Keluarga, tempat ternyaman bagi sebagian besar orang untuk berkumpul, bercerita, istirahat, hingga saling menguatkan.
Namun bagiku, keluarga hanya tinggal sebuah figura yang membingkai beberapa nama yang termuat dalam kolom di selembar kertas resmi.
Ya, hanya sebatas itu. Singkat cerita, keluargaku tidak hancur, hanya sedikit berantakan. Tidak terpecah, namun terpisah. Kami dekat dalam jarak, tapi kami jauh dalam ikatan perasaan.
Menjadi sosok anak perempuan terakhir kukira aku menduduki tahta tertinggi dalam bingkai keluargaku ini. Namun nyatanya yang kusandang bukan tahta ratu, namun beban dibalik tahta itu.
Aku, sibungsu yang terus mendengar keluh kesah orang tuanya dalam keseharian. Sosok yang selalu dianggap kanak kanakan padahal beban hatinya melebihi saudara lainnya. Sibungsu yang selalu menjadi tempat kemarahan orang dirumah. Selalu disalahkan, dibandingkan, bahkan dikekang.
Sudah dibandingkan namun masih dibebankan harapan orangtua. Yang sialnya aku hanya merasa seperti pelampiasan. Harapan itu dulu gagal diraih oleh sisulung, hingga kini aku yang harus mewujudkan. Tapi, bukan pujian yang aku dapat. Melainkan hanya terus dibandingkan disetiap prosesnya.
Setiap hari aku lalui, hanya dengan berharap waktu cepat berlalu hingga aku bisa bebas dari semua ini. Semangat ku dalam menimba ilmu kini hanya demi memisahkan diri dari keluarga yang sudah kehilangan maknanya dimataku.
Sibungsu yang mengetahui beban keluarganya, masalah sang kakak, ekonomi keluarga, keadaan fisik orang tua, hingga tak lupa, cibiran tetangga sekitar. Semua ia tampung menjadi satu dalam kepalanya, dalam hatinya. Hingga tak jarang saat lelah, menangis ditengah malam yang sunyi adalah caranya melampiaskan bebannya.
Sibungsu yang selalu takut kehabisan waktu, takut seseorang pergi meninggalkan sebelum ia mencapai impiannya. Takut pula tak bisa mencapai apa yang ia impikan. Juga harus senantiasa berjuang sendirian kala orang tuanya sudah sibuk memikirkan kesehatan.
Kenapa? Karena Sibungsu adalah yang terakhir masuk dalam keluarga itu. Ia paling akhir dalam memulai segalanya. Hingga harus bersaing dengan waktu. Sebelum terlambat.
Tetap semangat Bungsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan mengeluh. Ini hanya sekedar curahan rasa
RandomTetap semangat hidupmu berharga