PART 1

9 0 0
                                    

Happy Reading....
.
.
.
.
.
.

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.

"Juan berangkat dulu, Ma...Abang" Pamit Juan kepada Mama dan kakak laki-lakinya yang sedang duduk rapi diatas meja makan sembari memainkan ponselnya.

"Berangkat sama siapa?" Tanya kakak Juan, Mahesa. Juan terdiam. Tidak mungkin abangnya itu akan mengizinkannya pergi bersama Reyhan, walaupun itu hanya pergi ke sekolah.

"Em... Sama temen Juan kok bang" Jawab Juan terbata-bata. Matanya melirik kesana kemari. Mahesa tau adiknya itu sedang berbohong. Mahesa menyahut kunci motornya yang ada di depannya, lalu berjalan mendahului Juan.

"Berangkat sama Abang aja!"

"Bang, tapi nanti kalo temen Juan kesiani..."

"Reyhan kan? Biar gue bilangin nanti"

***

"Lo beneran pacaran sama adek gue? Tobat Rey, dah mau kiamat juga. Lu tau kan perbuatan lo itu menentang hukum alam?"

Disinilah Reyhan sekarang. Duduk di bangku kelas sambil melamun. Merenungkan apa yang Mahesa bilang padanya beberapa saat lalu. Ini bukan pertama kalinya dia dapat wejangan seperti ini. Dan Mahesa bukan orang pertama yang menasehatinya.

Dia sama sekali tidak bertemu Juan pagi ini. Malah bertemu Mahesa didepan rumah Juan saat ia hendak menjemput Juan. Reyhan menatap kosong kedepan, tak pedulikan Azka yang sedang bergosip dengan teman-teman sekelilingnya, dan Satya yang tengah tebar pesona diantara para gadis.

"Rey! Diem-diem bae lu! Ngopi ngapa ngopi!" Tegur Azka dengan suara cemprengnya, membuat yang ditegur pun terkejut.

"Yakan? Terkamchagiya lu? Kenapa sih lu bengong mulu? Kesambet setan pakboinya Satya baru tau lu" Lanjut Azka.

"Apa Satya-Satya? Ngegibahin gue lu?" Semprot Satya yang merasa tersebut namanya. Pemuda itu berjalan meninggalkan kerumunan para siswi dan menghampiri circle-nya. Reyhan menghela nafasnya berat, dunia lamunannya sekarang hancur karena perdebatan kecil diantara dua setan itu. *Ralat* - dua temannya itu

"Kalem, Sat! Si Reyhan lagi galau ini, kan takutnya kesambet setan pakboi, entar jadi pakboi pasar kelas centong sayur kek elu! Seminggu ganti cewek minimal 14 kali" Timpal Azka melantur tapi lancar.

"Ya baguslah, daripada dia suka sama cowok" Celetuk Satya, membuat Reyhan semakin galau.

"Iya ya...kenapa gak tobat aja sih, Rey?" Tanya Azka agak hati-hati, takut Reyhan akan marah. Biasanya dia akan marah kalau dinasehati tentang ini.

"Iya tau Rey, padahal cewek disekolah ini tuh hampir kagak ada yang burik, tapi nih ya, kalo menurut Lo kurang cantik, tanya aja ke gue, mantan gue segudang" Celetuk Satya.

'ck!' Seperti biasanya, Reyhan akan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Azka dan Satya hanya bisa diam dan pasrah.

***

Suara ketukan bola basket terdengar nyaring didalam lapangan indoor sekolah. Ya, sekarang Reyhan tengah berada disana sembari men-dribble bola basket. Ia masih merenungkan perkataan Mahesa tadi pagi. Apa memang seharusnya dia mengakhirinya? Dia tahu ini tidak benar.

Beberapa menit berlalu. Dan ia masih setia dengan apa yang ia lakukan. Men-dribble bola dan memasukkannya kedalam ring. Dan merenungkan perkataan Mahesa. Sampai ia tak sadar seseorang membuka pintu.

'ceklek'

Pintu terbuka, tampak seseorang memasuki ruangan luas itu. Ia masih terdiam di ambang pintu, mengamati Reyhan yang tengah men-dribble bola di tengah lapangan indoor itu.

"Kak Rey?" Panggilnya, membuat Reyhan sontak menoleh. Sosok yang tak asing di matanya. Davina Jingga Anjani, yang ia ketahui sebagai adik kelasnya sekaligus ketua cheerleader sekolah. Rumornya gadis yang kerap disapa Jingga ini menyimpan perasaan kepadanya.

"Ngapain disini?" Tanya Reyhan dengan atensinya kembali tertuju pada bola yang tadi dimainkannya.

"Jingga cuma mau bersihin tempat ini" Jawab Jingga seadanya sembari mengambil alat kebersihan yang ada disudut ruangan.

"Dihukum?" Tanya Reyhan lagi, kali ini ia mengalihkan pandangannya pada gadis bersurai hitam panjang itu.

"Yaa.... begitulah...."

"Kak, kalo main jangan disini deh....dilapangan luar aja, aku mau bersihin tempat ini" Pinta Jingga.

"Enak aja dateng-dateng ngusir" Sewot Reyhan.

"Lah, kok ngeselin sih! Aku lagi dihukum kak, tolongin lahhh" Kini Jingga sedikit memohon.

"Adu basket dulu sama gue siapa yang kalah berarti dia yang pergi" Tantang Reyhan. Bahu Jingga sudah naik turun karena menahan amarah. Bukan hanya Jingga sebenarnya, Reyhan memang biasanya bersikap seperti itu kepada semua orang, apalagi orang yang sedang terkena apes seperti Jingga.

"Gue gabisa basket" Kesal Jingga.

"Lu anak cheerleader kan? Tiap turnamen nonton basket, harusnya Lo bisa"

"Terus kalo gue nggak menang emang lu mau bersihin ini tempat?"

"Ya kagak lah, kan tugas elu"

"Berisik lu! Sini! Nggak takut gue"

Bukannya bertanding basket, kedua manusia itu malah berkelahi karena berebut bola berwarna oranye itu.

"Curang lu anjir!" Pekik Reyhan karena Jingga merebut bola itu dengan menarik rambutnya. Reyhan berlari berusaha menghentikan Jingga yang akan memasukkan bola itu kedalam ring. Dan terjadilah pergeludan diantara keduanya. Reyhan mendekap erat tubuh Jingga sebelum akhirnya....

"Ngapain lu berdua?"

"Lah, Juan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hukum Alam (Jay Enhypen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang