Bab 1 (Sosis bakar)

35 11 7
                                    

New story! Banyak banget cerita yang lapuk tertunda gitu aja. Ya gimana ya, kadang suka lupa sendiri sama alurnya:) eh sekarang malah bikin cerita baru😊 yaudah lah daripada idenya kebuang sia-sia ygy.

___

Rahang yang sudah pegal mengunyah, perut yang sudah menolak untuk ditumpuk makanan lagi, serta bibir yang belepotan oleh bumbu saus, itulah kini keadaan Mela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rahang yang sudah pegal mengunyah, perut yang sudah menolak untuk ditumpuk makanan lagi, serta bibir yang belepotan oleh bumbu saus, itulah kini keadaan Mela. Sedang menatap manusia-manusia yang berlalu lalang meski pikirannya sedikit kosong kali ini. Mela menatap pancake coklatnya. Andai saja ia tak ikut mengantri untuk mendapatkan pancake unyu ini, mungkin teman-temannya masih bersama dengannya.

Saat ditelepon, katanya mereka pulang duluan karena tak tahan melihat Mela yang ambisius mengantri pancake. Itu bukan alasan yang bodoh. Mela tahu, rasanya menunggu itu tidak enak.

Grisa bilang, ia akan menjemputnya. Jadi tunggu saja. Namun, sudah 15 menit ini batang hidungnya tak kunjung menampakkan diri.

Mela melamun di pinggir jalan. Melirik ke kanan lalu ke kiri, banyak sekali sejoli yang sedang bercanda ria saling melempar candaan dengan perempuan yang senantiasa menyiksa kekasihnya. Maksudnya tertawa sambil memukul.

Kini nasibnya seperti jomblo ngenes yang salah tempat. Mela ingin memesan ojek online, tapi ia takut jika Grisa benar menjemputnya.

Sibuk mengutak-atik ponselnya yang sepi notif, tiba-tiba seseorang menabraknya. Sebagian besar orang jika menabrak itu pasti akan meminta maaf atau memegang pundak sebagai respon rasa salah. Jauh berbeda dengan semua itu, laki-laki yang menabraknya malah memegang kepala Mela.

Mela tak tahu, orang sinting macam apa yang memegang kepala seolah itu akan terbang jika terguncang.

Oh atau karena Mela lebih pendek darinya.

"Sorry! Lo sih pake diem disitu," ucapnya setelah melepaskan pegangannya pada kepala Mela. Ternyata ia memegang sosis bakar ditangannya. Eh tunggu--sosis bakar?

Mela memegang rambutnya dulu sebelum bersiap merangkai kata indah untuk memaki laki-laki dihadapannya.

Benar saja, saus menempel di rambutnya.

"Rambut gue ..." Mela menatap nanar pada tangan telunjuknya yang bernoda saus tomat dan mayonaise.

"Eh maaf. Gue gak sengaja," laki-laki itu hendak kembali memegang kepalanya, tapi Mela segera menyingkir dengan raut wajah kesal.

"Makanya kalo jalan pake mata, kaki, hati, otak!" bentak Mela pelan.

"Tapi hati sama otak gue di dalem, bukan organ luar," ucapnya polos.

Mela yang tak peduli dengan wajah bloon yang ditampilkan laki-laki dihadapannya segera menjauh. Ia pikir mungkin laki-laki itu hanya seorang pemuda yang stress ditinggal nikah. Sayang sekali, wajah tampannya jadi mubazir.

Namun siapa sangka, laki-laki itu kembali mendekatinya sambil menyerahkan sapu tangan. "Lap pake ini."

Mela tak menggubris. Ia sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya. Dimana 32 pesan sudah ia kirim pada Grisa si manusia tukang PHP yang tak kunjung datang menjemputnya.

PhoenixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang