Jisoo menarik napas panjang sebelum membuka pintu itu, pintu besar kokoh yang terlihat begitu mewah dan berkuasa itu seakan mencerminkan apa yang menunggu dibaliknya. Sambil menenangkan debar jantungnya dibukanya pintu itu, dan ketika menyadari tangannya berkeringat, Jisoo tersenyum kecut, Seperti akan menghadapi hukuman mati saja, desisnya dalam hati.Ketika masuk Jisoo menyadari ruangan itu sangat luas. Suasana didalam ruangan itu sungguh elegan, dengan penataan ruang dari desainer terkenal dan perabotan kelas tinggi yang khusus dipesan untuk ruangan ini. Temperaturnya diatur senyaman mungkin dan samar-samar tercium aroma cendana yang menenangkan. Semua yang ada diruangan ini sungguh menyenangkan,
Ups!
Salah.
Semua menyenangkan kecuali satu hal, dan satu hal itu adalah sosok dingi nyang duduk tegak di balik meja dengan keangkuhan yang mencerminkan seolah-olah dirinyalah pusat dunia. Lalu tatapannya itu, tatapannya itu!! Sangat mengerikan. Mata biru itu menatapnya dengan kadar kebencian yang begitu kental.Jisoo membasahi bibirnya dengan gugup, dan menunggu, dan terus menunggu. Tetapi lelaki itu hanya diam menatapnya, mempertahankan keheningan di antara mereka. Jisoo mengangkat dagunya dan melemparkan tatapan, "well aku sudah disini, sekarang apalagi?" kepada lelaki itu.
Si mata biru mengerutkan alis gusar melihat tingkah berani Jisoo, mulutnya menipis, "Kudengar kau menyebabkan kekacauan di proyek kali ini."
Akhirnya!
Jisoo menghembuskan napas setengah lega setengah panik mendengar kalimat pembuka laki-laki itu.
"Saya hanya mencoba menyelamatkan keadaan," sebenarnya Jisoo tidak mau kedengaran begitu kurang ajar, tapi tatapan meremehkan laki-laki itu mau tak mau memunculkan sisi defensif dari dirinya."Menyelamatkan keadaan katamu??" Lelaki itu tampak begitu murka mendengar jawaban Jisoo, "Kau mengusir klien terpenting kita, dan mempermalukannya di depan umum, dan kau bilang itu untuk menyelamatkan keadaan?"
Jisoo membalas tatapan garang lelaki itu dengan tak kalah garang, "Orang yang anda bilang klien terpenting kita itu, merayu dan meraba salah satu SPG kita di tengah-tengah pameran tersebut, apakah menurut anda, saya, sebagai supervisor yang bertugas di lapangan hanya boleh diam saja dan tidak membelanya??!" Tatapan mata meremehkan dari mata biru itu benar-benar membuat Jisoo sebal.
"Kau bekerja disini sebagai supervisor dan seorang supervisor bertugas menjaga hubungan baik dengan klien potensial, bukannya mengusirnya," jawab lelaki itu tenang.
"Jadi menurut anda saya harus melupakan moralitas hanya demi keuntungan perusahaan semata?!"
"Moralitas selamanya tidak akan dapat memberikan keuntungan, dalam hal apapun," si mata biru mengangkat bahu dengan bosan.
Cukup sudah! Jisoo menarik napas dalam-dalam, "Kalau begitu saya tidak mau bekerja di perusahaan yang tidak bermoral, paling cepat nanti siang, anda akan menerima surat pengunduran diri dari saya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Story About Kim Jisoo
RomanceSinopsis "Dalam hidupnya, Impian Jisoo hanyalah ingin menjadi perempuan yang biasa biasa saja. Dia ingin menikah dengan Jaewon kekasihnya, membentuk keluarga kecil yang bahagia, lalu seperti akhir kisah klise lainnya: bergandengan tangan di usia sen...