---
Park Jongseong.
Satu nama yang masih melekat jelas dalam ingatan Haerin, satu nama yang membuatnya saat ini merasa seperti bertemu hantu yang seolah olah akan menyeretnya ke lubang neraka. Tatapan setajam elang dengan ekspresi dingin yang seolah olah akan menerkamnya membuat Haerin benar benar mengalihkan pandangan. Menundukkan diri.
"Kenapa sih?" Bisik Dayeon, mengernyit heran. Pasalnya sejak tadi Jay berbicara didepan, gadis disebelahnya ini terus saja menundukkan pandangan dan terlihat gelisah.
"Hah?" Haerin menoleh, mengerjap setelahnya. "E-enggak papa. Cuma agak ga enak badan."
"Lah? Lu sakit? Abis lari lari tadi?" Bisik Dayeon lagi.
"Enggak, enggak papa."
Haerin gugup setengah mati, namun gadis itu berusaha tetap tenang. Beberapa kali menghela napasnya. Diam diam berharap semoga laki laki itu, ah maksudnya Jay Park, tidak mengenalinya. Benar, sudah delapan tahun berlalu, pria ini tentu tidak mungkin masih mengenalinya.
"Baiklah, sampai disini pembahasan kita hari ini. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik, selamat siang." Ucap Jay menutup pertemuan hari itu, membuat para karyawan kantor bertepuk tangan lantas beranjak dan membungkuk untuk memberi hormat.
Setelahnya mereka kembali keruangan masing masing, pun dengan Haerin dan Dayeon yang bergegas menuju lift untuk turun ke lantai lima. Haerin melangkahkan kaki tergesa menuju lift, berharap dirinya tidak bertemu dengan Park Jongseong. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika bertemu dengan pria itu.
"Haerin-ah, santai dong. Lu kenapa sih? Buru buru banget" Dayeon berlari pelan untuk mensejajarkan langkahnya dengan gadis itu.
"Lu nya yang lelet" Sahut Haerin, membuat Dayeon memukul lengan gadis itu pelan.
"Kampret lo. Katanya ga enak badan? Tapi jalan aja cepet banget kayak ketemu setan."
"Ya kan gue bilang ga enak badan. Bukan ga enak kaki."
Dayeon sontak mendecih, menggeleng pelan. "Sialan lo"
Saat berbelok menuju lift, keduanya menghentikan langkah ketika mendapati dua orang juga sedang berada didepan lift. Itu pak Jay bersama sekertarisnya.
Haerin sukses merasakan jantungnya mencelos saat Jay membalikkan badan, menatap dirinya dan Dayeon. Gadis itu mematung, buru buru menunduk, sedangkan disisi lain Dayeon membungkukkan badan, memberi hormat kepada Jay sembari mengulas senyum. "Selamat siang, Pak."
"Siang" Sapa Jay.
"Silahkan pak Jay, anda bisa menggunakanya duluan" Ujar Dayeon ketika pintu lift itu terbuka, mempersilahkan Jay memakai lift itu terlebih dahulu. Tentu saja, ia mengerti posisinya, ia mengerti jika dirinya dan Haerin tidak seharusnya menaiki lift bersama dengan atasannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll BE YOURS
FanfictionJay park tidak memiliki rasa dendam kepada Jang Haerin, dirinya hanya ingin mempermainkan perempuan yang pernah berani melawannya saat sekolah. Namun lambat laun, Jay paham, jika dirinya mendapat karma atas perbuatannya. laki laki itu malah benar be...