TerBul 2.

97 13 0
                                    

Minta bantuan adalah sebuah hal yang paling Winter hindari dalam hidupnya. Anaknya berprinsip semuanya bisa mandiri. Anti sosial enggak, tapi mau sesulit, sekacau apapun dia pasti bisa sendiri. Iya, itu motonya, tapi kalau realitanya?

Ban motor kempes, bodi motor eNmax yang nggak ada ringan-ringannya buat di dorong, mana jalanan sepi, jauh dari perumahan, sinyal hp pula mendadak mode E. Sial? Banget lah.

Parahnya ini udah malam.

Padahal tadi udah pasang gaya. Keren abis. Cabut dari kafe tanpa Karina. Apa ini karma kiriman Ryujin? Ah, anak itu pasti misuh banyak ke Winter setelah di kritik tajam.

"Kapok gue bawa lo sinyo. Kegedean buat di dorong! Bangcat!" Si merah andalan Yamaha di tabok sadis sama Winter di bagian lampu sein kiri.

Entah punya masalah apa ini motor. Winter sama sekali nggak ngerti. Kata Hayoung-- si pemilik Sinyo, motornya mulus tanpa jejak sakit hingga harus bawa ke bengkel, nyatanya Winter disuruh paksa mendorong buat cariin bengkel.

"Salah Kak Payung nih! Ah kesel!" Winter si nggak terima salah, justru melibatkan Hayoung dalam hari sialnya.

"Ini kalo Karina nggak lewat sini, woah parah! Dorong motor 500 meter dong gue." Keluhnya, masih menyalahkan keadaan.

Jalanan beneran sepi. 2 menit lamanya nggak ada yang lewat, sampe sebuah mobil dari depan, berlampu putih terang lantas nyorot penuh ke arah Winter dan Sinyo yang berjalan nyaris semeter per dua menit.

Winter masih terlalu angkuh untuk melambai meminta tolong. Pikirnya bukan Karina, soalnya manusia tinggi dengan surai gulita nan panjang itu juga naik motornya sendiri, bedanya punya Karina motor mesin bebek yang lebih ramping.

"Winter!"

Tapi ternyata Tuhan sangat sayang Winter. Pahlawan dikirimkan nggak lebih dari 20 menit. Meski suara itu samar buat dikenali. Winter akhirnya menoleh. Mobil ternama sekelas bmway parkir disampingnya.

"Motor lo kenapa?" Turun sesosok familier. Wajah khawatirnya terlihat jelas di jarak selangkah pada posisi Winter mendorong motor.

"Mogok." Embus napas malas, sebenarnya sedikit gusar setelah tahu ternyata yang muncul adalah Ryujin. Seseorang yang bukan Winter harapkan.

Karna Winter punya gengsi, lagaknya jadi tak acuh.

Memaksa Ryujin nahan pergerakan motor ketika Winter nyatanya lanjut dorong. Ketua perbasketan seperti kata Karina ini mendecak. Sedikit berang, Winter masih kibar rasa bencinya segamblang itu. "Ayo naik bareng gue aja! Nanti balik bawa mekanik ke sini buat motor lo."

Winter lirik mobil rendah atap di sampingnya. "Mobil lo kecil, ga muat. Mending cabut sana."

Ryujin senyum kecil. "Memang nggak muat. Tapi ada rantai kecil yang bisa narik motor lo. Dari pada dorong kan?"

Winter geleng cepat. "Sana cabut!" Titahnya, menarik kemudian mengempas sedikit paksa tangan Ryujin dari motor, lantas lanjut mendorong.

Gengsi rasanya. Apalagi kalau Karina tahu Winter menerima bantuan dari orang yang sudah buat Winter kepalang nekat kritik secara heboh.

Ryujin sebenarnya pasti terluka. Harga dirinya digebuk sama nada sok kritik Winter di kafe tadi. Tapi masih berbesar hati menawarkan bantuan?

Winter buang napas. Mana ada manusia seikhlas itu.

"Hari ini cuaca lagi nggak baik Win. Lo ga denger itu gemuruh guntur lumayan gede? Pasti keburu hujan kalo di dorong." Ryujin yang memaksa dengan tujuan baik.

Seharusnya sih Winter tersanjung, justru dia tersinggung. Ada helaan napas pendek, yang syarat muak. Tolehan Winter kali ini membuat Ryujin bergeming.

"Mau hujan, mau badai, banjir sekalipun, motor ini tanggung jawab gue. Dan gue ga meminta pertolongan lo. Jadi mending cabut. Karna gue udah cukup terganggu sama nyanyian lo di kafe, dan kebaikan lo hari ini." Winter mendorong Sinyo dengan emosi. Kali ini sinyo menempuh 2 meter per 20 detik.























Terang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang