"Kenzo?" Leo menaikkan alisnya penasaran.
'kayaknya gue harus minta Malvin selidikin ini deh. Dia pasti tau apa yang terjadi.'
"Sayang, ayo jalan kamu nunggu apa lagi?" Lucy menyadarkan Leo yang termenung di atas motor nya yang tengah menyala.
"I-iya Sayang."
Karena tak ingin Lucy menunggu lama, Leo segera menjalankan motornya mengelilingi kota.
Setelah memastikan keadaan di bawah aman, Ella mulai membuka pintu kamarnya dengan perlahan.
Ceklek...
Setelah gagang pintu itu terbuka dengan jelas Ella perlahan-lahan menjatuhkan pandangan nya ke arah bawah.
"Ngapain di atas, ayo ke bawah. Mereka udah pergi."
Ruth melambai ke arah Ella dan meminta nya untuk turun.
Setelah melihat sekeliling dan yakin 100% Ella segera menuruni tangga dengan diikuti oleh Kenzo di belakang nya.
"Udah aman kan?" tanya Kenzo melihat sekeliling.
"Aman."
"Semuanya, ayo makan, Bunda udah nyiapin makan siang buat kalian."
"Iya Bunda," Jawab Ella, Ruth, Zoe dan Kenzo secara serentak.
Bunda melihat ke arah mereka berempat dengan mata di sipitkan sedikit.
"Kayak ada yang kurang, oiya temen kalian yg berponi itu mana?" Bunda melihat kiri kanan dengan seksama memastikan fungsi mata nya yang masih berguna dengan baik.
"Lucy? Dia tadi di jemput pacar nya Bunda. Ngajakin jalan-jalan katanya."
"Ohh...kalian ngga ikut juga? Atau ngga ada yang jemput?"
"Kita jomblo Bunda," jawab mereka berempat dengan begitu santai.
"Astaga, miris sekali." ledek wanita paruh baya itu.
"BUNDA!" teriak mereka berempat.
Bunda Ella yang mendengar itu hanya menaikkan alis nya.
"Kalian kenapa? Kalian memang jomblo kan, ngga ada pasangan. Wajar dong Bunda bilang miris." ledek nya.
"Bunda ihhh... nyebelin banget sih," kesal Ella.
"Kok nyebelin sih? Bunda kan hanya mengatakan sesuatu yang benar-benar FAKTA, jadi ngga salah dong." cengir Bunda tanpa tatapan bersalah seraya menekankan kata Fakta yang keluar dari mulutnya tadi.
"Ih Bunda nih, ayo deh kita makan, Bunda ga asik banget di ajak ngobrol," kesal Ella seraya menatap tajam bunda nya yang kelihatan begitu senang menjahili dia dan teman-temannya.
Mereka berempat akhirnya duduk bersama di meja makan. Sebagai tuan rumah, Ella dengan telaten mengambil nasi satu persatu untuk teman-teman nya, setelah selesai semua mereka pun mulai menyantap makan siang bersama.
***
"Hai guys, kenalin ini Lucy pacarku."Leo yang awalnya bilang ingin membawa Lucy jalan-jalan malah membawa Lucy ke Markas Phoenix dan mengenal kan nya pada teman-teman serta puluhan anak buah mereka yang berkumpul di sana.
"Waww...jumlah kalian banyak juga ya." Lucy nampak kagum dengan anggota PHOENIX yang terlihat begitu gagah tetapi tetap ramah padanya.
"Hai, gue Richo ketua Phoenix." Rico mengulurkan tangannya kepada Lucy dan di terima hangat oleh Lucy.
"Gue Malvin."
"Gue Alvin."
"Dan mereka semua temen-temen kita."
"Malvin, gue mau ngomong bentar sama Lo."
Leo menarik Malvin ke salah satu ruangan dan mengunci ruangan itu dengan rapat agar tidak ada yang masuk.
"Leo mau ngapain?" tanya Lucy bingung.
"Ada urusan kali sama malvin, tunggu aja bentar. Udah ini kalian mau kemana?" Alvin bertanya seraya menatap Lucy dengan kagum.
Rico yang melihat pandangan Alvin segera membuyarkan lamunannya.
"Jangan terlalu di lirik, itu pacarnya Leo. Tau sendiri kan Leo kalau ngamuk gimana, jangan cari gara-gara sama temem sendiri." Rico memperingatkan.
"Iya, Co, paham kok."
Alvin mengiyakan namun pandangan nya tetap tertuju pada Lucy.
"Kalian mau kemana habis ini?"
"Mau jalan-jalan, aku cuma ngikut Leo aja karna tidak begitu tau daerah di sini."
"Ohh... tunggu aja, nanti juga keluar itu anak sama Malvin."
"Ada apa, tumben-tumbenan Lo mau ngomong berdua aja. Kan biasanya kita juga ngomong rame-rame. Kenapa?" tanya Malvin heran.
"Lo kan paling cepet cari informasi, jadi gue mau Lo cari informasi soal Kenzo. Lo inget ga yang di tempat balapan jam 1 siang tadi. Kita kan ada liat Kenzo sama cewek, nah waktu gue tadi jemput Lucy tadi di rumah temennya ada Kenzo di sana dan juga motor cewek yang tadi. Tadi Lucy bilang itu rumah temen nya, namanya Ella anak sekolahan kita.
Setau gue yang punya nama Ella kan di sekolah kita cuma si cupu. Gue penasaran, apa iya itu si cupu. Tapi kalau itu si cupu kok dia mau sih berpenampilan kayak gitu di sekolah kita. Kan pada akhirnya di di bully abis-abisan di sekolah."
Malvin hanya tersenyum, dengan perlahan Malvin merogoh kantong calananya mengeluarkan benda pipih bernama handphone itu.
Setelah memegang benda pipih itu, Malvin mulai menggeser nya ke atas membuka kunci otomatis pada ponselnya. Setelah terbuka, Malvin menekan tombol galeri dan mulai memperlihatkan rekaman yang dia ambil selama di tempat balapan tadi.
"Lihat ini, kamu pasti paham."
Leodi menutup mulutnya kaget, seakan tak percaya dengan apa yang di perlihatkan oleh Malvin, Leodi kembali menjatuhkan pandangan kepada Malvin.
"Kenapa, ga percaya? Itu rekaman siang tadi."
"Di lapangan balapan tadi?"
"Iya."
"Oh shit, ini berita besar."
"Shutttt..."
"Lo ngga boleh bilang ke siapa-siapa dulu soal ini."
"Why?" Leodi menaikkan alisnya bingung.
"Ini cukup jadi rahasia kita berdua aja, gue akan selidikin semuanya sampai ke akar-akarnya."
"Oke siap."
Setelah melihat video yang di berikan Malvin, mereka berdua keluar dari ruangan tersebut.
"Yang, ayo jalan nanti keburu malem."
"Udah selesai, oke ayo."
Lucy menyambut uluran tangan Leo dengan hangat.
"Kami pamit dulu ya, Babay semua nya."
Lucy yang begitu ramah melambaikan tangan nya kepada teman-teman Leo yang ada di sana.
"Bye..."
Dengan cepat Leo membawa Lucy dari sana untuk membawanya jalan-jalan.
Setelah hampir setengah hari mengajak Lucy menikmati hari bersama, Leo segera mengantar kan lucy kembali ke kediaman Ella.
H
A
P
P
YR
E
A
D
I
N
G
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Kepribadian
ActionAnantasya Gabriella, gadis yang baru berusia 19 tahun itu harus bisa beradaptasi dengan sekolah barunya di Indonesia. Karena adanya masalah kerja antara papanya dan rekan kerja nya di Jerman semua keluarga nya harus mengasingkan diri ke Indonesia. E...