw sendiri supaya gw bisa sukses dengan cara mandiri"
"Gw bisa ngerti bro ,yang sabar ya "Arai mengangguk paham seraya menepuk bahu deren.
_d3r3n_
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPTY
Teen FictionBaik melupakan maupun mengikhlaskan keduanya bukanlah suatu hal yang mudah di lakukan oleh siapapun .Terlebih lagi jika harus di paksa untuk melupakan dan mengikhlaskan seseorang yang kepergiannya tak pernah di inginkan.