Better Watch Yourself!

110 18 1
                                    

Senin memang seharusnya hari yang padat dan sibuk. Tapi entah kenapa SMA Elang heboh sama ketertarikan masing-masing. Gurunya juga entah lagi apa. Akhirnya jadi sasaran anak laki-laki buat main basket tanpa peduli jadi pusat atensi.

"Matanya dipake, Gus!"

Dimas menghindar dari lingkar bola. Bahunya turun, napasnya berat. Dimas memang satu tim sama Bagus, yang kayaknya emang gak bisa main basket. "Beban lo, Gus," kata Dimas. "Gak ada yang mau ganti dia apa?" tanyanya ke Aji yang gak sengaja lewat.

"Gak tau. Udah lah, main doang." Yang ngebuat Dimas cuman bisa ngehela napas.

Beda sama Bagus yang dikatain kayak tadi, ia panas gak terima. Mainnya juga makin acak-acakan karena kesulut. Passing-nya kekencengan. Sampe akhirnya nyasar ke laki-laki di koridor yang lagi makan batagor.

"Goblok malah kena Jean."

Bagus ketar-ketir. Bolanya benar kena Jean, si either-king-or-queen SMA Elang. Bagus jadi gak sanggup buat berdiri.

"Minta maap, bego!" teriak yang lain.

Jean, yang bikin Bagus gagap itu nunduk ambil bola. Lalu ia lempar ke arah Bagus, sedikit ia pelesetkan.

"Ma-maaf, Je ...."

"Punya mata gak sih lo?"

Murid yang lain udah merhatiin lapangan lekat-lekat. Akhirnya, Jean ribut lagi sama orang.

Jean memang paling hebat urusan cari perkara. Iya, cari perkara aja. Urusan tinju-meninju ia bisa minta bantuan Juan buat nge-handle. Bisa dibilang cupu juga. Tapi memang berani bilang cupu ke muka Jean langsung?

"Maaf, Je. Gue gak sengaja."

Jean mendecih. Sebenarnya ini bukan hari yang baik buat dia ribut sama orang. Entah kenapa males. Kayaknya buang-buang tenaga aja. Akhirnya ia pergi. Bikin orang sekeliling nautin dahinya.

"Kok lo biarin sih, Je?" Ini Liza, temen sekongkolan Jean yang paling suka provokasi.

"Lagi males ribut."

"Yah belum disemangatin Pak Santo ini mah." Liza menengok ke kiri. "Wina, semangatin!"

"Apaan sih njing temennya ngindarin maksiat malah gak seneng," saut Wina.

"Ah, bukan Jean nih kalo gak ribut pagi-pagi."

Wina tersentak, kakinya berhenti. "Wih, siapa tuh? Cakep amat."

Yang denger itu serentak ikut arah pandangan Wina. Depan ruang guru yang ternyata melihat titik yang sama.

Liza memiringkan kepalanya. "Anak baru?"

"Mukanya cupu banget, anjing."

Wina melambaikan tangannya depan Daksa. "Ganteng gitu."

Akira yang tadi sibuk makan jadi ikut terperangah sama anak baru laki-laki itu. "Ganteng banget, anjing!" Akira bener-bener heboh sampe ngerentangin tangannya depan mereka semua. "Lo sama sepatunya aja gantengan sepatunya, Dak."

"Syuut!" Liza menaruh jarinya depan bibir. "Sepatu shaming namanya."

"Anjing!"

Wina sibuk ketawa. Gak sadar laki-laki itu lewat depan mereka.

Gengnya Jean kompak kontakan mata.

"Anak baru nih, Bu?" tukas Wina pada Bu Mirna yang mengiring langkah anak baru.

"Iya, mau apa kamu?"

"Kelas mana, Bu?" Kali ini Akira.

"Kelas kalian. Ayo cepat masuk, ngapain kumpul-kumpul begini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Prada Boy 👑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang