6. Team 11

787 159 30
                                    

Tiga minggu kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga minggu kemudian ....

Cahaya matahari menyala lebih tajam dari biasanya, membuat siapa pun enggan untuk terus-menerus berada di bawah bayangannya. Siang itu merupakan minggu pertama di bulan Juli ketika mayoritas masyarakat Jepang dengan sabar mulai menyambut kedatangan musim panas. Salah satu musim yang digemari banyak orang karena berbagai liburan dan festival akan berdatangan dalam kurun waktu dekat. Tak terkecuali para siswa kelas tiga dari SMA Konoha yang sebentar lagi akan menjalankan kegiatan karyawisata di Desa Hinohara, salah satu destinasi wisata terbaik yang letaknya masih berdekatan dengan pusat Kota Tokyo.

Sakura melipat kedua tangannya di depan dada sembari mendorong punggungnya pada sandaran jok mobil. Alis merah mudanya saling bertautan sementara dahinya—yang cukup lebar—ikut mengerut. Netra hijaunya menatap lurus ke depan, memandang tajam segala macam objek yang sempat ia tangkap ke dalam pupilnya. Pemandangan dari balik kaca mobil di depannya terasa sepuluh kali lebih menarik dibandingkan sosok pria paruh baya di sebelahnya—yang masih terus berupaya mengajaknya berbincang. Wajah kusut Sakura membuat sebuah aura tidak enak berhasil mengudara di dalam mobil sedan yang tengah melaju tersebut.

"Sampai kapan kau akan merengut seperti itu?"

Kizashi Haruno kembali bersuara sembari melirik ke arah putri bungsunya dari ujung matanya, terus mencoba untuk mencairkan suasana sejak lima belas menit yang lalu. Namun, gadis berusia tujuh belas tahun tersebut tampaknya masih enggan untuk merespon kalimat ayahnya yang selalu dipenuhi nada jenaka. Kizashi sesekali menggaruk bagian belakang lehernya yang tidak gatal, berusaha memikirkan berbagai cara yang sekiranya mampu meluluhkan kembali hati dingin anak perempuannya tersebut. Kekesalan Sakura sebenarnya bukan tanpa alasan, Kizashi memakluminya.

Hari ini adalah hari keberangkatan Sakura ke Desa Hinohara. Sakura sudah memberitahu kedua orangtuanya mengenai kegiatan ini dari jauh-jauh hari, ia juga meminta sang ayah untuk mengantarnya ke titik lokasi penjemputan. Mereka diharuskan untuk datang dan berkumpul tepat pukul sepuluh pagi, itu artinya Sakura sudah harus berangkat dari rumah setidaknya satu jam sebelum waktu yang dijanjikan dikarenakan lokasi pertemuan berjarak lumayan jauh dari rumahnya. Kini deretan angka pada layar smartphone Sakura sudah menunjukkan waktu 10:06 AM tetapi dirinya masih berada di tengah-tengah perjalanan. Sakura menyalahkan keterlambatan ini kepada sang ayah sapenuhnya.

Bagaimana tidak? Beberapa saat lalu, Sakura duduk di ruang tamu dengan sabar sembari menunggu kehadiran sang ayah yang dikiranya masih bersiap-siap untuk mengantarnya. Padahal Sakura telah menunggu cukup lama tapi sosok Kizashi bahkan tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Dengan penasaran, Sakura beranjak untuk memastikan sendiri bagaimana kondisi ayahnya saat itu. Remaja berhelai merah muda itu menaiki tangga untuk mengecek keadaan kamar kedua orangtuanya yang berada di lantai dua. Sambil meneriaki nama ayahnya, Sakura membuka pintu kedua orangtuanya tanpa ragu. Kedua batu emerald-nya seketika membulat ketika berhasil mendapatkan sosok yang telah ia cari-cari. Ayahnya, Kizashi ternyata sedang tertidur pulas di atas kasur dengan masih mengenakan kaus kutang dan celana panjang.

The Wallflower Stole the ShowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang