Cuaca pagi ini terlihat mendung, langit ibu kota sedang dipenuhi oleh awan hitam yang pekat namun gadis yang memakai kaos putih dilapisi cardigan merah muda itu tetap mengayuh sepedanya untuk sampai di kampusnya, pagi ini ia ada kelas pagi. Perlahan rintik-rintik kecil mulai menetes, ia tetap melaju di jalanan karena gerbang kampusnya sudah terlihat.
Namun sayang, belum sampai di tempat ia biasa meletakkan sepedanya, hujan mulai deras hingga mau tak mau baju yang ia kenakan basah. Kampus ini memang tak menyediakan parkiran sepeda, karena sangat jarang ada mahasiswa disini yang datang menggunakan sepeda. Ia segera meletakkan sepedanya di dekat parkiran motor, lalu kemudian segera berlari ke koridor terdekat. Bajunya sudah basah, juga tasnya. Ia berjalan menuju kelasnya ambil mengibas-ngibas bajunya yang basah dan merapikan rambutnya yang juga ikut berantakan.
"Oh ini anak pembunuh itu? Masih punya muka yah"
"Jangan dekat-dekat deh, takutnya tiba-tiba menghilang"
"Masih bisa keluar rumah ternyata setelah kejadian itu yah"
Gadis itu heran dengan semua tatapan dan semua omongan orang-orang disana. Semua orang menatapnya sinis, menatapnya dengan tatapan yang mengintimidasi, seolah ia bersalah.
"Humaira" langkah gadis itu terhenti saat namanya dipanggil. Seorang gadis berhijab berlari menghampirinya.
Humaira. Namanya Ayudia Humaira. Gadis manis, pintar, dan ramah. Begitu yang dikatakan teman-temannya terkait gadis itu, tubuhnya yang mungil dan pipinya yang sedikit berisi membuat ia terlihat imut dimata orang-orang.
"Kenapa Ze?" Tanya Humaira pada gadis yang memakai pasmina hitam itu. Namanya Zena.
Zena mengatur napasnya, sebelummya ia berlari dari kantin sehabis sarapan.
"Lo udah buka info kampus?" Tanyanya.
Humaira mengerutkan alisnya, ia jarang sekali membaca atau membuka info kampus itu, karena biasanya isinya adalah info-info seputar mahasiswa yang kadang tak penting bagi Humaira, tujuannya hanya belajar dan cepat-cepat lulus dari kampus ini.
"Nggak, kenapa?" Tanyanya pada Zena.
"Oh, yaudah bagus deh, yuk kelas" Zena merangkul Humaira dan mengajaknya berjalan menuju kelas menyisakan rasa penasaran Humaira.
"Oh ini anak pembunuh itu?, kok bisa yah kuliah disini?"
"Oh ini yang ada di info kampus itu? Ternyata selama ini ada disekitar kita yah"
Lagi-lagi pandangan-pandagan tak suka didapatkan oleh Humaira. Ia memberhentikan langkahnya tak jauh dari kelasnya.
"Ze, ini ada apasih? Kok aku ngerasa ada yang aneh yah" tanyanya pada Zena yang sepertinya tahu apa yang terjadi.
"Hah, nggak ada apa-apa. Yuk ah jalan" Zena menarik tangan Humaira.
"Apa loh liat-liat mau gue colok tuh mata" ujarnya sinis pada orang-orang yang menatap tak suka pada Humaira.
Kelas pagi dijalani Humaira dengan tidak tenang, ia yang biasanya aktif di kelas kini hanya diam, akhirnya ia membuka info kampus yang dimaksud oleh Zena.
ANAK PEMBUNUH ISTRI PEMILIK KAMPUS CANDRAMAWA TERNYATA KULIAH DI KAMPUS INI? APAKAH IA MAU BALAS DENDAM KARENA AYAHNYA MASUK PENJARA?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rona Merah Muda
Fiksi RemajaEzhar menyukai Humaira, anak dari orang yang sudah menyebabkan ibunya meninggal. Suka dengan anak dari orang yang membunuh ibuny? Ya Ezhar suka. Jauh sebelum kejadian itu terjadi, kini keadaan memaksanya untuk membenci gadis itu. "Ikutin permainan g...