PROLOG

16 2 1
                                    

Patah hati terbesar seorang perempuan adalah ketika ia kecewa dengan cinta pertamanya
~Rona Merah Jambu~

Ruang sidang yang ber-AC itu tak terasa dingin, semua orang yang ada didalam panas dingin menunggu keputusan hakim untuk laki-laki parubaya yang duduk di tengah-tengah dengan wajah menunduk.

"Hakim memutuskan saudara terdakwa Bimo Aditya terbukti bersalah sudah melakukan pembunuhan berencana, dengan ini dewan hakim menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup terhadap terdakwa".

Hakim memukulkan palunya tiga kali tanda bahwa keputusan sudah tidak bisa lagi diganggu-gugat. Pria memakai kemeja putih itu semakin tertunduk dalam diamnya, kehidupannya seolah terhenti sampai dihari ini, bagaimana dengan anaknya?, bagaimana cara anaknya akan bertahan hidup sementara ia mendekam dalam jeruji besi, namun semua itu tak bisa lagi diulang, kejadian yang sudah berlalu tak bisa dirubah lagi dan waktu juga tak bisa diputar balik lagi.

Sementara di bangku di ruang sidang itu seorang gadis juga ikut tertunduk, wajahnya tertutup rambutnya yang panjang, namun tak bisa menutupi bahwa air matanya sudah jatuh sejak palu Hakim berbunyi.

Gadis memakai kaos putih dilapisi kardigan coklat itu terdiam, orang yang dijatuhi hukuman itu adalah cinta pertamanya, tonggak terakhir pertahanannya, satu-satunya keluarga yang saat ini ia punya. Laki-laki itu ayahnya.

Dengan pipi yang basah dengan air mata gadis itu meninggalkan ruang sidang, ruangan yang menjadi saksi bisu kehancurannya.

Didepan gedung kejaksaan itu, pria berbaju putih dengan borgol ditangannya berusaha membujuk anak perempuan semata wayangnya.

"Nak dengerin ayah, ayah gak salah ayah janji ayah akan buktikan bahwa apa yang terjadi hari ini  kesalahan nak" ucap pria itu bergetar "Ayah difitnah, percaya sama ayah" dengan air mata yang berusaha ia bendung ia mencoba meyakinkan putrinya bahwa ia tak bersalah.

Gadis itu masih menunduk dalam, pipinya basah dan rambutnya sudah berantakan. Ia tak berucap apapun, sejak ketukan palu tadi ia sudah kehilangan separuh jiwanya dan kehilangan kepercayaan dengan laki-laki didepannya ini.

Sementara itu di depan mereka banyak wartawan yang merekam momen ini, bisa dibayangkan bagaimana malunya gadis itu, saat ini ia bukan hanya patah hati tapi ia juga ketakutan. Bukan hanya ayahnya yang mendapat hukuman namun ia juga akan mendapat hukuman sosial, ia takut dikucilkan, takut di jauhi semua orang, banyak hal yang berkecamuk di benaknya saatnya.

"Sayang percaya sama Ayah, Ayah janji Ayah akan keluar secepatnya dan tuduhan ini gak benar. Tolong percaya sama Ayah nak".

Dengan berani gadis itu mengangkat kepalanya, wajah cantiknya sudah memerah, matanya sembab, hidung mancungnya juga ikut memerah karena terlalu banyak menangis.

"Gimana cara aku percaya sama Ayah kalau yang Ayah lakuin aja kayak gini" ujarnya pilu.

"Ayah bilang semua ini salah, terus apa semua bukti tadi, itu bukan ayah?. Iya?. Bilang kalau yang direkaman itu bukan Ayah, buat aku percaya lagi" ujarnya disela tangisnya yang tak bisa ia bendung lagi.

Ayahnya tak bisa berkata lagi, lagi-lagi gadis itu terdiam.

"Aku pamit yah, walau gak percaya tapi aku masih berharap kalau laki-laki yang dividio itu bukan ayah" ujarnya, setelah itu ia pergi dengan langkah panjang dan air mata yang terus keluar tanpa bisa ia bendung, meninggalkan laki-laki yang sangat ia cintai. Tapi sekarang ia juga benci.

🥀🥀🥀

Disisi lain dua laki-laki tampan berbeda usia tengah menikmati acara televisi, wajah keduanya begitu serius namun suram.

PEMBUNUH ISTRI PEMILIK PERUSAHAAN CANDRAMAWA RESMI DIJATIHI HUKUMAN PENJARA SEUMUR HIDUP.

Headline berita tersebut menjadi fokus dua laki-laki berbeda usia tersebut, tangan keduanya sama-sama mengepal menahan amarah, laki-laki yang menjadi tersangka tersebut sangat bejat, mengahabisi nyawa wanita yang tidak bersalah.

Laki-laki yang masih memakai seragam putih abu-abu itu menahan amarahnya, tatapannya juga tertuju pada seorang perempuan di layar tv tersebut, meski wajahnya tertutup rambut ia tetap mengenali gadis yang tak sengaja tersorot kamera karema berinteraksi dengan tersangka tersbut.

"Kenapa harus lo" ujarnya pelan, tangannya mengepal menampakkan buku-buku jarinya, urat tangannya juga terlihat karena ia menahan emosi.

"Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan" ujar pria parubaya yang duduk disampingnya sambil menepuk bahu laki-laki muda disampingnya. Mereka terlihat mirip.

Laki-laki berseragam SMA itu tertunduk dalam, wajahnya memerah.

"ARGGHHH"

PRANG

Meja kaca dijadapannya hancur berderai akibat tinjuan tangannya, tak habis ia juga menendang meja itu hingga bergeser cukup jauh dari tempat semula.

"BANGSAT" umpatnya, lalu ia kembali duduk di sofa dengan wajah memerah dan tangan yang terluka akibat kaca yang ia tinju.

🥀🥀🥀

HALOOO SEMUNYA, SELAMAT DATANG DICERITA BARU AKU SETELAH SEKIAN LAMA OTAK INI MALAS BERFIKIR DAN JARI INI MALAS UNTUK MENGETIK, KALI INI AKU KEMBALI DENGAN CERITA BARU.

SEMOGA SUKA DENGAN CERITANYA.
SEMOGA FEELNYA JUGA DAPAT

JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMEN YA KAWAN DAN JUGA BINTANG DI SUDUT KANAN BAWAH🌟🌟

TUNGGU PART SELANJUTNYA YAK.






Rona Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang