TerBul 3.

81 9 0
                                    





Aliansi BEM kampus sedang kumpul di auditorium siang itu. Seluruh anggota bem per-fakultas ada di sana. Nggak ketinggalan puluhan mahasiswa proaktif di beberapa kegiatan kampus dan tentunya ratusan mahasiswa baru. Tujuannya udah jelas, sosialisasi kegiatan. Winter ikut, meski bukan bagian dari apapun selain sebagai mahasiswa biasa.

Sebenarnya malas, asli. Karina mendesak mesti datang. Kalau nggak ingat kebaikan Karina tempo lalu, kayaknya Winter ogah.

"Teman-teman mahasiswa, Kakak dan Adek-adek, bisa bergabung bersama kami benar-benar tanpa memandang jurusan."

Parahnya, Ryujin sedang berkicau depan sana. Menjereng senyum yang disukai beberapa mahasiswa kecil polos, dan membuat tingkah seolah sang bijaksana.

Ck. Bukan dendam, tapi telanjur nggak suka. Mendengar saja muak, apalagi harus memandang kegagahannya yang terpamer gagah di atas mimbar kemahasiswaan. Winter belum habis rasa kesal pokoknya.

"Menjadi anak hukum, kedokteran, teknik, bahkan manajemen nggak menutup mimpi terhadap hobi kalian dalam dunia olahraga. Saya sebagai penanggung jawab periode tahun ajaran baru ini di fakultas seni, dengan merasa terhormat mengajak teman-teman semua agar sama-sama menikmati dan join sembari menggodok bibit-bibit berbakat. Bukan mustahil bakal ada yang lahir untuk proyek masa depan bangsa. Menjadi atlet negara."

Riuh tepuk tangan menyeruak di gedung sebesar lapangan bola itu. Sorak-sorai benar-benar memekakan telinga. Ryujin begitu disegani warga kampus, bahkan mahasiswa baru menaruh respons besar. Reaksi ini menjelaskan banyak.

Winter jelas semakin suntuk. Ingin cabut dari lautan mahasiswa ini. Mentalnya tiba-tiba introver ketika dihadapkan hal yang dia nggak suka layaknya sekarang.

"Halo!! Selamat siang semua! Hidup mahasiswa!"

Ah, nggak jadi. Mungkin ini alasan Karina memaksanya datang. Anak itu ternyata juga menjadi bagian penyuara salah satu badan kegiatan kampus. Mewakili fakultas hukum, fakultas Winter juga.

"Udah pada makan siang, kan?"

Winter senyum. Karina cukup cerewet jadi mediator depan sana. Apa yang dipikir ketua BEM? Bisa-bisa satu persatu di ajak ngobrol anak itu. Iya, Karina cerewet. Normal sebenarnya, tapi dihadapkan sifat cuek nan angkuh dari Winter tentu aja kontras.

"Kalo udah, harus semangat dong! Coba mana suaranya. Hidup mahasiswa!"

Syukurnya Karina Yu adalah deretan manis primadona terpilih kampus. Mirip Ryujin nasibnya. Dia di elu-elukan, dipuji sana-sini, di panggil cantik tak jemu, diteladani gadis seangkatan, dan junior. Bahkan yang iri banyak kalo udah deskripsi segimana sempurna orang ini.

"Nah, kenalin. Aku Karina Yu, mewakili fakultas hukum yang dengan sangat bangga memperkenalkan ke kalian semua, sebuah aktivitas dan media kampus yang dijadikan forum kebebasan bersuara."

Kenal dia sejak kali pertama mendaftar kuliah. Punya cerita sama, pernah gagal di kampus impian jalur sekolah, akhirnya menempuh jalur mandiri. Bertemu di jurusan yang sama. Kenal pun nggak sengaja.

Winter inget waktu itu dia dimarahin tanpa sebab. Sama sekali nggak kenal Karina, padahal. Perkara parkir yang katanya direbut paksa, dan terdesak keadaan di mana keduanya disibukkan berkas super merepotkan mahasiswa baru.

"Nama media dan ruang yang super bagus untuk mahasiswa kritis kayak kamu ini adalah KSK. Kumpul Suara Keadilan. Beranggotakan hampir 300 orang, bukti tetap bahwa KSK adalah salah satu kegiatan yang mayoritas gemari. Ide, saran, sanggah, dituangkan secara nyaman dan mufakat bersama. KSK juga, menjadi 1 dari banyaknya segala kegiatan ke-organisasian kampus tersukses. Hal ini tentu nggak lepas dari kerja sama yang diprakarsai ketua teladan KSK kita, Kakak Yeji dan tim keanggotaan."

Terang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang