"hai sayang, kemarilah."
Seorang pria paruh baya merentangkan tangannya memberi isyarat agar sang istri masuk kedalam dekapannya, dengan senang hati sang istri langsung memeluk erat pria cintanya. rasa hangat menyelimuti mereka berdua.
"Kenapa hm? tumben sekali manja."
"Aow, apa aku tak boleh bermanja-manja pada suamiku sendiri?." Ucap Sarah selaku istri dari Kim.
"Tapi aneh, ada yang ingin kau sampaikan kan bicaralah jangan memendam sendiri."
"Tentang anak kita." Ujarnya mendongak menatap ragu wajah suaminya.
Kim mengerutkan alisnya, sepertinya ini hal penting biasanya istrinya tak pernah membahas tentang anaknya. Yah istrinya bukan tidak peduli pada Kao namun lebih memilih agar suaminya saja yang mengarahkan masa depan anaknya, ia yakin jika Kim yang mengarahkan semuanya hidup Kao kedepannya akan lebih bahagia. Itu menurutnya.
"Kenapa memang." Tanya Kim mengelus rambut panjang Sarah.
"Tentang perjodohan Kao dengan anak temanmu itu. Sayang, bukankah itu terlalu berlebihan menjodohkan anak kita dan anak temanmu itu terlebih aku melihat bagaimana anak dari temanmu tidak nyaman bersama Kao." Sarah mencoba berbicara lembut pada Kim dengan begini semoga apa yang ia sampaikan bisa mempertimbangkan 'perjodohan' anaknya.
Sarah adalah wanita yang baik, lembut. Mempunyai sopan santun dan tidak pernah bersikap kasar ataupun membantah pada suami dan anaknya. Ia selalu menuruti kemauan suaminya bahkan memanjakan Kao selaku anaknya.
Namun, sejak keputusan dimana Kao anaknya akan di jodohkan oleh pilihan suaminya, ia sedikit tidak setuju dalam hal ini. Sarah tak protes saat suaminya Kim untuk menjodohkan anaknya, ia menunggu waktu dimana kedua belah pihak keluarga bertemu. Sarah sadar saat ia sedikit memperhatikan calon menantunya itu tidak nyaman dan tidak setuju perihal perjodohan ini maka dari itu Sarah ingin membatalkan perjodohan yang suaminya lakukan dengan cara berbicara baik dan lembut.
"Apakah begitu, tapi kata tuan Trai anaknya bersedia menikah dengan Kao. Tunggu, mengapa kau berbicara seperti tidak ingin putra kita menikah pada anak temanku."
"Sayang, aku memang berniat mengatakan ini. Lebih baik jika kita batalkan saja aku merasa bersalah pada anak temanmu itu. Dan jika mau mungkin dia di paksa oleh temanmu, aku kasian padannya." Ucap Sarah memelas, ia benar-benar khawatir nantinya jika akan di paksakan menikah padahal anak temannya tidak mau pada putranya.
"Em begitukah, ya aku akan mempertimbangkan semuanya jangan khawatir lagi, jangan berfikir berlebihan na."
Sarah tampak puas dengan jawaban Kim, ia pikir suaminya tidak setuju dan akan marah.
"Terimakasih sayang. Aku takut kau tidak setuju dan meneruskan perjodohan ini." Sarah memanyunkan bibirnya tak lupa tangannya yang bertengger apik di leher sang suami.
"Bagaimana aku bisa marah padamu hmm." Kim mencubit gemas hidung bangir Sarah lalu mereka tertawa bersama.
"Malam Dad, Mom."
Kao datang dari arah belakang membawa tas lumayan besar pada punggungnya.
"Hai sayang, lelah ya Mommy buatkan teh atau yang lain?." Tanya Sarah tersenyum lembut pada putranya.
"Terimakasih Mom, tapi aku akan langsung ke kamar saja na tak perlu repot-repot."
Sarah tersenyum Kao anaknya kini tumbuh besar dengan sempurna, ganteng persis Daddy-nya. Sarah menyenggol lengan Kim memberi isyarat tentang tadi yang mereka bahas.
"Ah ya Kao bisa Daddy bicara?."
"Mengapa harus ijin, bicaralah Dad." Ujar Kao meletakkan tas dan barang-barangnya lalu memfokuskan pada orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANACUTE
Romance"bagaimana jika aku mencintaimu?." - Mew Slow update. Cr photo:@Mewgulf4me (by pinterest)