— Anahera Chapter 4 —Musim gugur di akademi memang cukup berangin. Buktinya, surai hitam milik Minjeong yang sudah setengah jam dirapikan, harus kembali berantakan karena diterpa angin.
Tapi hal itu tidak menghentikan Minjeong untuk terus berjalan mengendap menuju pondok tempatnya biasa menghabiskan hari.
Setelah selesai menjalani kegiatannya di akademi, Minjeong menyempatkan diri kembali ke kamarnya untuk sekedar merapikan penampilannya, sebelum menuju pondok dan menemui Jimin di sana.
Minjeong tersenyum kala ia melihat sosok Jimin dari belakang yang tengah duduk dengan sayap besarnya yang terbuka. Sudah cukup lama makhluk itu tinggal di sini—lebih tepatnya disembunyikan di sini. Luka-lukanya sudah mulai pulih, sayapnya pun sepertinya sudah bisa dikepakkan perlahan. Meski ketakutannya akan ditinggalkan tetap menghantui, Minjeong tetap merasa senang karena Jimin bisa menggerakkan sayapnya lagi.
Kedatangan Minjeong membuat Jimin menoleh. Seperti biasa, Jimin akan senantiasa membuka tangannya untuk mempersilakan Minjeong masuk ke pelukannya. Dikecupnya dahi Minjeong, sembari menatap heran karena rambutnya yang tak biasanya dirapikan.
"Sepertinya kau gagal menata rambutmu,Nak," ucap Jimin kemudian.
"Angin sialan ini benar-benar mengacaukan semuanya," balas Minjeong setengah kesal.
Jimin tertawa sembari mengusap lembut bahu Minjeong dalam peluknya.
Nyaman.
Tidak ada kenyamanan di dunia ini yang bisa setara dengan berada di pelukan Jimin. Terdengar berlebihan bukan? Tapi bagi Minjeong, itu tidak sama sekali. Dengan adanya kejadian yang tak disengaja, keterbatasan waktu untuk bersama, dan perbedaan antara dua insan, rasa yang tumbuh saat ini tak bisa sama sekali dianggap berlebihan.
Minjeong dan Jimin hanya menikmati setiap waktu yang mereka punya untuk saling memberi cinta dan kebahagiaan.
"Rupanya makhluk bersayap sudah bisa kembali terbang," sapa Minjeong tiba-tiba.
"Jangan panggil aku makhluk. Aku ini juga seorang wanita," balas Jimin.
"Apa hari ini profesor sudah melatihmu terbang?" tanya Minjeong disela pelukan.
"Ya, tapi aku belum bisa terbang terlalu tinggi. Sayapku masih lemah. Irene bilang perlu beberapa waktu sampai sayapku benar-benar kembali kuat."
Minjeong menatap miris ke arah Jimin, kemudian matanya tertuju pada sayap Jimin yang tertutup. Diusapnya kembali bulu-bulu halus berwarna putih itu, kemudian diamati setiap detailnya dengan seksama.
"Asal kau tahu ... aku selalu ingin bisa terbang dengan sayap sepertimu," ucap Minjeong dengan mata berbinar.
"Aku tahu, itu mustahil. Manusia tidak ditakdirkan memiliki sayap sepertimu. Kami menggunakan kaki untuk berjalan. Tapi, maksudku, sekedar bermimpi saja tidak masalah, 'kan?" Minjeong berseru lagi.
"Tidak ada yang salah dengan mimpi. Siapapun berhak untuk memilikinya. Semua orang juga berhak untuk mewujudkannya. Seperti aku yang ingin membantumu untuk mewujudkan mimpimu."
Minjeong menatap tak mengerti. Sebetulnya ia sedikit bingung oleh ucapan Jimin. Tapi tak lama, Minjeong mendapatkan jawabannya.
Jimin menjauh, kemudian berdiri beberapa langkah di hadapan Minjeong dengan sayap besarnya yang terbuka lebar. Dengan jubah putih milik Minjeong yang ia gunakan, Jimin benar-benar tampak seperti malaikat saat ini.
"Apa yang kau lakukan, Jimin?" tanya Minjeong keheranan.
"Mewujudkan mimpimu."
"Aku tidak mengerti, Jimin."
"Ayo terbang bersamaku."
Jimin mengulurkan tangannya ke arah Minjeong, menunggu hingga gadis itu menyambutnya, dan membawanya terbang ke langit bersama burung-burung cantik yang terbang berkerumun.
Minjeong menyambutnya, dengan sedikit berlinang air mata, gadis itu mendekat ke arah Jimin yang dengan sigap mengangkat tubuhnya dan membawanya perlahan menjauhi tanah.
Minjeong merasa sedikit takut karena perlahan tubuhnya benar-benar terangkat jauh. Sayap besar milik Jimin tampak begitu gagah, bergerak teratur layaknya milik burung.
Keduanya mulai terbang, menuju perbatasan Danau Kaspia. Sejenak menunjuk pada tepi danau sebagai pemberitahuan di mana Minjeong menemukan Jimin.
"Apa kau yakin kita tidak akan jatuh dan terjun ke danau itu, Nona?" ledek Minjeong.
"Percayakan saja padaku. Memang sayapku belum pulih sepenuhnya. Tapi untuk setinggi ini, kurasa aku masih sanggup. Lagi pula, jika aku jatuh, kau juga jatuh. Berdua di dasar laut kurasa tak masalah, aku selalu senang bila itu denganmu, Minjeong."
"Apa kau selalu menggoda para penduduk nirwana seperti ini, Nona Anahera?"
"Ah ... tidak. Hanya kau saja. Aku ... tidak pernah merasakan ini sebelumnya dengan orang lain."
"Aku tidak tahu harus percaya atau sebaliknya. Tapi aku yakin bahwa makhluk dari nirwana tidak akan berbohong, bukan?" Minjeong balik menggoda Jimin.
Jimin tersenyum, dahinya ia dekatkan pada dahi Minjeong. Entah mengapa keduanya merasa seperti terhubung jika dalam posisi ini.
"Wow! Apa itu ikan raksasa yang selama ini ada di buku pelajaranku? Dia benar-benar nyata!" Minjeong sedikit berteriak karena terkejut dengan apa yang dilihatnya di bawah sana.
Tepat di atas danau besar itu, Minjeong melihat ikan raksasa jelmaan manusia yang melompat keluar seperti lumba-lumba.
"Dia temanku, Minjeong. Dia baru saja menyapaku."
"Apa semua makhluk aneh di bumi ini adalah temanmu?" Minjeong bertanya heran.
"Mereka tidak aneh. Mereka itu unik. Setiap makhluk diciptakan berbeda-beda, dan memiliki keunikan masing-masing. Maka dari itu, kehidupan di bumi ini begitu istimewa, karena diisi dengan berbagai macam makhluk yang beragam," terang Jimin lembut.
"Terima kasih, Jimin," ucap Minjeong tiba-tiba.
"Untuk?"
"Untuk semuanya. Terima kasih sudah datang ke hidupku. Terima kasih sudah mewujudkan mimpiku, dan terima kasih sudah membawaku melihat makhluk-makhluk yang istimewa sepertimu. Aku ... sangat ... mencintaimu. Tetaplah bersamaku, Jimin."
"Minjeong, asal kau tahu. Di mana pun aku berada, aku akan selalu bersamamu."
— Anahera Chapter 4 Selesai —
KAMU SEDANG MEMBACA
Anahera - Winrina Short Fic [End]
FanfictionPernahkah kalian menyangka, bahwa sesuatu yang selama ini kalian pikir hanya karangan belaka, mendadak menjadi benar-benar nyata? Selama ini, Minjeong hanya bisa melihatnya dari buku di mata pelajaran 'Makhluk' yang ia pelajari di kelas. Tiap kali p...