''Nanti kamu ikut Bunda ke Sekolah, tidak ada penolakan oke!!!" Kata Bunda dengan tegas
Bukannya gak berani untuk menolak permintaan Bunda, tapi malas saja jika pagi-pagi sudah diawali dengan perdebatan. Entah kenapa kali ini Bunda kekeh memintaku untuk kesekolah. Oh ya Aku lupa belum memperkenalkan Bunda, Namanya adalah An-nisa Putri sering dipanggil Bu Nisa. Bundaku kepala sekolah dari SMA rajawali 1, Bunda disana terkenal dengan sikap yang baik hati, ramah kepada semua orang, bahkan murid saja sudah dianggap seperti temannya sendiri.
"Siap Bundaku tercinta''
Waktu sudah menunjukkan pukul 07:00, pagi yang cukup cerah, matahari juga sudah menampakkan sinarnya tanpa malu-malu, dan jalan pun sudah dipenuhi oleh banyaknya kendaraan.
"Bunda tunggu di sekolah ya, udah telat soalnya"
"Yah... Bunda gimana sih, disuruh ikut eh malah ditinggalin"
"Yaudah nanti kamu nyusulkan bisa, Bunda berangkat dulu ya Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, iya Bun"
Bunda hanya mengacungkan jempol yang berarti Bunda menyetujui perkataanku.
Selesai sarapan aku segera bergegas untuk mengganti pakaian, Outfit hari ini sangat simpel hanya memakai sweter biru berpadu dengan celana hitam dan handbag berwarna hitam.
"Tuan hati-hati dijalan ya, kalau naik mobil jangan mengebut" ujar Bi Sarti
Beliau sudah aku anggap seperti ibu keduaku, sebab dari kecil beliaulah yang merawatku selagi Bunda dan Ayah masih kerja.
"Iya bi.... yaudah aku berangat dulu ya" pamitku sambil mencium tangannya
Sepanjang perjalanan aku sibuk mendengarkan lagu dan menikmati pemandangan kota ini. Tak lama aku pun telah sampai digerbang sekolah SMA Rajawali 1. Entah kenapa banyak sekali murid berhamburan dihalaman sekolah, apa mereka semua tidak ada pelajaran?.
"Iqbal sini nak" Teriak seorang wanita dengan melambaikan tangan kearahku, ternyata itu Bunda
Bergegaslah aku kearah Bunda dengan langkah yang sedikit cepat.
bruk....
Aku menabrak seorang wanita
"Eh mbak maaf ya gak sengaja" Ku bantu wanita itu untuk mengambil buku yang telah terjatuh
"Iya mas gapapa"
Sepertinya tak asing dengan suaranya, betul saja saat dia menatapku ternyata dia adalah wanita yang memilihkan buku untukku digramedia kemarin.
"Mutiara bukan?" Tebakku
"I-iya masnya kok tau nama saya?" Jawabnya binguung
"Saya yang digramedia kemarin, masa lupa"
"Oh.... ingat saya hehe"
"Kamu sekolah disini?" tanyaku
"Iya mas, kalau boleh tau masnya ngapain disini? mau sekolah?"
"Enggak, aku mau nyamperin Bundaku aja"
"Oh bundanya mas ngajar disini?"
"Bukan"
"Lalu?"
"Hanya kepala sekolah"
Entah kenapa raut wajahnya langsung berubah seketika,matanya tak lagi melihat mataku melainkan melihat tanah, apa perkataanku salah?
"H-ha? B-berarti mas ini anaknya Bu Nisa? emm maaf mas, yaudah saya permisi dulu Assalamualaikum"
Belum sempat kujawab salamnya dia sudah menghilang bak ditelan bumi.
"Darimana aja Bunda sudah memanggilmu dari tadi"
"Maaf Bun tadi mengobrol sebentar dengan salah satu murid"
"Yasudah kalau begitu, sekarang kamu keruangan Bunda gih"
"Iya Bunda siap laksanakan".
Bunda memberikan tugas kepadaku untuk mengecek biodata siswa apakah ada yang kurang atau tidak.
Entah kenapa hari terasa begitu cepat, sekarang sudah menunjukkan pukul 14:00, Bel pulang pun sudah berbunyi, banyak murid-murid berlarian menuju gerbang depan layaknya anak yang sedang ingin tauran.
*
Disisi lain terdapat seorang gadis yang sedang melamun di dalam kelas, entah kenapa Semenjak bertemu dengan Iqbal pagi tadi kepala Mutiara dipenuhi oleh kekagumannya yakni kegantengannya, kelembutannya, kesholehannya dan lain-lainnya. Padahal saat di Gramedia Mutiara tak begitu jelas melihat wajahnya karna tertutup oleh masker bahkan Mutiara sendiri menggunakan cadar agar tidak mudah untuk dikenali, tapi mengapa dia masih bisa mengenaliku? sungguh aneh (batin Mutiara).
"Mutiara kamu gk pulang?" tanya Zahra sambil menepuk bahuku, dan seketika lamunanku buyar
"Iya ini mau pulang" jawabku
"Yaudah bareng sampai parkiran ya"
"Iya" balasku
Kita berdua mengobrol tentang masalah tugas, akhir-akhir ini banyak sekali tugas yang mereka dapat sampai pusing mana yang harus diselesaikan dahulu.
"Mutiara...." teriak seseorang dari belakang, perlahan mataku melihatnya dengan samar ternyata dia adalah Iqbal spontan aku langsung menundukkan pandangan.
"Iya?"
"Kamu pulang sama siapa?" tanyanya tanpa ragu
"Sendiri"
"Yaudah bareng aku aja"
"Eh gak usah deh pak takut ngerepotin"
"Gak ada penolakan."
Aku menuruti permintaannya tapi hanya kali ini, banyak sekali sorot mata yang menatapku, mungkin mereka semuanya heran kenapa seorang Mutiara mau saja diajak pulang bersama dengan yang bukan mahramnya, padahal Mutiara bisa dibilang cewe yang anti dengan cowok. tak terasa kini kita sudah berada di parkiran sekolah, cukup banyak murid disana dan banyak pula murid yang sedang menggosip entah mereka iri atau apa aku tak tahu.
"Maaf pak, kalau kita pulang bersama bakal naik apa? sedangkan saya sendiri membawa sepeda motor, tidak mungkin jika motor saya, saya tinggal"
semoga dengan pertanyaan tersebut aku bisa lolos darinya - (batinku)
"Yasudah pakai motor saja, saya gak keberatan kok jika harus berpanas-panasan" jawabnya dengan singkat namun membuatku tak bisa mengeles darinya.
"Baiklah" kataku dengan pasrah
Ku berikan kunci motor milikku agar dia yang membawanya, sudah lama aku tidak merasakan rasanya dibonceng terakhir kali sekitar 3 hari lalu hehe. Udara siang hari ini tak begitu panas tapi juga tak begitu dingin, hanya saja sedikit mendung cocok untuk merenung. Jika membahas soal mendung Dulu saat masa-masa Mutiara masih duduk dibangku Sekolah Dasar sering kali ayahnya mengajak dia untuk bermain hujan, meskipun terkadang uminya mengomel tetapi ayah selalu bilang "Gak papa kapan lagi cobak bisa main hujan sama putri ayah satu-satunya ini" sungguh indah bukan pada masa itu.
"Mau mampir makan gak?" tanya pak Iqbal sambil mengintip wajahku melalui kaca spion
"Gak usah pak saya masih kenyang"
"Jangan panggil 'pak' kalau di luar lingkungan sekolah, berasa tua banget panggil nama aja" Katanya dengan nada yang sangat lembut
"Iya pak, eh- Iqbal" Jawabku sedikit salting
"Mampir ke tukang bakso ya saya lapar"
Aku hanya menganggukkan kepala mengartikan 'iya'.
_________________________________
Oke sampai sini dulu ya jika kepo bagaimana kelanjutannya....
langsung aja vote dan komen ya.......
jangan lupa rekomendasikan cerita ini ke teman kalian❤
insyaallah akan up hari jum'at (kalo gak lupa hehe)
see u di next part babayy.👋🏼

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cintamu
Jugendliteratur''Memang jodoh itu sudah disiapkan oleh Allah, tetapi apakah aku boleh memilih siapa jodohku?'' - Mutiara Lailatus-shaliha ''Andai saja kau tau, aku telah gila karna terus memikirkanmu Mutiara. aku bimbang, apakah kau itu jodohku atau bukan?'' - Muh...