Penyesalan yang selalu datang terlambat....
Lelaki itu diam menatap sendu pusaran yang masih basah dihadapan nya, dia menggeleng untuk kesekian kali. Meyakinkan diri bahwa apa yang dilihat tak seperti yang ada dibenak nya.
"Semua pasti bohong kan? Kamu gak mungkin ada disana." Monolog nya mencoba untuk tersenyum, namun percuma mata nya tak salah membaca nama yang terlukis apik di batu nisan.
Ukiran nama calon istrinya, yang akan ia pinang bulan depan. Tepat dihari ulang tahun wanita tercinta nya.
"Kamu gak mungkin ninggalin aku!" Tutur nya dengan tubuh yang merosot jatuh tepat di gundukan tanah basah yang dipenuhi dengan berbagai bunga.
Bahkan sekedar berdiri tegak ia tak sanggup, nafas nya memburu seperti ia baru selesai berlari jauh. Nyatanya itu benar, ia berlari tanpa memperdulikan penampilan acak-acakan dengan lebam yang memenuhi wajah nya.
Ucapan sang ayah kembali terngiang di benak nya...
"Nak kau tau? Penyesalan selalu datang diakhir jika diawal itu namanya pendaftaran." Lelaki paruh baya itu tertawa hambar dan kembali menatap sang putra.
"Semua ada ditangan mu sekarang, lebih memilih dia yang selalu ada untuk mu atau tetap mempertahankan wanita dimasa lalu mu yang pernah pergi tanpa alasan jelas. Sekarang ia hadir dan merusak hubungan mu dan dia yang sudah kau anggap rumah kedua." Ia memberi jeda sekedar melihat reaksi sang anak.
"Ayah hanya berharap kau tak slah memilih dan menyesal kemudian." Ucap nya lagi dan tersenyum kecut melihat wajah datar sang anak.
Jeno tetap diam, mendengar semua ucapan sang ayah. Ia juga bimbang disatu sisi ia sangat mencintai wanita nya namun disisi lain ia merindukan wanita dimasa lalu nya yang kembali hadir dalam hidup nya.
Donghae berdiri, tatapan nya kali ini berubah datar menatap wajah sang putra. Jeno Jovanca Alexis putra nya sekaligus cucu semata wayang keluarga Alexis.
"Apa yang terlihat baik-baik saja belum tentu benar-benar dalam keadaan baik. Ada kala nya ia menyembunyikan luka dibalik senyum secerah matahari yang selalu ia perlihatkan untuk mu."
Setelah nya Donghae meninggalkan Jeno begitu saja, membuat lelaki bermata bulan sabit itu bertanya-tanya makna perkataan terakhir ayah nya. Itu keluar dari konteks pembahasan keduanya.
Namun...
Sekarang ia menemukan jawaban atas apa yang diucapkan sang ayah terkahir kali.
Wanita nya, cinta nya, kasih nya, rumah nya, telah pergi untuk selamanya. Meninggalkan ia sendiri dengan rasa bersalah dan penyesalan yang tak berujung.
"Aku bahkan belum meminta maaf secara baik-baik...
Dan kau sudah pergi..."
Untuk pertama kalinya seorang Jeno menangis, lelaki berbadan L-Men itu terduduk lemas dengan memukul dadanya yang terasa sesak.
Ia kembali kehilangan rumah nya, jika dulu ia masih bisa memperbaiki namun sekarang, bahkan bertemu untuk terkahir kali nya pun ia tak bisa. Rumah nya telah kembali pada sang pencipta.
Tatapan nya jatuh pada bunga mawar putih kesukaan wanita nya yang sempat ia bawah, niat hati ingin memperbaiki apa yang telah ia rusak namun ia malah mendengar kabar yang tak pernah terfikir kan dibenak nya.
Cinta nya telah pergi membawa luka yang ia toreh, kembali menunduk menangis dalam diam. Langit bahkan ikut bersedih, rintikan hujan mulai membasahi permukaan bumi tak terkecuali tubuh bergetar nya.
Tak ada niat untuk sekedar mencari tempat berlindung lelaki itu semakin menangis sesenggukan. Meremat kuat 100 tangkai bunga mawar kesyangan sang belahan jiwa.
"Bahkan kata maaf tak akan bisa memperbaiki apa yang telah ku perbuat pada mu." Lirih nya pelan.
"Seandainya waktu bisa diputar-
aku ingin memperbaiki segalanya. Memulai semua dari awal dengan mu Rose Hania Jehandra sang pemilik hati Jeno Jovanca Alexis."
To be continued......
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewind the story |Lee Jeno
Teen Fiction"Apa semua yang telah terjadi bisa diperbaiki?" ©Haehyun_