BAGIAN 1

93 9 1
                                    

1. TAHUN DEMI TAHUN

Tahun demi tahun sudah berlalu. Sejak kejadian itu, gadis bernama Karina itu tumbuh dengan rasa kebencian yang mengalir di dalam dirinya.

Taeyong, pria yang berhasil selamat dari kematian beberapa tahun lalu kini tengah duduk bersama dengan putri angkatnya itu dan kedua rekannya yang tak lain adalah Yuju dan Jaehyun.

"Kapan kita akan pergi?" tanya gadis itu memecah keheningan yang ada di ruang tengah.

"Bersabarlah Karin, usiamu masih terlalu dini untuk melakukan hal seperti itu!" Sahut Yuju, wanita yang membantu Taeyong dan mengasuh gadis itu sejak kecil.

"Lalu? Apa itu penting? Tidak bukan!? Hei bibi, apa kau tega melihat appaku menderita seperti ini karena kehilangan eommaku!?"

Yuju dan Jaehyun hanya bisa menghela nafas pasrah. Tak ada gunanya berdebat dengan Karina. Gadis itu memiliki sifat dingin dan keras kepala.

Bahkan Taeyong sendiri tak bisa mengalahkan ego Karina. Namun ia tak masalah dengan itu. Bagi Taeyong, Karina hanya sebuah senjata yang paling ampuh untuk membalaskan dendamnya.

"Bersabarlah putriku! Kau tak boleh terburu-buru seperti ini. Mereka bukanlah orang yang mudah untuk di kalahkan." ujar Taeyong mengelus halus surai panjang milik Karina.

Karina berdecak kesal. Tiap kali ia ingin pergi ke Korea, Taeyong selalu memberikan alasan yang sama. Kali ini Karina benar-benar merasa muak. Ia beranjak dari duduknya dengan membawa sebuah senapan berburu.

"Jangan membunuh hewan yang tak bersalah hanya untuk melepaskan amarahmu!" Tegas Jaehyun saat melihat Karina mengisi peluru pada senapannya.

Karina menoleh sekilas "Tak usah mengaturku Jung Jaehyun!".

Karina melangkah menuju pintu keluar dan membanting pintu karena kesal. Jaehyun memijat pelipisnya berusaha menetralkan emosinya. Jujur saja Jaehyun benar-benar kesal dengan gadis itu.

"Anak itu benar-benar tidak memiliki sopan santun. Lihat cara bicaranya? Rasanya aku benar-benar ingin memotong lidahnya!" ketus Jaehyun menatap Taeyong sekilas.

***

Di dalam hutan, gadis itu tengah berputar putar mencari hewan yang bisa ia gunakan sebagai pelampiasan dari amarahnya.

Sudah menjadi kebiasaan dari gadis itu melepas emosinya dengan menburu binatang yang ia lihat. benar-benar anak yang mengerikan.

Tiba-tiba telinganya menangkap suara  yang ada di balik semak-semak. Karina mengangkat senapannya dan bersiap-siap untuk menembak mangsanya.

Baru saja ia akan melepas pelatuknya, dari balik semak seekor kelinci melompat keluar dari sana. Niatnya terurungkan saat melihat kaki kelinci tersebut mengeluarkan darah.

"Kakinya, apa yang terjadi pada kakinya?" gumam Karina mendekati kelinci tersebut sambil merobek sedikit kain bajunya.

"Siapa yang menyakitimu? Pasti ini sangat sakit dibandingkan terkena peluru pistol." ujar karina berbicara dengan kelinci tersebut sambil melilitkan kain pada kaki kelincinya.

Karina mengelus lembut kelinci putih tersebut. Ada rasa sedikit tak tega melihat hewan-hewan itu terluka.

"Mungkinkah semua hewan yang sudah ku bunuh juga merasakan hal yang sama sepertimu?"

"Tapi setidaknya setelah terkena peluru mereka langsung mati, jadi tak merasakan sakit bukan?"

Karina melepas kelinci tersebut. Namun kelinci tersebut malah pergi mengikutinya. Karina yang mulai merasa kesal, menodongkan senapannya ke arah kelinci tersebut. Niatnya terurungkan saat melihay sorot mata hewan tersebut.

"Sialan! Kenapa kau mengikutiku? Apa kau ingin aku membunuhmu?" ujar karina.

Karina menghela nafas panjang "Percuma saja berbicara pada binatang!". Ia menggendong kelinci tersebut dan membawanya keluar dari hutan. Sesampainya di rumah, Karina langsung berjalan menuju dapur. Yuju menatap heran Karina.

"Apa kelinci itu untuk ku masak? Tumben sekali membawa hewan hidup?" Tanya Yuju memperhatikan Karina yang berdiri di depan wastafel sambil membersihkan darah yang ada di kaki kelinci tersebut.

"Binatang ini yang mengikuti ku!" Shut Karina tak menoleh.

"Luka itu kau yang buat atau apa?" Ucapnya mendapat gelengan dari Karina.
"Mungkin karena kau menolongnya karena itu ia mengikutimu? Mungkin Kelinci itu berhutang budi padamu?" sambung Yuju.

"Dimata kotak obatnya?" sahut Karina tak membalas ucapan yuju barusan. Yuju menunjuk sebuah lemari kaca yang tak jauh dari Dapur. Karina pun beranjak pergi membawa kelinci tersebut.

[SEOUL, KOREA SELATAN]

"Apa ada tanda-tanda dari Taeyong?" Tanya seorang wanita dari balik telepon.

"Aku belum menemukan keberadaanya. Keberadaannya benar-benar tak bisa dilacak! Kita sudah mencari bertahun-tahun Yn~ah!" Sahut seseorang pria.

Yn melempar sebuah vas bunga yang ada di meja kerjanya. Ia benar-benar frustasi. Ia sudah cukup bersabar selama ini.

"Felix! Aku mohon padamu! Aku mohon temukan mereka. Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan. Temukan putriku ku mohon!" Lirih Yn memegangi kepalanya.

"Akan aku usahakan!" Felix memutus sambungan telepon. Yn duduk kembali di kursi kerjanya. Pikirannya kembali kacau karena masalah yang belum juga selesai.

Pintu ruangan Yn terbuka. Menapakan seorang remaja berusia 25 tahun. Remaja itu berjalan mendekati Yn.

KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang