berkuasa di tanah lahir

8 0 0
                                    

Minggu pagi dimana Harsha yang sedang tidak ada kegiatan tetap ini, sudah bangun. Bukan karena dirinya yang ingin, tapi karena Amoka yang minta diantar ke kampusnya. Kebisingan yang dibuat karena adanya negosiasi antara penumpang dengan pengantar, membuat si bungsu terbangun dan membuat Harsha penuh emosi.


"bang ayolaaah, anterin gua ke kampus" ajak Amoka yang sudah rapih sembari membawa tas selempang kebanggaannya.

"ngapain si lu ka minggu-minggu gini ke kampus, tutup kali"

"gua mau ambil barang, janjiannya disana"

"etdah tinggal paketin" marah Harsha yang sedang menonton televisi.

"ayok napa bang"

Yup, seisi rumah memanggil Harsha dengan panggilan abang. Tapi bocah 'baru gede' ini memanggil Amoka dengan panggilan "ka" bukan panggilan "kakak" seorang adik kepada saudara lebih tuanya.



"kasian bang perempuan sendirian, kampus juga sepi banget"

"HA?? CEWEK??!" teriak Harsha tepat di depan muka kakaknya.

"iya, makanya ayok" pasrah Amoka yang membeberkan niat di minggu paginya.

"yaudah ayok ayok, demi cewek lu"

"orang temen"

"temen tapi demen, dasar lu"

Si bager ini suka sekali meledek kakaknya yang memang selama ini tidak pernah membicarakan wanita padanya kecuali sang idolanya. Sampai - sampai dirinya mengira bahwa kakaknya ini tidak menyukai perempuan kecuali sang idola favoritnya, Taeyeon sang penyanyi yang berasal dari negara ginseng korea.


"abang...kakak...Nau boleh ikut ga?" bocah yang sudah memakai kemeja kotak-kotak berwarna biru dengan celana pendeknya itu memanggil dari pintu kamar mereka yang terbuka sedikit.

"ayok ikut aja semua sekeluarga besar, ntar ditumpuk ampe atas"

Kali ini Harsha berbicara dengan nada kesal penuh penjelasan, memastikan bahwa mereka akan pergi bersama dengan kendaraan beroda dua kesayangannya.

"aku mau tau kampus kakak" pinta Naushad dengan lucunya.

"yaudah si gapapa polisi juga ga ada, boti ga masalah lah"

"kayak cabe-cabean aja"

"buruan bang ayok, gua telat"

Mau tidak mau Harsha mengantar Amoka ke kampusnya dan membawa Naushad yang ingin mengetahui bagaimana bentuk tempat sang kakak belajar.


Setelah Harsha sudah siap dengan si beat hitamnya itu, sang adik berjalan mendekat ke bagian depan motor seakan meminta bagiannya untuk berada di depan Harsha yang akan mengendarai motor.

"Amoka adek lu ga sadar diri banget si, badan dia bongsor banget gini minta di depan, Tuhaan" keluh Harsa yang sudah frustasi.

"sini aja Nau ditengah"

Amoka sudah mengambil alih keributan yang jika dilanjut akan membuatnya terlambat dari janjinya.

-


-

Sepanjang jalan Harsha bernyanyi menyanyikan lagu hanya separuh dan berganti ke judul lain. Sedangkan Naushad mengajak ngobrol Amoka menanyakan apa yang dia lihat di jalan. Sampai tibanya mereka di kampus Amoka depan fakultas Psikologi.

"oke makasih"

"langsung pulang ya, bang. Jangan dibawa kemana-mana dulu adeknya ga pake jaket lagi tuh dia"

"iya elah"

"yaudah hati-hati"

"ka lu gamau tips and trick dari gua?" tawar Harsa dengan alis matanya yang naik turun.

"ga, udah sono"

"ck, yaudah semoga lancar ya date berdalih barang ketinggalan" ledek Harsha yang langsung menancapkan gasnya dan membuat Naushad menggenggam pinggangnya.


"Nau jangan di pinggang geli, pegangan di belakang aja"

Yang diminta pun hanya berdiam dan melepaskan pegangannya pada pinggang Harsha.

Hingga Harsha menepikan yang dikendarainya tepat di depan kios kecil menjual minuman boba. Tanpa berbicara lebih, dia menurunkan topangan yang akan menjaga motornya agar tetap tegap.

"tunggu sini"

Harsha berjalan memasuki kios dan meninggalkan Naushad seorang diri diatas motornya. Situasi dingin ini memang akan terjadi ketika hanya ada Harsha dan Naushad di satu waktu. Harsha yang akan bersikap acuh dan Naushad yang diam seakan tak tahu apa yang sedang terjadi.


Naushad yang menduduki motor dibawah matahari dengan kondisi sudah jauh lebih terik dan menyengat kulit menunggu kembali yang ditunggu membuatnya melenguh kepanasan. Sedangkan saat yang bersamaan Harsha menyedot minuman boba yang digenggam sembari jalan menghampiri Naushad.

"maaf tolong pegangin"

Perintah Harsa pada sang adik untuk menggengam dua minuman dingin dengan tangan kosongnya dan buru-buru menaiki motor.

"ini buat siapa bang satu lagi?"

"buat cewek gua"

"oh" cukup jelas ucapan Harsha membuat Naushad terdiam.

"kalo mau minum aja" bicara Harsha selang beberapa waktu.

"nanti cewek abang?"

"beli lagi lah, lu gantiin duitnya"

"gausah deh, aku gapunya uang"

"ribet dah ah miskin, minum aja udah ntar gua minta kakak gantiin duitnya" kecut Harsha.

Mulutnya memang susah dikendalikan jika sudah sampai di titik jengahnya. Padahal Naushad bertanya dengan baik. Kadang itu yang selalu menjadi keluhan satu keluarganya, membuat suasana berubah seketika saat Harsha sudah mode menyebalkan.

Isi bahag;aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang