diary

0 0 0
                                    

Aku tanya apakah kamu baik-baik saja, kenapa kamu selalu menjawab baik-baik saja. Mulutmu bisa berbohong tetapi apakah kamu ingin selalu membohongi dirimu sendiri bahwa kamu baik-baik saja. Apakah salah jika kamu menjawab aku sedang tidak baik-baik saja, dunia boleh saja berusaha menghancurkanmu tetapi janganlah kamu yang menyerah hanya karena itu. Memang aku tak tau apa yang terjadi dalam hidupmu tetapi aku hanya ingin bahwa kamu bahagia.

Sampai kapan kamu membohongi dirimu sendiri, sampai kapan kamu seperti ini. Seperti tembok berdiri dengan kokoh namun dalamnya ternyata rapuh.

Lihatlah kaca ada seseorang yang selalu tersenyum tertawa meskipun dunianya sendiri sedang tidak baik-baik saja. Dia yang kamu tatap itu seseorang yang selalu ada ketika orang disekitarnya sedang rapuh, dia yang selalu mengatakan bahwa kamu tidak boleh menyerah, dia yang selalu memeluk orang lain untuk mengatakan bahwa kamu akan baik-baik saja, dia yang selalu menjadi motivasi untuk orang lain. Namun itulah dirinya, selalu membohongi dirinya sendiri. Selalu mengatakan bahwa sedang baik-baik saja namun dalam hatinya sangat ingin menyerah. Dia yang selalu menangis dalam diam, dia yang selalu memukul dirinya sendiri meskipun dirinya tak salah. Dirinya yang sangat rapuh namun berusaha terlihat kokoh. Tatap dia tanyakan apakah dia sedang baik-baik saja, tatap dirimu sendiri dalam pantulan kaca itu. Coba tanyakan apakah dirinya sedang kokoh, apakah harinya sedang baik atau tidak.
Kita memang tak bisa berharap pada seseorang untuk bisa mengerti perasaan kita, namun diri kitalah yang seharusnya mengerti kapan kita baik-baik saja atau tidak.

Bantal yang selalu menjadi dekapan untuk menahan rintihan, selimut selalu mengusap titik demi titik yang lolos dari mata, kasur yang menjadi tempat pelampiasan amarahku bahkan dirinya sendiri yang terkadang menjadi luapan tersebut. Kini sosok tersebut penuh dengan luka, lebam bahkan bengkak. Bahkan tanganya menjadi kanvas untuk menciptakan karya yang hanya penuh warna merah. Pipi yang seharusnya diusap lembut namun menjadi tempat tamparan dirinya sendiri dan rambut yang dulunya ia belai kini sekali tarik puluhan rambut tersebut jatuh ke lantai yang dimana penuh tetesan darah segar. Tubuhnya kini tak sehat seperti dulu dan senyuman yang selalu ia perlihatkan tak seindah dulu.
Akankah sosok tersebut akan kembali seperti dulu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I HAVE BIPOLARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang