Seperti yang sudah diduga sebelumnya. Ibu adalah orang yang akan selalu berlebihan jika menyangkut Sungchan. Ya setidaknya itu menurut Jaemin.
Sesaat setelah ibunya tau kaki Sungchan terkilir pemuda manja itu tiba-tiba berubah manjadi lima kali lipat lebih menyebalkan. Karena tiba-tiba dia bertingkah selayaknya anak kecil. Menanggapi dengan baik tingkah berlebihan ibunya.
Padahal Jaemin ingat bagaimana pemuda itu mengatakan kakinya 'hanya' terkilir dan memarahi Jaemin yang hendak membantunya berjalan. Tetapi setelah sampai rumah anak itu bertingkah seolah dia lumpuh.
Benar-benar bertulang lunak. Lihat saja bagaimana dia bersandar pada Ibu seolah dia adalah bayi 11 bulan. Menyebalkan.
Tidak tahan dengan semua tingkah laku adik tirinya Jaemin memilih bergegas masuk ke kamarnya setelah makan malam usai.
Lebih baik menyendiri dalam kamarnya yang sepi dari pada menjadi penonton serial klasik 'mari manjakan Sungchan' untuk yang ke-seribu kalinya.
Jaemin mendesah membaringkan tubuhnya pada ranjang dan menatap langit-langit kamarnya yang polos. Terus begitu sampai ketukan pintu membuatnya mengalihkan pandangan.
"Apakah ayah mengganggu?? Jaemin sibuk??"
Jaemin terduduk begitu saja mendapati sosok suami ibunya— maksud Jaemin ayahnya— lah yang mengetuk. Senyumnya terbit mempersilahkan sosok yang lebih tua masuk ke dalam kamarnya.
"Tidak sama sekali"
"Apa yang Jaemin-ie sedang lakukan??" Katanya lembut sambil mengusap kepala Jaemin tak kalah lembutnya.
"Tidak ada hanya berbaring bersiap untuk tidur"
"Tidur?? Cepat sekali. Sungchan saja masih menemani ibu menonton drama di bawah"
"Haha aku hanya tidak tau harus melakukan apa" katanya meringis.
Sosok tuan Jung tertawa mengacak rambut anak sambungnya yang tampak malu.
Jaemin yang dikenalnya memang begitu sedari dulu. Pendiam dan pemalu, jarang sekali menceritakan tentang harinya. Berbeda sekali dengan putra kandungnya yang lebih mirip penjual obat keliling itu. Tidak pernah berhenti berceloteh.
"Jaemin bisa bergabung"
Jaemin menggeleng.
"Aku tidak terlalu suka menonton drama"
Tuan Jung mengangguk paham. Bingung harus apa saat Jaemin hanya membalasnya dengan begitu singkat. Dia mengalihkan pandangan pada seisi ruangan Jaemin yang terkesan 'kosong'.
"Bagaimana dengan sekolah?? Jaemin mendapat kesulitan??"
Jaemin menggeleng.
"Tidak sama sekali. Semua baik"
"Syukurlah"
Jaemin mengangguk membiarkan tuan Jung kehilangan kata untuk beberapa saat. Tangannya diraih dan digenggam erat.
"Jaemin, jika punya kesulitan beritahu aku. Aku adalah ayahmu. Sama seperti Sungchan yang menganggap ibumu adalah ibunya kau juga harus menganggapku ayahmu. Kau mengerti??"
Jaemin mengangguk dan tersenyum membalas senyum yang terukir di wajah ayah sambungnya.
"Tentu, ayah"
Tuan Jung mendekat meraih Jaemin dalam pelukannya. Menepuk punggung itu pelan.
"Kau benar-benar berbeda dengan ayahmu yang cerewet"
Jaemin tersenyum dia menatap ayah angkatnya tepat di mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Disaster
Fiksi PenggemarBeberapa orang bilang punya saudara itu adalah anugerah tapi beberapa lagi mengatakan punya saudara itu bagai bencana.