Chapter 1

5 2 2
                                    

Bzzzttt-

"Halo, selamat pagi tuan! Namaku adalah C-201016 atau Kai Zeroen. Salah satu robot al yang berevolusi setelah menjalani beberapa latihan yang cukup sulit. Salam kenal dan mohon bantuannya tuan!" Ucap Kai dengan suara dan gaya bicara seperti robot al pada umumnya.

Kai adalah salah satu robot al yang diciptakan seorang revolusioner yang terinspirasi Hatsune Miku dari Vocaloid. Miku adalah seorang robot al yang berprofesi sebagai penyanyi. Perintah yang diberikannya adalah untuk bernyanyi dan membuat semua orang bahagia dengan lagu ciptaannya.

Tidak berbeda juga dengan Kai. Tapi perintah yang diberikan kepada Kai adalah hanya menuruti semua perintah tuannya.

Namun terkadang manusia salah paham dengan hal itu. Mereka tidak tahu bahwa robot al sekarang mempunyai jiwa yang mampu merasakan sakit hati dan rasa lainnya yang dimiliki oleh manusia. Robot al juga pintar, karena mereka bisa menambah informasi baru hanya dengan memindai dan memerhatikan manusia saja.

Beberapa saat yang lalu seorang laki laki yang sudah agak tua datang ke perusahaan tempat Kai dibuat dan dibesarkan. Ia memiliki sebuah permintaan, yaitu sebuah robot perempuan untuk mengurus anaknya.

Kebetulan robot al yang telah berevolusi, hanya tersisa Kai seorang. Robot al yang lainnya sudah memiliki tuan dan dibawa ke tempat mereka. Lalu dia bertanya kepada seorang anak laki laki yang berada disampingnya. Ia tampak tidak suka dan marah, tapi ia berkata "terserah" lalu meninggalkan laki laki yang agak tua itu. Nampaknya dia itu adalah ayahnya.

Akhirnya laki laki itu memilih Kai lalu membawanya pergi.

"Namamu Kai Zeroen kan? Salam kenal, nama saya Ziha Effendy. Saya bisa memanggilmu Zero?" tanya laki laki yang bernama Ziha itu.

"Jika itu yang tuan inginkan, silahkan panggil aku Zero" jawab Kai.

"Ah, baiklah Zero. Panggil saja saya Ziha, oke?".

"Baik, Tuan Ziha".

"Nah, sekarang masuk lah ke mobil. Kita akan berangkat menuju rumah kita" Ziha pun mengelus kepala Kai. Kai merasa senang kepalanya dielus sang majikan. Karena itu artinya sang majikan senang dengan dirinya.

"Baik, Tuan!" lalu Kai pun masuk, dan duduk di kursi belakang bersama anak laki lakinya.

Brakk-

"Hei- kau mengganggu tidurku!" ujarnya. Kai pun menoleh dan menundukkan sedikit kepalanya.

"Maafkan aku tuan muda".

Ziha yang baru saja masuk dan duduk di kursi depan pun memegang keningnya yang terasa pusing.

"Zio! Hentikan itu, Papa tau kamu tidak tidur sejak tadi. Meskipun Zero itu robot al, yang sopanlah padanya karena dia lebih tua darimu!".

"..." Zio pun terdiam dan menahan kekesalannya.

Setelah mengatakan itu, Ziha memasang sabuk pengaman dan melajukan mobilnya.

Kai yang tidak mengerti semua ini memilih untuk diam dan menyimak. Ia tidak tahu kenapa alasannya, tuan muda Zio tidak menyukainya.

2 jam kemudian mereka sampai di kediaman Effendy. Ternyata jarak perusahaan dan kediaman mereka lumayan jauh. Jika menggunakan taksi atau ojol pun pasti mahal. Kerena jalan lalu lintas nya pun terkadang padat, itu lah yang menjadikan ongkosnya cukup mahal.

Kai turun dari mobil dan berjalan memutar membukakan pintu untuk Zio. Namun sepertinya Zio tidak suka.

"Aku bisa membuka pintunya sendiri, menjauhlah!" Kai pun menjauh dari pintu dan Zio turun dari mobil.

Setelah turun, Zio pun memandangi Kai sebentar.

"Mau bagaimana manapun aku memang tidak suka padamu..." ucapnya dengan pelan, lalu pergi masuk ke dalam.

Kai pun merasa sedih mendengar ucapan itu. Baginya tidak ada yang berbeda, mengucapkan dengan jelas atau berbisik pelan seperti tadi. Karena semua ia bisa dengar dengan jelas jika ia sudah fokus terhadap target.

Tiba tiba ia merasa ada orang yang memegang pundaknya. Kai pun langsung menoleh.

"Ada apa tuan Ziha? Ada perintah untukku?" tanya Kai.

"Ah... lebih tepatnya permintaan bukan perintah. Kau bisa menyetir, Zero?".

"Tentu saja, tuan. Itu adalah salah satu hal yang wajib dikuasai oleh semua robot al yang telah berevolusi" jawab Kai dengan sangat detail.

"Baiklah, kau parkirkan mobil ini di garasi. Jangan lupa berikan kuncinya padaku lagi. Aku akan berada di ruangan pribadiku yang ada dilantai dua, kau masuk saja nanti dan berikan itu. Jangan lupa nanti berkenalan lah dengan bibi dan paman yang sudah membantuku merawat rumah ini".

"Baik, akan aku lakukan!" ujar Kai.

Ziha pun masuk kedalam dengan membawa tasnya dan menyusul putranya yang telah masuk duluan.

...

"Wah, non~ Anda sangat cantik!" ujar seseorang.

"Terimakasih, anda juga masih sangat cantik nyonya"

"Panggil saja bibi, bi Ela. Bibi juga akan memanggilmu Kai. Kalau disebut nyonya, bibi merasa aneh dan tidak..." Bi Ela menggantung perkataannya.

"Tidak?" tanya Kai sembari memiringkan sedikit kepalanya.

"Haduh, nak. Panggilan Tuan dan Nyonya hanya berlaku untuk tuan Ziha dan tuan muda Zio" ujar lelaki paruh baya yang diketahui bernama Pak Ujang.

"Lalu...nyonya?" tanya Kai lagi.

"Nyonya rumah ini adalah Non Olivia, hanya saja Non Oliv meninggal karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Kami sarankan jangan membahas ini didepan tuan muda Zio atau tuan Ziha. Karena mereka akan sangat sedih. Terutama tuan muda Zio, yang sejak saat itu membenci kaum robot al seperti kamu" ujar seorang anak laki laki bernama Okta. Ia berharap Kai mengerti beberapa peraturan dirumah ini, karena ia tidak tega melihat anak baru dan seperti seumuran dirinya dimarahi oleh tuannya.

"Kenalkan diri kalian terlebih dahulu! Haduh, dasar pria..." ujar Bi Ela sambil memegang kepalanya.

"Ah, baiklah maaf bi, maaf Kai. Namaku Okta, Oktavian. Dan pak tua satu ini bernama Pak Ujang. Salam kenal dan mohon kerjasamanya Kai!" Okta pun mengulurkan tangannya dan Kai menerima uluran tangannya.

"Salam kenal, Okta!" ujar Kai sambil tersenyum. Sesaat dada Okta berdebar debar melihatnya.

"Hei- siapa yang kau sebut pak tua?!" ujar Pak Ujang lalu mengunci Okta.

"Geh- Lepaskan aku pak tua! Kau kan emang sudah tua!" Okta pun berusaha melepaskan diri dari Pak Ujang dengan susah payah. Luarnya saja sudah tua, tapi tenaganya sangat kuat. Okta saja kalah kuat.

"Hah... anak jaman sekarang tidak ada imut imutnya sama orang tua" ujar Pak Ujang lalu melepaskan kunciannya di leher Okta.

Okta pun batuk batuk dan memegang lehernya yang sedikit sakit dan memerah.

"Ka-u mau mem-bunuhku ya, pak t-tua?!" Bi Ela yang melihatnya pun mengambil satu gelas air untuk Okta minum.

"Ini, Ta. Pak Ujang keterlaluan loh! Bagaimana kalau Okta tidak bisa bertahan?!" marah Bi Ela.

"Tenanglah. Aku tidak akan melakukan ini jika itu bukan Okta. Aku tau batas kekuatan anak ini" ujar Pak Ujang dengan percaya diri.

Kai pun lagi lagi tidak terlalu paham dengan hal ini. Menurutnya apa hal itu bisa dijadikan hal bercanda? Bagaimana jika Okta mati? Ia pun hanya bisa tersenyum kecil melihatnya. Menurutnya, orang rumah ini semuanya unik.

"Kalau begitu, aku pamit pergi ke kamarku dulu ya". Kai pun menunduk sebentar, lalu pergi meninggalkan mereka.

"Semoga tuan muda tidak membenci Kai" ujar bi Ela.

"Ya semoga saja begitu, bi" ujar Okta sambil menghela nafas melihat kepergian Kai.

To be continued...

Lanjut? 5 vote ⊙﹏⊙

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AL- Kai Zeroen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang