HAPPY READING GUYS!!
.
.
.
.Blurb!
Tentang senja yang bertabuh di dalam langit, menenangkan jiwa yang mengombak dan menyejukkan raga ini.
Tentang rasa hati yang terukir dalam bait-bait tulisan. Kemudian menjadikannya sebagai karya yang indah.
"Bolehkah aku membenci perpisahan? Sebab, setelah adanya perpisahan, selalu ada rindu yang sulit untuk ditenangkan."
Sebagaimana kisah yang selalu ada eksposisi, hingga resolusi.
***
Di sinilah hidup seorang gadis remaja yang cantik, di sebuah rumah sederhana yang awalnya merupakan tempat yang tidak layak untuk dihuni walau dengan keterbatasan fisik.
Senja, gadis pecinta senja. Baginya saat melihat senja, ada satu titik semangat yang muncul di hatinya untuk menjalani hidup yang mungkin kini tidak berarti lagi bagi dirinya. Entah kapan ia bisa melihat indahnya senja lagi, semenjak suatu kejadian tragis yang membuatnya kehilangan segalanya.
Malam itu, menjadi malam duka yang membuatnya hampir gila. Sebuah kecelakaan maut yang berhasil merenggut nyawa kedua orang tuanya. Kecelakaan yang menyebabkan Senja menderita dan juga terpuruk. Hanya kegelapan yang dapat Senja lihat di setiap hari. Ia mengalami kebutaan hingga menyebabkan dirinya tidak dapat melihat indahnya dunia.
Kecantikan tidak hanya dimiliki, namun juga hatinya. Tapi, setelah kejadian buruk yang menimpanya, Senja menutup diri. Tidak ada tawa, tidak ada bahagia, tidak ada teman, dan tidak ada satupun yang menemaninya. Hanya ada kegelapan, dan duka. dialah Senja, seorang gadis yang berteman dengan kesunyian.
Senja awalnya ramah dan selalu terbuka kepada siapapun, kini sosok itu telah berubah karena tekanan batin yang selalu menyiksa. Hidupnya benar-benar hancur, ia hanya bisa berdiam diri di rumah. Bahkan, untuk makan saja tidak menentu.
"Senja jalan-jalan yuk! Kamu nggak bosan di rumah terus?" Ujar sahabat Senja.
"Percuma, semuanya gelap! Aku buta, mana bisa jalan-jalan seperti kamu." Ungkap Senja lirih.
Langit, terkadang dia adalah orang yang Senja sayangi, juga benci di waktu yang bersamaan. Sahabat yang meninggalkannya di saat terpuruk. Semenjak kecelakaan dan Senja buta, Langit pergi meninggalkan Senja, entah apa alasannya.
Beribu kata maaf telah Langit ungkapkan, namun hati Senja sama sekali tidak bergerak untuk memaafkannya. Namun, di balik kebenciannya, Senja takut, sungguh takut jaga kehilangan lagi. Sudah cukup, karena hanya Langit yang ia miliki sekarang ini.
"Mah, Pah, pasti di dalam sana gelap kan? Sama dong kayak Senja, di sini juga gelap. Bahkan, Senja saja tidak tahu sekarang siang atau malam." Lirih Senja diiringi isak tangis.
"Kenapa hidup ini begitu kejam? Kenapa harus aku sendiri yang selamat? Sejak rindu sama kalian. Senja sedih, senja pengen melihat lagi. Supaya, bisa memperbaiki semuanya." Senja semakin tenggelam dalam tangisnya. Langit yang menemaninya juga ikut menangis, betapa malangnya nasib Senja.
"Senja kita pulang saja. Langitnya mendung, sepertinya mau hujan." Ajak Langit.
Saat perjalanan hujan pulang, hujan turun dengan derasnya, sederas air mata mengalir. Kini cuaca pun turut mengerti akan suasana hati Senja yang mendung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen
Short StoryStory oneshot! Kumpulan cerita pendek, berbagai tema. Dengan pena dan buku, kita terbang bebas ke dunia impian. Di mana pikiran kita merajai, kita merayakan kekuatan membaca dan menulis, Sebagai alat untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang nyata. Tentang...