1. The Unnoticed Girl

1.3K 182 19
                                    

Sakura melirik ke arah jam weker yang terletak rapi di meja belajarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sakura melirik ke arah jam weker yang terletak rapi di meja belajarnya. Jarum jam menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh menit di pagi hari dan Sakura masih memiliki waktu kurang lebih satu setengah jam sebelum pergi ke sekolah. Alih-alih bangun dan langsung memulai aktivitasnya, Sakura lebih tertarik untuk memeriksa ponselnya terlebih dahulu. Ia tanpa sadar telah menghabiskan setengah jam waktunya untuk berselancar di dunia maya, walaupun sebagian besar aksinya hanyalah meng-scrolling timeline akun Twitter pribadinya.

Sakura menambah lima menit waktunya untuk meringkuk di atas kasurnya dengan pandangan sayu tanpa motivasi. Lagi-lagi terpaksa bangun untuk menjalani kehidupannya yang begitu standar.

Hari ini merupakan hari keempat sejak dirinya resmi menginjak usia tujuh belas tahun. Hal pertama yang ia harapkan selagi meniup kue tart berlapis lelehan keju buatan ibunya adalah... semoga tidak ada yang berubah. Dia terlalu nyaman untuk keluar dari cangkangnya, lagi pula tak ada satu pun hal yang mampu menarik minatnya agar mau mulai melangkah lebih jauh.

Walaupun bukan tipe siswi populer yang dikenal banyak orang, prestasi Sakura di bidang akademik juga tidak dapat diragukan. Sakura membuktikan kecerdasannya dengan selalu mendapatkan nilai A hampir di semua mata pelajaran, kecuali olahraga, Sakura benci olahraga. Meskipun begitu, dia juga bukan siswi terpintar di kelasnya. Ada Shikamaru Nara yang otaknya lima puluh kali lebih encer daripada Sakura. Sakura juga tidak begitu berminat untuk bersaing dengan siapa pun, setidaknya dia tidak akan membuat masalah atau mengecewakan orangtuanya.

Jangan pakai baju yang mencolok. Jangan pakai atribut yang mencolok.

Sakura tidak pernah merasa cantik. Sebisa mungkin dia tidak mau dinilai cantik. Sakura hanya ingin dikenal sebagai salah satu siswa biasa yang saat ini sedang menjalani masa akhir sekolah menengah atasnya. Dia tidak pernah merasa spesial, dia tidak ingin dipandang spesial.

Sakura hanya memiliki beberapa teman, dia juga selalu menjaga agar lingkaran pertemanannya tetap kecil. Salah satu teman terdekatnya adalah seorang gadis berdarah Tionghoa yang selalu tampil dengan dua cepol manis andalannya, Tenten. Mereka sudah sekelas sejak awal dan Sakura hanya nyaman apabila mengobrol lama dengan Tenten. Berbeda dengan Sakura yang anti-sosial, Tenten lebih berenergi dan ceria, tetapi sikapnya yang tenang dan gentle lah yang membuat Sakura merasa aman.

"Hey, Sakura! Tim Crimson akan mengadakan latihan terakhir mereka di lapangan basket sebelum mengikuti turnamen nasional minggu depan. Aku ingin sekali menonton mereka, kau mau ikut?" Tenten menopang dagu ke arah Sakura yang masih sibuk memasukan beberapa buah buku ke dalam tasnya, menunggu gadis pendiam itu untuk merespon ajakannya.

"Maaf, Tenten, tapi aku harus ke rumah kakakku sepulang sekolah."

Cukup kecewa tapi tidak terkejut, Tenten sudah menduga jawaban Sakura. Walaupun mereka cukup dekat, hingga saat ini pun Tenten masih saja kesulitan untuk mengajak gadis berhelai merah muda itu hangout dan menghabiskan waktu layaknya remaja, terutama di tempat-tempat ramai. Terakhir kali Tenten berhasil mengajaknya keluar adalah tiga bulan yang lalu saat mereka pergi ke salah satu kafe unik yang baru saja buka di Tokyo. Kafe itu berisi banyak sekali kucing yang dibiarkan berkeliaran untuk bermain dengan para pengunjung. Sakura sangat suka kucing, dia menghabiskan hampir dua jam waktunya untuk mengelus tiap kucing yang berada di dekatnya.

The Wallflower Stole the ShowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang