Bab 2

829 120 321
                                    

Seluruh badan Chayoung terasa remuk, benar seperti dugaan Sijin, wanita itu kini memakai koyo hangat di kaki dan punggungnya. Chayoung berusaha keras membuka matanya tapi tak berhasil. Dia benar-benar lelah dan ingin terus berada dalam alam mimpi. Hanya saja suara ketukan pintu semakin lama semakin keras, terdengar tak sabaran. Chayoung berusaha abai dengan menarik selimut dan menutup telingannya rapat menggunakan bantal.

"Aish siapa yang bertamu pagi buta seperti ini?" ocehnya

"Lagi pula kenapa juga dia mengetuk pintu? Jelas-jelas ada bel disana?"

Ya apartemen Chayoung dilengkapi smart intercom.

"Siri ya! Pukul berapa sekarang?"

Tak ada jawaban

Tok tok tok

"HONG CHA YOUNG"

Seketika Chayoung membuka lebar matanya, suara itu? Suara lelaki menyebalkan yang ada dimimpinya. Mengapa dia mendengar suara itu lagi?

Chayoung mengedarkan pandangannya, melihat seisi ruangan yang memang bukan kamarnya selama ini. Tak lama dia mengusak rambutnya kemudian meringkuk kembali dibalik selimut.

"Aaaaa SIALAN!! KUPIKIR KESIALAN KU KEMARIN HANYALAH MIMPI" keluhnya seraya menggerakkan kakinya di udara.

"HEY NONA, AKU BISA MENDENGAR TERIAKANMU. CEPAT BUKA PINTUNYA SEKARANG!!"

Mau tidak mau, Chayoung bangkit dari kasur dan melangkahkan kakinya malas. Chayoung ingin pulang, dia rindu apartemen mewahnya.

"Wae?" kalimat pertama yang dilontarkan Chayoung dengan ketus.

"Kau tak lihat sudah pukul berapa ini?" Sijin menunjuk jam dinding di dalam tempat tinggal Chayoung. Tapi wanita itu rasanya tak peduli "...seluruh penduduk desa sudah...."

"HUAAAAAA" Chayoung menguap tepat saat Sijin ingin menjelaskan tujuannya membangunkan Chayoung pagi itu. Wanita itu menyandarkan tubuhnya pada kusen pintu. Tangannya sibuk menggusak mata yang masih enggan terbuka sempurna.

"Nona Hong" panggil Sijin dengan sabar.

"Hmmmm, lihatlah matahari bahkan belum terbit" keluh wanita itu

Sijin menarik nafas dalam, kalau bukan Chayoung mungkin Sijin sudah memarahi wanita di depannya. Hanya saja melihat wajah manisnya, Sijin tidak akan tega.

"Kau sebaiknya segera cuci muka dan ganti baju, tugasmu hari ini adalah membantu para warga melakukan bebenah desa" Sijin memberikan beberapa alat kebersihan pada tangan Chayoung. Chayoung seketika tercengang.

"Kau menyuruhku bersih-bersih di pagi buta seperti ini?" Nampaknya nyawa Chayoung sudah mulai terkumpul.

"Eoh"

"SHIRO!!" tolaknya

"Ingat keberadaanmu disini menjadi sukarelawan bukan untuk bersantai"

"Tapi.."

"Tidak ada protes" Sijin meraih pundak Chayoung dan memberikan sedikit dorongan agar wanita itu segera kembali kedalam.

"A a a a, perutku sakit sepertinya aku salah makan kemarin, badanku lemas. Rasanya aku tak punya tenaga untuk berdiri" Chayoung menggenggam tangan Sijin meminta pengertian, tubuhnya hampir saja tumbang. Wajahnya meringis kesakitan.

"Kau ingin aku membawamu kerumah sakit?" Sijin menahan bobot tubuh Chayoung.

"Aniya, aku hanya butuh istirahat lebih lama. Itu sudah lebih dari cukup"

"Sepertinya aku memang harus membawamu ke rumah sakit. Wajahmu pucat" Tanpa aba-aba Sijin mengangkat tubuh ramping Chayoung ala pengantin baru.

"YA! APA YANG KAU LAKUKAN? TURUNKAN!" protes wanita itu.

ZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang