00

30 4 0
                                    

"bahkan di dunia fantasi takdir tidak mengizinkan kita bersama, maka izin kan aku menjadi pengagum mu sebelum rasa ini sirna sepenuhnya."

⟨♤•♤⟩

"Ra... kalau aku pulang di jemput duluan gimana?"

Perempuan yang tengah berada di rengkuhannya kini tertegun, bak petir yang menyambar di siang hari. Pertanyaan itu membuat dirinya linglung bahkan mengatakan sepatah kata saja lidahnya begitu kelu, perempuan itu tersadar dari lamunannya dan tiba-tiba saja mengeratkan rengkuhannya pada tubuh ringkih yang telah berjuang bertahun-tahun untuk sembuh seperti insan yang lainnya.

"Nggak, nggak ada yang pulang duluan. Kita bakal bareng-bareng sembuh, kalau salah satu dari kita pulang duluan pasti yang lain bakal ngikutin."

"Aku bakal nyalahin semesta kalau kamu pulang duluan."

Lelaki itu tergelak, ia melonggarkan pelukannya pada perempuan itu. Menatap setiap inci pahatan sempurna yang telah di ciptakan tuhan, oh rasanya ia ingin menyembunyikan perempuan itu untuk dirinya sendiri.

"Jangan salah kan semesta, aku lahir dengan membawa anumerta sebagai takdirnya."

Perempuan itu hampir saja menangis jikalau lelaki itu tidak terus menerus memandanginya, hatinya tersayat ketika mendengar penuturan lelaki itu.

"Kalau di dunia semesta nggak ngerestuin kita, mungkin kita ditakdirkan di kehidupan selanjutnya." Lelaki itu menarik nafasnya dalam-dalam mencoba menenangkan pikirannya yang begitu berkecamuk karena entah apa.

"Aku emang gak bisa ngasih kebahagiaan kayak cowok lain, aku juga gak punya harta buat manjain kamu, yang aku punya cuman hati yang tulus cinta sama kamu apa adanya." Kedua insan itu saling bercengkrama, menikmati setiap detik bersama pasangannya yang mungkin nanti tak akan lagi pernah mereka rasa.

Ini hanyalah cerita Raja yang mencintai Amara melebihi Romeo yang mencintai Julietnya, sesederhana rasa yang harus abadi dalam bait aksara, asmaraloka yang menjadi melankolia, Harsa yang harus menjadi lara.

Tentang takaran Harsa dan nestapa dari Tuhan yang selalu seimbang walaupun di antaranya memerlukan luka untuk melakoninya, layaknya hitam dan putih, rendah dan tinggi, panas dan dingin, senja dan fajar. Semua sudah mempunyai takaran yang pas.

Bersambung....

Kenalan dulu nih sama pemeran utama kita

Kenalan dulu nih sama pemeran utama kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Raja adikta Mahendra

Biasanya di panggil Mandra sama teman-temannya, katanya sih Mandra itu di ambil dari huruf depan dan terakhir nama Mahendra. Anaknya Abah Hermanto Mahendra yang paling keren, Kalau kata Abah sih keren beut.

Note:

Kalau ada kesamaan nama atau alur cerita, mohon maaf sebesar-besarnya. Ini murni dari pemikiran aku yang lagi galau berbulan-bulan hehe, jangan lupa dukung terus!! Cinta dari raja untuk para readers(.◜‿◝)♡ tapi ga sebesar cintanya pada Amara sih hehe.

ANUMERTA || DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang