Langit mulai berubah warna menjadi jingga, menunjukkan hari sudah mulai senja. Suara deburan ombak terdengar dengan jelas. Seorang perempuan berdiri dekat dengan air dan membiarkan kakinya dibasahi oleh ombak yang silih berganti menghampirinya. Ia menikmati hal itu sambil menyaksikan matahari yang mulai tenggelam, sudah lama ia tidak melihat keindahan dan merasakan ketenangan ini.
Dari kejauhan seorang laki-laki memperhatikan perempuan itu. Ia mengeluarkan sketch booknya dan mulai menggambar objek yang ada dihadapannya itu. Ia mulai menggoreskan pensilnya di atas kertas. Ia melihat ke arah wanita itu lagi dan kembali menggambar. Sebelumnya ia tidak pernah tertarik untuk menggambar orang yang bahkan tidak ia kenal, namun menurutnya wanita ini berbeda.
Langit sudah semakin gelap, perempuan itu memutuskan untuk kembali. Ia merapikan barang-barangnya ke dalam tas dan mulai berjalan meninggalkan pantai. Saat laki-laki ini melihat kembali ke arah perempuan itu, perempuan itu sudah tidak ada di tempatnya semula. Laki-laki ini mengalihkan pandangannya ke tempat lain sambil mencari perempuan itu. Sampai ia menemukan perempuan itu dan bergegas menghampirinya. Entah apa yang sekarang ada dipikiran laki-laki itu, tetapi menurutnya gambar ini milik perempuan itu dan harus segera diberikan.
"Mba, permisi, sorry?" Panggil laki-laki itu. Karena merasa terpanggil, perempuan itu menengok ke arah sumber suara.
"Hai, maaf mungkin gue kurang sopan tapi gue mau kasi ini." Ujar laki-laki itu sambil menyodorkan selembar kertas.
"Ini apa?" Tanya Perempuan itu bingung.
"Kertas"
"Ya gue juga tau kali ini kertas"
"Isinya lo"
"Gue?"
Perempuan tersebut langsung membalikkan kertas yang diberikan oleh laki-laki di hadapannya itu, benar saja ternyata ada gambaran dirinya yang sedang memperhatikan pantai. Persis seperti posisinya tadi saat menikmati suasana pantai di sore hari.
"Gue Rigel Arian Auzora. Lo boleh panggil gue Rigel, Arian, Rian terserah lo" Ujar Rian sambil mengulurkan tanggannya.
"Hai, gue Elara. Elara Avyanna Charna." Jawab Elara sambil membalas uluran tangan Rian.
"Itu gambarnya buat lo, semoga lo suka ya"
"Eh? Makasi ya gambar lo bagus" Puji Ara yang masih memandangi gambar itu. Rian tersenyum mendengar pujian itu, ia kira Ara akan marah karena dijadikan objek gambarannya tanpa izin.
"Lo habis ini mau kemana ra?"
"Gue? Gatau sih, tapi kayanya mau pulang."
"Ikut gue yuk?"
"Sorry gue ga bisa, gue lagi banyak tugas hehe. Gue duluan ya, bye" Ujar Ara sambil melangkah pergi meninggalkan Rian yang masih tetap diposisinya. Rian hanya bisa memandangi Ara yang berjalan menjauh.
"Rian bego bangettt" umpat Rian pada dirinya sendiri. Saat ini ia merasa menjadi manusia yang sangat bodoh, bahkan ia belum bertukar kontak dengan perempuan itu tapi sudah membuat perempuan itu pergi.
Sementara itu, Ara masih mencoba mencerna kejadian yang baru saja terjadi. Sebenarnya Ara berbohong mengenai tugasnya yang banyak itu, ia hanya tidak nyaman bila seseorang yang baru ia kenal mengajaknya pergi dan hanya berdua.
Sesampainya dirumah, Ara membersihkan dirinya sebelum beristirahat. Ia tidak sengaja melihat selembar kertas yang berisi gambar dirinya saat di pantai tadi. Ia mengambil kertas tersebut dan memandanginya. Ara masih tidak habis pikir, untuk apa Rian menggambar dirinya? Namun, ia segera menepis pikiran-pikiran itu. Ia beranjak dan memajang gambar tersebut didinding kamarnya lalu memilih untuk beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELARA
RomanceBulan memerlukan bintang untuk menjadi sempurna saat menghiasi langit malam, begitu pun bintang yang tidak dapat menghiasi langit malam itu sendirian. Simbiosis mutualisme, begitulah kira-kira orang menyebutnya. Sama seperti kisah 2 orang manusia ya...