Sejak saat itu Taeyong seolah-olah menghilang dari kehidupan Jisoo, Jisoo merenung dalam mobil rumah sakit yang membawa mereka pulang ke apartemen.Hari ini Jaewon sudah boleh pulang dari rumah sakit, bersama Seulgi dan Suster Yoona mereka pulang ke apartemen. Suster Yoona memutuskan untuk tinggal sementara membantu Jisoo, dan Seulgi sudah berjanji akan berkunjung setiap hari untuk mengecek kondisi Jaewon dan melakukan terapi rutin.
Kata Dokter Seulgi, Taeyong memutuskan mengambil tugas perjalanan ke eropa dan mungkin akan kembali dalam waktu yang lama.
Dada Jisoo terasa nyeri, ketika sekali lagi mengakui kenyataan itu kepada dirinya sendiri, Oh ya, dia merindukan Taeyong, sangat merindukannya. Ternyata cinta memang bisa tumbuh tanpa direncanakan. Jisoo mencintai Taeyong. Dia tidak tahu kapan perasaan ini bertumbuh. Dia hanya tahu dia mencintai Taeyong, itu saja.
"Aku tidak menyangka bosmu yang kelihatannya sombong itu bisa begitu baik, meminjamkan apartemennya" Jaewon memecah keheningan,
"Aku yang membujuknya," Seulgi yang duduk di kursi depan cepat- cepat menjawab, tahu bahwa Jisoo pasti kebingungan dengan pertanyaan Jaewon itu,
"Taeyong adalah sahabat suamiku, aku bilang merawatmu penting bagiku, karena kamu adalah salah seorang yang selamat dari kecelakaan yang menewaskan suamiku. Jadi Taeyong mau meminjamkan apartemen itu, toh apartemen itu tidak terpakai."
Diam-diam Jisoo dan Suster Yoona menarik napas lega mendengar kelihaian dokter Seulgi menjawab. Mereka sampai di apartemen, dan Jisoo mendorong kursi roda Jaewon memasuki ruangan itu.
Begitu mereka masuk tanpa sadar Jisoo mengernyit semua kenangan itu seolah menghantamnya. Disini, di apartemen ini dia menghabiskan waktu berdua dengan Taeyong, makan malam bersama, bercakap- cakap bersama...
"Apartemen yang sangat bagus, kita beruntung Jisoo, bos mu sangat baik," Jaewon mendongakkan kepalanya ke belakang menatap Jisoo sambil tersenyum. Mau tak mau Jisoo memaksakan senyuman di bibirnya. Kuatkah ia berada di sini? Apalagi di kamar itu... Jisoo melirik kamarnya, tempat Taeyong juga menghabiskan sebagian besar waktunya di sana. Tidak! dia tidak mau masuk lagi ke kamar itu!
Dengan cepat dan efisien mereka menyiapkan segalanya sehingga Jaewon selesai di terapi dan beristirahat di kamarnya. Suster Yoona menjaganya sebentar, lalu berpamitan untuk kembali ke rumah sakit, berjanji akan pulang dan menginap di sini nanti malam.
Setelah memastikan Jaewon tertidur pulas, Seulgi menyeduh teh dan mengajak Jisoo duduk di ruang depan. "Dia sudah kembali dari eropa," Seulgi membuka percakapan, menatap Jisoo dari atas cangkir kopi yang diteguknya.
Seketika itu juga hati Jisoo melonjak, tahu siapa yang di isyaratkan sebagai "dia‟ itu.
"Apakah dia baik-baik saja?"Tanya Jisoo pelan.
Seulgi tersenyum miring mendengar kelembutan dalam suara Jisoo, "Kau itu baik hati ya, sudah menerima arogansinya yang tidak tanggung-tanggung, tetapi masih saja mencemaskannya," dengan pelan Seulgi meletakkan cangkirnya, "Yah, dia baik-baik saja, sedikit kurus, terlalu memaksakan diri dan jadi pemarah seperti beruang terluka, tak ada yang berani menyinggungnya dan mendekatinya dalam radius 100 meter kalau dia sedang mengeluarkan aura pemarahnya, bahkan direktur keuangan memilih berhubungan dengannya via telepon," Seulgi terkekeh. Lalu wajahnya berubah serius melihat kesedihan Jisoo,
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Story About Kim Jisoo
RomanceSinopsis "Dalam hidupnya, Impian Jisoo hanyalah ingin menjadi perempuan yang biasa biasa saja. Dia ingin menikah dengan Jaewon kekasihnya, membentuk keluarga kecil yang bahagia, lalu seperti akhir kisah klise lainnya: bergandengan tangan di usia sen...