Sinar matahari menyorot masuk menembus kaca jendela. Membuat Elyn terganggu dan terbangun dari tidurnya. Ia mendapati dirinya yang tertidur di lantai.
Setelah di ingat ingat, ia sadar jika tadi malam dirinya sudah banyak mengeluarkan air mata sampai ia ketiduran.
"Aduh jam berapa ya sekarang" ucapnya sambil meraih jam weker diatas nakas.
Elyn bangkit dengan tubuhnya yang sakit karena tidur di lantai tanpa alas.
Melihat dirinya sendiri dari pantulan cermin membuatnya bergidik ngeri "iihh kaya zombie"
Elyn bergegas membersihkan diri.
"Elynnn! Mana sarapannya!"
Elyn yang sedang menguncir rambutnya segera pergi menuju asal suara yang memanggilnya.
"Iya kak, kenapa?" Elyn berdiri menghadap Vinza yang sedang menatapnya lekat.
"Lo Gimana sih jadi istri. gue mau sarapan!"
"Maaf kak, Elyn bangunnya kesiangan. Tunggu Elyn buatkan sarapannya sebentar." Elyn hendak pergi namun..
"Heh tunggu!"
Alhasil Elyn menghentikan langkahnya dan beralih menatap Vinza.
"Kenapa kak?"
"Mata lo kenapa bengkak?"
Elyn mengusap matanya dan tersenyum tipis, Berusaha menyembunyikan kesedihannya.
"Enggak papa kak" jawabnya sambil menundukkan kepalanya.
"Heh liat gue kalo gue lagi ngomong" ketus Vinza.
Elyn mengangkat kepalanya, menatap ragu Vinza yang juga menatapnya.
"Lo semalam nangis?"
Elyn menggeleng cepat.
"Gak kak, Elyn cuma kurang tidur aja" ia beralasan.
Namun alasannya kurang tepat untuk seorang Vinza.
Vinza tertawa hambar "Kurang tidur gimana, Lo aja bangunnya siang. Masa masih kurang."
"Kak Vinza khawatir sama Elyn?"
Vinza berdecak "siapa bilang? Gue cuma tanya. Nanti dikira gue yang nonjokin mata lo sampe bengkak gitu. Jangan geer" semprot Vinza.
Elyn hanya mengangguk paham, mencoba bersabar. 'Lagian kenapa juga Vinza peduli terhadapnya.' batinnya.
Vinza kan mau menikah karena semua fitnah itu, bukan karena tulus dari hati.
Akan tetapi Elyn tak terlalu mempermasalahkannya. Elyn mau menikah dengan Vinza juga untuk mengembalikan nama baik orang tuanya. Elyn takut jika orang tuanya ikut di maki oleh orang penyebar fitnah tak bertanggung jawab itu. Elyn lebih memilih menjaga perasaan orang tuanya.
Melihat Elyn yang masih berdiri mematung didepannya, Vinza berdecak "ngapain Lo masih disini? Gue udah laper" semprot Vinza.
Elyn mengangkat alisnya "eh iya, tunggu ya kak"
Ia segera berlalu pergi beralih ke dapur. Vinza terlihat kesal sambil menatap punggung Elyn yang menjauh.
Ia mengangkat telponnya yang berdering.
"Apa! Gue kesana!" Tanpa aba-aba Vinza menyambar jaket dan kunci motornya.
Elyn yang baru saja selesai menyiapkan sarapan untuk vinza malah kebingungan mencari keberadaan Vinza.
"Kak Vinza?"
Dari luar terdengar suara motor hendak pergi. Mendengarnya, Elyn menghampiri keluar.
"Kak ini sarapannya!"
Namun Vinza telah lebih dulu pergi. Suara deruan motornya yang berisik juga tidak membantu untuk vinza bisa mendengar suara Elyn walaupun ia sudah teriak sekencang-kencangnya.
Elyn hanya bisa menatap kecewa dua sandwich yang ada di piringnya. Tapi ia berpendapat kalau Vinza sedang ada urusan mendadak makanya main nyelonong pergi. 'Tapi kan setidaknya bisa pamit dulu' batinnya.
Namun Elyn memikirkan Vinza yang belum sempat sarapan. Ia khawatir jika nantinya Vinza kelaparan.
Ia berniat menyusul Vinza. Dengan menaiki taksi dan membawa paper bag berisi sandwich yang dibuatnya tadi.
'kak Vinza seneng ga ya kalo aku bawain makanan gini' batinnya sambil terus memperhatikan kotak makanan berwarna biru itu.
"Pak, saya mau tanya. Kemarin Saya liat di film, seorang istri mengantarkan bekal makanan untuk suaminya yang belum sempat makan. Kira kira suaminya bakal seneng ga dibawain makanan?"
Supir taksi itu melirik Elyn dari kaca depan.
"Pasti seneng lah neng, suami mana yang ga seneng di perhatiin sama istrinya."
Elyn mengangguk senang ia menghembuskan nafas lega.
Elyn sampai di kampus tempat Vinza berkuliah.
'Bagus juga ya kampus kak Vinza. Tapi aku Gatau kak Vinza dimana sekarang' batinnya sambil terus memperhatikan sekelilingnya.
Dengan tangannya yang menenteng paper bag, Elyn berjalan perlahan memasuki lingkungan kampus.
'Jam segini kampusnya masih sepi kok. Tapi kenapa kak Vinza buru buru banget' Elyn bahkan tak melihat seorang pun disana.
"Eh mba, ada perlu apa kesini?"
Seorang bapak-bapak berpakaian satpam menghampiri Elyn yang menatapnya.
"Pak, saya mau nganterin makanan ke su...su....kakak saya!" ucapnya hampir saja keceplosan.
Bapak itu mengerutkan dahinya "loh, kakaknya ga ngasih tau ya kalo hari ini mereka sedang libur"
Sontak Elyn bingung mendengarnya.
"Hari ini sedang libur mba, karena ada acara antar dosen"
Elyn tersenyum tipis "Ohh maaf pak, kakak saya gak bilang. Yaudah makasih ya pak saya pulang dulu"
Setelahnya Elyn pulang dengan perasaan kecewa.
'jadi kak Vinza kemana kalo bukan ke kampus.' Batinnya.
Jujur ia memang sedikit kecewa. Ia datang dengan keadaan semangat untuk mengantarkan makanan ke Vinza. Tapi hari ini kampus sedang libur. Kemana Vinza pergi.
****
To be continued..
![](https://img.wattpad.com/cover/283594101-288-k844017.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE FOR JERSSLYN
Teen FictionTernyata menjadi istri seorang bad boy yang sifatnya dingin tak perlu cara susah untuk mencairkannya, cukup dengan kepribadian seorang Jersslyn yang mampu membuat sifat dingin itu berubah. Jersslyn Leona Aqeela, dengan nama panggilan Elyn itu mendap...