Senin, 24 July 2023. Kota C.
2 hari semenjak kepindahannya ke kota C, Jiran selalu merasa tidak enak hati dan merasa ada seseorang yang selalu memperhatikannya. Meskipun sudah melakukan banyak hal yang sekiranya dapat mengalihkan pikiran, tetap saja perasaan itu tidak bisa ia hilangkan.
Jiran sama sekali tidak merasakan ketenangan semenjak ia memijakkan kaki dari rumah barunya. Rumah yang terkesan modern minimalist itu selalu memberikan hawa yang aneh sampai terkadang Jiran merasa mual. Saat malam hari, Jiran selalu terjaga dalam tidurnya, merasakan bahwa ada sesuatu yang memantau dirinya dari kegelapan.
*
" Nak, ayo berangkat. Nanti telat! "
Teriak ibundanya dari arah luar sambil menyalakan klakson motor yang menyaring.
" Iya bu! "
Teriak Jiran sambil melahap suapan terakhir nasi goreng sosis buatan ibundanya lalu berlari keluar rumah.
" Ada yang ketinggalan? "
Jiran mengecek segala hal dari mulai tas, saku baju hingga saku celana. Lalu memberikan jempol.
" Aman "
Ini adalah hari pertama Jiran memasuki sekolah barunya. Sekolah Menengah Atas 2. Salah satu sekolah favorit di kotanya. Jiran dapat memasuki sekolah tersebut karena kebetulan kepala sekolahnya adalah teman lama ibundanya, jadi ia tidak dipersulit.
" Jangan lupa sapa pak Ridwan dulu di ruang kepala sekolah ya "
" Iya bu "
Balas Jiran sembari menyalim tangan ibundanya.
Suara motor dan perawakan ibundanya pun perlahan menghilang ke kejauhan.
Kini, Jiran berdiri ditengah keramaian orang-orang memasuki gerbang sekolah barunya. Jiran hanya terdiam, pandangannya tertuju pada gerbang sekolah barunya itu. Ia pun memperhatikan sekitarnya dengan seksama.
Seperti pasar, orang-orang berlalu lalang melewati dirinya memasuki gerbang sekolah. Jiran tidak menyangka bahwa sekolahnya akan seramai ini. Ia pun menghela nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya.
" Semoga baik-baik saja "
*Bruk..
Salah satu siswa menabrak Jiran dari belakang, namun Jiran tidak bergeming sedikitpun. Ia kemudian menoleh dan melihat seseorang yang terjatuh didepannya. Siswa itu terlihat panik ketika Jiran menoleh kearahnya, dan dengan segera memungut barang-barang yang jatuh lalu berdiri. Perawakannya kecil, dan tidak terlalu tinggi. Kacamata yang bulat dan model rambut yang berantakan seakan-akan baru saja terbangun dari tidurnya.
Anak yang aneh. Pikir Jiran. Ia pun menepuk pundak siswa itu sambil kembali menghelas nafas.
" Kamu gapapa?"
" Eh, so-sorry ya bro. Tadi gw buru-buru. "
Panik siswa itu sambil menatap ke bawah tanpa berani menatap mata Jiran. Raut wajahnya pucat seakan-akan melihat sesuatu yang menyeramkan.
" Iya, lain kali hati hati. "
Siswa itu pun mengangguk, lalu berlari ke arah kerumunan dan menghilang. Jiran hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Ia pun kini melangkahkan kakinya perlahan memasuki gerbang dan kerumunan siswa.
Sudah hampir 10 menit semenjak Jiran mencari ruang kepala sekolah, namun tetap tak bisa menemukannya. Untungnya, kelas untuk perpindahan Jiran dimulai pada jam 9 setelah pelajaran pertama. Sehingga Jiran tidak perlu khawatir mengenai keterlambatan. Tetapi, tetap saja fakta bahwa dia sudah berkeliaran selama 10 menit tanpa membuahkan hasil adalah hal yang memalukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Jiran
HorrorIni adalah catatan tentang Jiran. Tentang mereka yang tak kasat mata. Tentang mereka yang berharap. Tentang mereka yang meminta.