Kelas siang ini dilalui Humaira dan Zena dengan sedikit mengantuk, lebih tepatnya Zena. Entahlah anak itu seperti tidak tertarik dengan jurusan Sastra Indonesia ini, tapi entah mengapa gadis itu malah masuk ke jurusan ini.Dua gadis itu berjalan keluar, tujuan mereka saat ini adalah kantin. Rasa lapar yang sudah mereka rasakan sejak tadi.
"Humey, ntar sore ke toko kan? Bantu gue pilih baju buat off air minggu ini" Tanya Zena sambil berjalan. Gadis yang hari ini memakai jersey berwarna coklat itu berjalan sambil merangkul Humaira yang memang lebih pendek darinya.
"Iya dong, kalau gue gak ketoko nggak gajian gue, nggak makan gue bulan ini" jawab Humaira diiringi senyumnya.
Zena tertawa kecil mendengar jawaban Zena, mereka lanjutkan perjalanan mereka hingga sampai di kantin.
"Wish, bang Roy nasi gorengnya satu" teriak Zena pada tukang nasi goreng langganannya itu. "Lo mau makan apa?"tanyanya pada Humaira.
"Nggak deh, gue bawa bekal" Humaira mengangkat tas bekal yang sedari tadi ia jinjing, namun ternyata tidak disadari oleh sahabatnya itu.
"Ihhh, nggak bilang. Padahal gue udah kangen sama masakan lo, gimana kalau lo makan nasi goreng gue, gue makan bekal lo" Zena perlahan menarik kotak bekal berwarna biru yang baru dikeluarkan Humaira itu.
Humaira langsung menahan kotak bekalnya "Hmm... sekarang nggak dulu ya Zena, besok aku bawain kamu deh" tolaknya lembut.
Zena mencebikkan bibirnya ketika kotak bekal itu terlepas dari tangannya. Tak lama senyumnya kembali terbit saat nasi goreng pesanannya sampai didepannya.
"Thank you brodi" ujarnya pada Bang Roy, Zena adalah tipikal anak yang mudah akrab dengan semua orang, berbeda dengan Humaira ia akan sangat canggung jika berkenalan denga orang baru dan sedikit sulit bersosialisasi.
Setelah Bang Roy pergi Zena dan Humaira mulai menikmati makanannya masing-masing namun sebuah suara menginterupsi mereka menyebabkan mereka berhenti memakan makanannya.
"Hai ladies" itu Samudra, cowok berambut keriting brokoli itu sudah duduk di sebelah kiri Zena, tak hanya Samudra tiga temannya pun sudah duduk di posisi masing-masing. Rendra yang mengambil posisi di sebelah kanan Zena, Ezhar bahkan sudah duduk dengan tenang di sebelah Humaira tanpa mengeluarkan satu katapun, sementara Cakra duduk disebelah Ezhar.
"Ngapain lo pada disini?" Sinis Zena tak terima waktu makannya harus di ganggu oleh orang-orang ini.
"Apa sih" balas Rendra yang duduk disebelahnya "Orang duduk aja salah dimata lo".
"Yah nggak salah, tapi kan banyak kursi kosong lain, kenapa harus disini sih" Zena masih menggebu-gebu sambil menunjuk banyak kursi kosong di sekitar mereka dengan kekesalannya.
Sementara ini Humaira terdiam, tubuhnya bahkan tak bisa bereaksi apaun. Di pikirannya sekarang adalah perkataan Ezhar kemarin, dan sekarang laki-laki iti duduk tepat disampingnya dengan wajah datar dan tak bicara apapun.
"Bang Roy" panggil Cakra dengan lantang namun malah mendapatkan timun yang melayang kewajahnya, siapa lagi kalau bukan Zena pelakunya.
"Gue kaget" balasnya juga dengan teriak.
Cakra hanya diam, ia malah memakan timun yang tadi melayang kewajahnya walau sudah sempat jatuh ke meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rona Merah Muda
Teen FictionEzhar menyukai Humaira, anak dari orang yang sudah menyebabkan ibunya meninggal. Suka dengan anak dari orang yang membunuh ibuny? Ya Ezhar suka. Jauh sebelum kejadian itu terjadi, kini keadaan memaksanya untuk membenci gadis itu. "Ikutin permainan g...