Part 3

102 2 0
                                    

~oOo~


Aku menatap langit-langit kamarku.

Rasa rindu menyelusup masuk kedalam rongga dadaku. Sudah lama aku tidak menikmati rasa sesak ini. Seharusnya tidak lagi, seharusnya sejak aku memutuskan untuk berdiri tanpa Dylan disisi ku, aku dapat bertahan.


Namun ketika pagi tadi bertemu dengan Papa Dylan dinding yang ku bangun sekokoh-kokohnya mulai hancur.


Ku pejamkan mataku, aku tidak ingin terluka lagi. Mungkin Dylan sedang berjuang sama seperti ku.

Atau Dylan sudah lupa denganku?

Bisa jadi baginya aku hanya kenangan masa kecilnya, cinta monyet yang tidak berarti apa-apa baginya.


'Lan, lo tau nggak sebenernya lo itu first love gue, first boy gue, dan... first kiss gue.

Lo tau gak, selama beberapa tahun lo pergi ninggalin gue. Gue jadi benci ujan.

Benci banget. Padahal dulu pas lo sama gue sama-sama, gue suka banget ujan. Gue suka ujan karena kalo ujan dateng lo selalu pegang tangan gue, lo selalu pinjemin mantel hujan lo buat gue, atau gak kita mandi ujan bareng sambil kejer-kejeran, main sepeda, dan main becek, lo selalu lakuin hal-hal yang buat gue susah lupain lo.

Sekarang malah kebalikannya.

Gue benci karena ketika ujan dateng kenangan itu muter-muter di otak gue kayak film yang diputar terus menerus. Mungkin itu yang orang bilang ujan itu 10% air dan 90% kenangan.'


Aku tidak berusaha menutup-nutupi kesedihanku, perlahan air mata ku turun membasahi sisi kiri dan kanan sudut mataku. Mataku tetap terpejam, dan tangisanku pecah memecahkan kesunyian malam.


I miss you so much, Dylan.


—-


"Gila keren parah, ganteng abis pokoknya,"


"Kece badai orangnya,"


"Njir, fix banget gue harus dapet tu orang"


Orang-orang disekitarku mulai berbisik-bisik. Aku yang memang baru masuk kawasan sekolah hanya bisa bingung karena tidak tau arah pembicaraan.


Aku masuk kedalam kelas, tumben sekali Mayka belum datang. Biasanya Mayka yang selalu pertama datang dari pada aku. Sampai bel masuk bebunyi Mayka juga belum datang.

Mayka sakit? bukannya kemarin dia sehat wal afiat?


"Hosh.. Hosh. Mampus gue telat, for the first time Mayka Zaheera telatttt" Gue bergidik ngeri melihat Mayka yang berlari-lari dengan nafas ngos-ngosan kekelas.


"Gara-gara Axel nih awas aja entar"

"Tumben telat lo," Kataku.


"Axel ngeselin, nelfon gue sampe pagi. Gue sebel," Aku terkekeh.


"Lo nya juga kenapa mau,"


"Ya gitu deh, pokoknya gue sebel,"


"Pagi anak-anak," Bu Yuli-wali kelas- masuk ke dalam kelas, seingatku pagi ini bukan mata pelajarannya-menging­at bu Yuli adalah guru Sejarah- seharusnya yang pagi ini masuk itu Mr. Scot guru Bahasa Inggris.


"Ibu kesini cuma ingin memperkenalkan siswa baru. Nak, sini" Bu Yuli memanggil seseorang yang berada didekat pintu.


Untuk beberapa detik, detak jantungku berhenti berdetak.


"Silahkan perkenalkan diri" Bu Yuli menginstruksikan.


"Nama saya Dylan Joya, saya pindahan dari London...." Kalimat siswa baru itu selanjutnya sudah tak kudengarkan lagi. Aku syok bukan main, begitu juga Mayka yang kelihatannya tegang sekali disampingku.

Dylan?

Mengapa setelah berahun-tahun aku harus dipertemukan lagi dengannya, Tuhan?

Aku pun teringat akan pertemuan ku dengan papa Dylan kemarin, berarti kemarin papa Dylan sedang mengurus kepindahan Dylan kesekolah ini .

Benarkah?


The Sound of RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang