WAR IN LIFE - 001

30 2 0
                                    

W A R   I N  L I F E

×
×
×

P A R T  001

Pagi hari yang cerah....

Di sebuah rumah yang dijadikan panti asuhan, dan nama panti asuhan itu adalah Panti Asuhan Penuh Cinta. Dimana tempat tersebut bukan hanya untuk anak yatim dan yatim piatu saja, melainkan anak yang hidup sebatang kara, bahkan masih memiliki keluarga lengkap, namun terpaksa di titipkan di panti asuhan, melainkan masalah keuangan, dan masalah lainnya.

×××

Ada seorang anak remaja laki-laki berusia 17 tahun, yang sedang bersiap-siap mengenakan seragam untuk bersekolah, Reka Gevano Cellano. Cowok gemas, dan sedikit lemah gemulai itu, merupakan anak yatim piatu sejak berusia 9 tahun. Ia tidak memiliki siapapun di dalam hidupnya, jadi dia di besarkan di panti asuhan selama Delapan tahun.

Dia pun membuka jendela kamarnya untuk mendapatkan angin segar dari alam, dan sinar matahari yang cerah di pagi hari. Tak lupa ia merapihkan kamarnya, lalu setelah itu, ia keluar untuk sarapan. Karena Ibu panti, yaitu Ibu Melani sudah memanggilnya.

"Pagi kak Reka."

"Pagi kak!"

"Ayo kak, sarapan."

Begitu banyak sapaan hangat dari adik-adik di pantinya. "Iya, ini kakak mau sarapan," lalu, dia menarik kursi untuk dia duduki.

"Wah, ada Nasi uduk kesukaan kakak nih," ucapnya. "Oh ya, dimana Ibu Melani?" tanyanya.

"Ke toilet sebentar kak, oh ya. Kakak kehabisan sendok, biar Tania ambilkan ya kak," ucap Tania menggemaskan.

"Iya, makasih yaa adik kakak." Reka berterimakasih kepada si kecil Tania.

Tak lama Tania mengambilkan sebuah sendok, Ibu Melani datang. "Eh, Reka udah bangun?" dia mengambil kursi, "masih pagi sekali nak, udah mau ke sekolah. Semangat sekali sih," sambungnya.

"Iya bu, soalnya tahun ajaran baru. Jadi semangat banget lah hehe," Reka tertawa kecil, "terimakasih Tania," Tania datang memberikan sendok makan, "sama-sama kakak," ujar Tania.

Reka, Ibu Melani, dan anak-anak panti lainnya sedang menikmati sarapannya masing-masing. Lalu, setelah itu Reka bergegas untuk pergi ke sekolah. Tak lupa ia pamit dengan semua penghuni panti, termasuk Ibu Melani.

"Bu, aku berangkat sekolah dulu ya bu," ucapnya. Lalu, mencium tangan Ibu Melani, "iya nak, hati-hati ya, semangat sekolahnya, pulang sekolah langsung pulang! Kamu gak usah mencari uang lagi ya, nak." Ibu Melani memperingati Reka, untuk tidak melakukan pekerjaan sampingan, dikarenakan Reka tidak bisa jika terlalu lelah, karena pasti ia akan pingsan, dikarenakan penyakit Vertigo yang ia derita.

"Tapi bu, kalau aku gak kerja," keluhnya, "bagaimana, aku bisa bayar iuran sekolah?" tanya Reka.

"Untuk uang, ibu bisa mencarinya nak, tapi kesehatan kamu jauh lebih penting nak."

"Tapi aku gak enak, merepotkan ibu terus, dengan ibu membesarkan aku. Aku berterimakasih banyak ke ibu," ucapnya.

"Udah bu, aku gak mau debat lagi, Assalamualaikum." Reka pergi meninggalkan Ibu Melani.

"Waalaikumsalam."

"Udah gak paham lagi, ibu sama kamu, keras kepala sekali, semoga kehidupan kamu bahagia selalu nak," ujarnya.

Reka telah sampai di halte tempat biasa ia menunggu angkot. Mang Udin, adalah supir angkot yang biasa mengantar Reka ke sekolah. Setelah menunggu selama 5 menit, akhirnya Mang Udin datang bersama angkot kecintaannya.

WAR IN LIFE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang