2 Oktober 2021.
Seokjin agak terkejut ketika ponselnya bergetar cukup lama, menandakan sebuah panggilan masuk.
Namun sedetik setelahnya, ia tersenyum karena melihat nama dari orang yang menghubunginya.
"Halo sayang!" Sapa Seokjin pertama kali.
"Hey manis, udah beres kelas?"
"Baru banget selesai, kenapa?"
"I'm sorry, aku mau kasih kabar kurang mengenakkan buat kamu."
"Ada apa? Langsung kasih tahu aja, i'm okay."
"Sorry Seokjin, kayaknya nanti malem aku agak telat deh sampe restonya."
"Kenapa memangnya?"
"Ada rapat BEM dadakan nanti sore, aku usahain beres lebih cepet tapi antisipasi kalau rapatnya ngaret karena ada hal penting yang harus segera dibahas dan kita butuh solusi hari ini juga, gak apa apa kan? Maaf ya?"
"Astaga, kirain kenapa... aku gak apa apa kok, tenang aja, kalau gitu nanti aku dateng agak telat juga ya biar gak nunggu terlalu lama. Gak apa apa, Namjoon, kamu fokus aja ngurus BEM ya?"
"Thanks Seokjin. Yaudah kalau gitu kamu jangan lupa makan siang ya?"
"Iya pasti, kamu juga ya, semangat rapatnya, dan nanti hati-hati di jalan, Namjoon."
"Iya Seokjin, iya.."
"Okay, bye sayangku."
"Bye juga manis."
Panggilan selesai, Seokjin masih tersenyum seperti di awal.
Menurutnya perubahan jam pertemuan mereka bukan lah masalah besar. Toh walaupun batal juga tak masalah, masih ada hari esok, pikirnya.
Seokjin sangat mengerti, jabatan Namjoon di BEM sangatlah penting, sehingga ia juga memaklumi apabila kekasihnya itu mendapat panggilan untuk menghadiri rapat dadakan.
Berbeda dengan Namjoon, Seokjin sendiri tidak tergabung dalam organisasi apapun di universitasnya.
Mereka memang satu universitas dengan jurusan yang berbeda, namun Namjoon adalah mahasiswa berprestasi dan aktif dalam organisasi. Banyak mahasiswa dan mahasiswi yang mengenalnya.
Sementara itu, Seokjin dikenal hanya karena berpacaran dengan Namjoon. Ia bahkan sempat menerima banyak hujatan karena hal itu, tapi Namjoon melindunginya.
Seokjin lebih suka sendiri. Ia juga punya hobi tapi itu pun ia lebih senang melakukannya sendiri.
Walau begitu, Seokjin tak masalah apabila Namjoon lebih senang bersosialisasi dengan banyak orang.
Memang, waktu kebersamaan mereka jadi terpotong, tapi itu bukan masalah. Menurut Seokjin walaupun mereka berpacaran namun masing-masing perlu ruang dan waktu untuk berkembang.
Bagi Seokjin, yang terpenting adalah Namjoon memberi kabar dan berkata apa adanya sesuai fakta. Seokjin berharap, Namjoon tak pernah membohonginya.
Seokjin berharap Namjoon bisa selalu berkata jujur walaupun kejujuran itu menyakiti hatinya.
Beruntung, mereka sudah saling mengenal sejak 18 tahun yang lalu. Mereka telah melalui banyak hal bersama sehingga untuk mengerti perasaan dan keinginan satu sama lain bukan lah hal yang sulit.
Kuncinya adalah komunikasi.
Dan hal itu selalu mereka terapkan setiap saat. Semua harus dikomunikasikan walau rasanya mungkin tak nyaman namun menurut mereka, suatu masalah tak akan pernah selesai jika tak dibicarakan.
Contoh sederhananya seperti Namjoon yang mengomentari masakan Seokjin.
Seokjin memang hobi memasak dan ia sering mencoba resep-resep baru.
Namjoon selalu jadi orang pertama yang mencoba masakan Seokjin.
Sebenarnya bisa saja Namjoon selalu berkata bahwa masakan Seokjin selalu enak dan tidak ada kekurangan demi menjaga perasaan Seokjin.
Namun... Namjoon memilih untuk jujur. Namjoon akan berkata tidak enak apabila menurutnya begitu atau keasinan jika memang itu asin.
Seokjin mengerti, dan berkat komentar jujur dari Namjoon, ia bisa belajar, ia tahu dimana kesalahannya saat memasak sehingga di lain kesempatan, masakannya akan jadi lebih baik.
Seokjin tersenyum ketika mengingat kembali apa yang telah ia dan Namjoon lalui.
18 tahun kebersamaan mereka tidak selalu dipenuhi oleh kegembiraan. Namun mereka dapat melaluinya dengan baik.
Hari ini adalah hari yang spesial bagi mereka.
Setiap tanggal 2 Oktober, mereka merayakan dua hal. Hari dimana mereka bertemu pertama kali sebagai teman, dan hari dimana Seokjin menerima Namjoon menjadi kekasihnya.
Seokjin sudah menyiapkan sebuah hadiah spesial untuk Namjoon. Tak lupa pastinya ia membuat kue berukuran kecil untuk mereka.
Waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 malam.
Seokjin sudah rapih dengan setelan jas dan kemejanya.
Namjoon sudah memesan meja di sebuah restoran langganan mereka.
Meja yang sama tiap tahunnya.
Meja paling ujung dengan kaca besar di sampingnya.
Melalui kaca itu, Seokjin dapat melihat ke arah luar.
Hal ini merupakan salah satu kebiasaan Seokjin.
Seokjin selalu ingin duduk di pinggir dekat kaca.
Tidak ada alasan khusus, Seokjin hanya suka dan merasa lebih nyaman.
Seokjin tak berhenti melihat arlojinya sejak tadi.
"Haduh lama sekali rapatnya. Dichat juga tak dibalas." Omelnya dalam hati.
Padahal mereka janjian pukul 7 dan Seokjin datang pukul 8 kurang.
Ia kira ia telat tapi rupanya hingga sekarang, Namjoon tak kunjung datang.
"Keburu kemaleman. Tahu begini sih mending besok atau lain hari aja dinnernya." Pikir Seokjin dalam hati.
Suasana hatinya mulai memburuk karena kesal disuruh menunggu.
Ya benar sih, Namjoon sudah bilang kalau ia akan telat, tapi Seokjin tak berekspetasi akan sebegini lamanya.
Sempat terpikir untuk kembali ke universitas dan menunggu Namjoon di sekitar ruang rapat, tapi Seokjin masih memilih untuk menunggu.
"Tunggu sampai jam 9, kalau tidak datang maka akan kususul ke universitas."
Seokjin pun menunggu sambil memainkan ponselnya.
Hingga tak lama kemudian, sebuat notifikasi muncul.
"Aku sudah parkir. Maaf tidak balas pesanmu karena tadi rapatnya begitu serius dan memang ngaret ternyata. Jalanan juga agak padat."
"Tidak apa-apa, sudah cepat kemari, aku sudah lapar." Balas Seokjin.
Seokjin bernafas lega karena yang ditunggu akhirnya datang juga.
Seokjin melihat jalanan memang cukup ramai dan parkiran di sisi restoran penuh sehingga Namjoon harus parkir di seberang jalan.
Melalui kaca besar itu, Seokjin bisa melihat Namjoon keluar dari mobilnya.
Namjoon juga melihat Seokjin yang sedang duduk di dalam restoran, ia pun melambaikan tangannya.
Seokjin membalas lambaian tangan itu sambil tersenyum lebar.
Seokjin tak bisa melepaskan pandangannya sedetik pun dari Namjoon.
Namjoon terlihat sangat bersemangat walau Seokjin yakin sebenarnya tubuhnya sudah lelah karena beraktifitas seharian di universitas.
Namjoon berlari menyebrangi jalan yang sedang cukup ramai.
Saat itu, seketika senyum Seokjin luntur, digantikan oleh teriakan yang begitu lantang hingga membuat pengunjung lain terkejut.
"NAMJOON AWAS!"
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
PROOF
Fanfiction"Ini bukti bahwa aku selalu merasa bahagia saat bersamamu, jadi tolong berikan kesempatan kedua untuk hubungan kita, Seokjin." Namjin fanfiction BXB! YANG LAIN JANGAN SALAH LAPAK. Short fiction.