Kunimi Akira : Soft boyfriend

23.8K 412 9
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit lalu, tetapi kamu masih duduk di kursi, menggoyangkan ujung sepatumu dengan perlahan. Pandanganmu terus tertuju pada pintu kelas. Hari ini, kamu dan Oikawa berjanji untuk pulang bersama—sebuah rutinitas kecil yang mulai terasa lebih berarti setiap harinya. Tidak ada jadwal latihan voli, jadi dia seharusnya tidak punya alasan untuk terlambat.

Namun, langkah seseorang yang muncul bukan miliknya.

"(name) -san? " Kunimi terlihat diambang pintu.

"Kunimi? " kamu bangkit, berjalan menghampirinya. "Kau tidak ada jadwal latihan? "

Dia menggeleng, menyandarkan bahu pada kusen pintu. “Baru selesai piket. Kau sedang menunggu seseorang?”

Kamu diam beberapa detik, "tidak, aku hanya sedikit malas pulang sendirian. "

Kunimi memalingkan pandangannya sesaat, lalu mengusap belakang lehernya, sebuah kebiasaan yang terlihat ketika dia gugup. “Ka-kalau mau, kita bisa pulang bareng.”

"Kau gugup? " tanyamu yang langsung dibalas gelengan keras. Kamu kemudian terkekeh pelan, yang tanpa sepengetahuan mu membuat lelaki didepanmu itu merona. Kunimi mengalihkan pandangan berusaha menutupi rasa gugupnya. "Sebelumnya, apa kau melihat Tooru? Ada hal yang ingin aku sampaikan. "

Kunimi mengangguk samar. “Tadi dia ke arah gym, kalau tidak salah.”

"Katamu tidak ada jadwal latihan? "

"Tunggu. " Kunimi kemudian merogoh tas sekolahnya dan membaca sebuah kertas berisi jadwal latihan bola voli—memastikan bahwa memang benar hari ini tidak ada latihan. "Benar kok. "

Kamu tersenyum manis, "maaf Kunimi, kita tidak bisa pulang bareng. Aku harus menemui Tooru dulu. "

"Ya, bukan masalah, " balas Kunimi singkat lalu pergi.

Kamu kemudian berlari. Gym kosong ketika kamu tiba di sana. Cahaya matahari yang tersisa masuk melalui jendela, menciptakan bayangan panjang di lantai. Namun, samar-samar, kamu mendengar suara dari ruang peralatan. Suara yang membuat langkahmu terhenti.

"Anh ah... To-ru ah."

Kamu menutup mulutmu rapat dengan kedua tangan. Air mata menggenang di pelupuk matamu. Dengan cepat, kamu meninggalkan tempat itu tanpa membuat suara.

Di lorong sekolah yang sepi, lututmu melemah. Kamu jatuh terduduk, tanganmu mencengkeram dada yang terasa sesak. Air matamu mengalir tanpa kendali. “Seharusnya aku tidak mengenalmu, Tooru...”

Seseorang berdiri beberapa langkah di depanmu, siluetnya tertangkap oleh matamu yang kabur. Saat pandanganmu lebih jelas, kamu menyadari itu Kunimi. Dia berjongkok di depanmu, menyodorkan sebotol air mineral.

Kamu menerimanya kemudian meminumnya setengah. "Maaf, kau harus melihatku seperti ini. "

"Semua orang punya titik lemah masing-masing. " Kunimi memegang telapak tanganmu. "Kita harus segera pergi dari sini! " ucapnya lembut. Ia kemudian memegang kedua bahumu lalu mengajakmu pergi dari area sekolah masih dengan tangannya yang menggenggam tanganmu.

Kunimi memesan taksi online dengan ponselnya, tanpa melepas tanganmu. Setelah mendapat taksi, ia kemudian menghapus lembut air matamu yang masih mengalir. Menatap kedalam matamu dengan penuh kelembutan. Beberapa detik berlalu, Kunimi segera mengalihkan pandangan dengan tangannya yang masih menggenggam tanganmu lembut.

Setelah taksi datang, kalian segera masuk lalu pergi meninggalkan sekolah. Selama perjalanan, kalian berdua tetap diam, tidak ada yang berniat memulai obrolan. Hingga akhirnya kamu tertidur, entah kenapa hal yang paling nikmat dilakukan setelah menangis adalah tidur.

Didalam tidurmu yang lelap, Kunimi dapat secara bebas menatap wajahmu. Dengan lembut, dia mengusap punggung tanganmu yang berada di pangkuannya, seolah mencoba menyalurkan kehangatan. 

"Tujuan kita kemana? " tanya supir taksi.

Kunimi baru teringat satu hal, ia belum tau alamat rumahmu. "Kerumah saya... " ia kemudian memberitahukan alamat rumahnya pada supir taksi itu.

♡♡♡

Rasanya begitu sulit untuk membuka matamu saat ini, sepertinya itu membengkak. Ketika kamu membuka mata, ruangan itu tidak terasa familiar. Dinding abu-abu, selimut putih, dan aroma segar melingkupi tempat itu. Perlahan, kamu menyadari di mana kamu berada.

Jadi sekarang kamu berada dirumah Kunimi, lebih tepatnya di kamarnya. Tidak terlalu luas namun nyaman, bersih, dengan nuansa abu-abu dan putih. Sangat menggambarkan Kunimi.

"Kamu bangun?” Suaranya terdengar dari pintu. Dia masuk membawa nampan dengan segelas susu hangat dan sepiring biskuit.

“Maaf...” gumammu pelan.

Dia tidak menanggapi, hanya menyodorkan susu itu padamu. Saat kamu meminumnya, tiba-tiba dia berkata, “apa aku boleh suka sama kamu, (name)-san?”

Pertanyaannya membuatmu tersedak. “Uhuk! Kunimi!”

“Gomen, pelan-pelan, senpai,” katanya, nadanya polos.

“Kau bodoh, ya?” Kamu meletakkan gelas itu dengan keras, berbalik mendorongnya hingga dia terpojok di meja belakangnya. “Apa kau sadar aku ini baru saja patah hati? Kalau aku menerimamu, itu sama saja menjadikanmu pelampiasan!”

Kunimi tersenyum kecil. “Aku sadar. Tapi aku tidak peduli,” katanya sambil menarikmu hingga duduk di pangkuannya. “Yang aku pedulikan hanya satu: aku tidak ingin melihatmu menangis lagi.”

Wajahmu memerah mendengar nada suaranya yang berubah, dalam dan penuh kepastian. Sebelum sempat membalas, Kunimi menarikmu lebih dekat dan mengecup bibirmu, lembut namun penuh rasa.

“Kunimi...” gumammu setelah bibir kalian terpisah, tubuhmu terasa lemas dalam pelukannya.

Dia tersenyum kecil, menatap matamu penuh kelembutan. “Mulai sekarang, biarkan aku yang menjagamu, senpai.”

Tangan Kunimi bergerak ke belakang kepalamu, membawamu mendekat, kini melumat bibirmu. Bibir Kunimi terasa kecil dan lembut. Lidahnya menari dengan milikmu.

Lumatan terputus sebelum kedua insan benar-benar kehabisan nafas. Kunimi mengangkat tubuhmu lalu menidurkan mu di tempat tidur. Mengunci tanganmu di atas dengan satu tangannya, "nee... senpai, bolehkah? "

Kamu mengangguk kecil, senyuman yang menimbulkan seringai di wajah Kunimi. Ia kemudian memajukan wajahnya dan menempelkan bibirnya pada bibirmu. Melumat lagi, kali ini lebih lembut.

Begitu lembut hingga membuat darahmu berdesir. Sepertinya ini bukan pertama kalinya bagi Kunimi, ia terlihat cukup lihai. Kunimi menggigit bibir bawahmu, sesekali menghisap, menyebabkan bengkak.

Setelah cukup puas, Kunimi menghentikan lumatannya lalu beralih pada lehermu. Mengakses setiap inci dengan lidahnya, berusaha untuk membuatmu merasa nikmat dan nyaman dalam waktu bersamaan.

Tidak bisa kamu pungkiri, bahwa lidah kecil Kunimi terasa begitu lembut dan lincah. Sempat terlintas di pikiranmu bagaimana jika lidah itu menjilat area selangkanganmu.

"Agh! " desahan pertamamu keluar ketika Kunimi menghisap lehermu, membuat tanda disana.

Kunimi menghentikan aktivitasnya lalu memandang wajahmu bergantian dengan tanda yang telah ia buat. Sebuah seringai kemenangan terbentuk saat melihat wajahmu yang merona. "Akhirnya aku bisa memilikimu, (name) -senpai."

Kamu menangkup wajah Kunimi dengan kedua tangan, lalu menariknya mendekat dan melumat lembut bibirnya. "Aku baru tau kamu semanis ini. "

Kunimi kemudian berbaring disampingmu lalu menarikmu kedalam pelukannya. "Sekarang tidak akan ada lagi yang bisa membuatmu menangis. "

End.

♡♡♡

AU Oneshoot's Haikyuu Chara x Fem Reader🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang