L. Tetap santai di era ujian

91 11 2
                                    

Yuna berjalan ke ruko untuk mengambil buku pesanan sedangkan dua yang lainnya duduk dibangku yang kosong. Ketika Yuna atau temannya yang lain pesan diruko itu, selalu menulis pesanannya sendiri karna pesannya gak cuma satu saja tapi banyak.

Setelah mendapatkan bukunya Yuna segera menulis pesanan yang dititipkan padanya. Hanya, bakso dua, es teh satu, teh hangat dua, pentol satu, es jeruk satu, sama mie goreng satu.

"Lo berdua ngomong sini biar gue tulis sekalian." Titah Yuna pada kedua teman didepannya.

"Gue pesen siomay tiga, coklat dingin satu, pop es rasa taro satu, pop es stoberi satu, tempura bakar satu porsi." Ucap Yujin.

"Gue pesen seblak level satunya satu, seblak level lima satu, bihun goreng pakai topping sosisnya satu, pop ice rasa anggur satu, es teh dua, jus alpukat satu, sama jus apel satu." Ucap Jehi.

"Udah ini aja gak ada yang tambah?" Tanya Yuna memastikan dan kedua temannya itu menggeleng. Yuna mengangguk paham lalu berdiri untuk memberikan buku pesanan itu supaya cepat dibuat.

"Ini mas bukunya." Ucap Yuna sambil memberikan buku itu pada masnya yang tadi yang kebetulan sudah senggang.

"Oh iya, ditunggu ya mbak kami buatkan dulu." Ucap masnya ramah. Yuna mengangguk lalu berjalan ke bangku yang dia tempati tadi.

"Kenapa lo? Sepet amat tuh muka daritadi?" Tanya Yujin yang memperhatikan temannya satu itu mukanya sepet sekali. Kalo lagi nahan berak mah bukan begitu, lagi nahan pipis juga begitu.

Yuna menghembuskan nafasnya berat. "Bete." Jawab Yuna singkat.

Yujin memincingkan kedua matanya. "Bete kenapa? Tumben banget bete."

"Ya emang gue gak boleh bete?! Ck udah ah jangan ngajak ngomong, lagi males!" Ketus Yuna yang sudah menaruh kepalanya diatas meja dengan tangan sebagai bantalnya.

Yujin menatap Yuna heran, lalu menatap Jehi meminta suatu penjelasan, sapa tau Jehi tau sesuatu. Namun Jehi menggelengkan kepalanya dengan mengendikkan bahunya yang artinya dia tidak tau apa apa. Jadilah mereka tidak membahas apa apa saat menunggu pesanan mereka selesai dibuat.

Taulah ya, biasanya kalo lagi suka sama seseorang tuh pasti seseorang itu diam diam melihat orang yang dia suka. Begitulah Jehi, diam diam melihat Ruto dari bangku yang dia tempati, lumayan berjarak lah dan itu menguntungkan juga karna tidak ada yang tau termasuk Ruto.

Jehi menopang dagunya dengan tersenyum tipis melihat Ruto tertawa seperti itu, benar benar ganteng. Bohong sekali jika mengatakan Ruto itu jelek.

PLAK!!

"Ngapain lo senyum senyum gitu? Lo, gak lagi kerasukan kan?" Tanya Yujin memastikan ketika melihat temannya satu itu tersenyum sendiri tanpa ada yang lucu.

"Eh mulut lo ati ati ya! Ya jangan sampai kek gitu." Ucap Jehi.

"Ya lo kenapa senyum senyum gitu? Ngeri anjir." Ucap Yujin sambil bergidik ngeri.

"Enggak. Gak papa, bener gak papa. Sumpah deh gak papa."

"Yakin lo?" Yujin agak ragu ragu.

"Gak papa beneran dah." Ucap Jehi meyakinkan. Ya masa harus jujur lagi ngeliatin Ruto, ya enggak lah, itukan sebuah rahasia.

"Mending tuh, ambil tuh pesanan dah siap." Sambung Jehi sambil menunjuk mas mas yang membawa beberapa nampan. Jehi yakin itu pesanan mereka karna nampannya ada tiga. Ya kalo bukan yaudah sih nunggu lagi.

"Bangunin tuh Yuna tuh." Titah Jehi. Yujin menatap sabar pada Jehi, berasa bos saja dia main suruh suruh saja. Tapi akhirnya tetep dilakukan juga, Yujin kan baik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lika Liku LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang