"makin gede diri lo, maka rasa kesepian yang lo hadapin makin gede juga."
⟨♤•♤⟩
Raja dan Arka kemarin sore memang mempunyai agenda baru yakni ikut bangunin sahur keliling komplek, kalau bang Tama dan bang Jul lebih memilih ke masjid saja daripada keliling komplek. Maklum, bang Tama dan bang Jul kan sudah berumur. Bunda bangun terlebih dulu untuk menyiapkan sahur, sedang Abah sedang menunggu bunda sembari rebahan di sofa ruang tengah.
"Abah tolong bantuin bunda buat bangunin anak-anak dong! Lagi repot ini," bunda berteriak dari arah dapur.
Abah mendengarnya pun dengan sedikit rasa kaget yang tak pernah ketinggalan, mulai membangunkan satu persatu anak-anak bujang-nya. Di awali dengan membangunkan bang tama dan di tutup dengan membangunkan si bungsu.
"Bang tama ayo bangun, katanya mau ikut bangunin orang sahur di masjid." Abah dengan jahilnya menggelitiki bang Tama sembari menggoyangkan tubuh bang Tama agar segera sadar.
"Loh iya juga ya, duh jam berapa ini! Oh masih jam tiga lebih lima abad eh maap lima menit," bang Tama yang baru saja beranjak dari tempat tidurnya kini berlari menuju kamar bang Jul yang tepat berada pada depan kamarnya.
"Jul! Juliadi! bangun gak lo, katanya kemarin buat wacana ke masjid buat bangunin sahur," teriak bang Tama memenuhi ruangan.
Abah kini tertawa sembari memberi jempol kepada bang Tama karena sudah meringankan sedikit acara mari membangunkan anak-anak yang di bintangi Abah itu, Abah kini berjalan menuju kamar Mahendra lainnya dan membangunkan semuanya. Tak ada satupun yang tertinggal agar mereka bisa mengikuti sahur. Semuanya telah terbangun dan entah sejak kapan Raja dan Arka sudah pergi keluar untuk ikut bangunin sahur keliling komplek, terdengar juga dari arah masjid suara bang Jul yang membangunkan orang sahur dengan melodi lagu arcade tetapi liriknya ia ganti dengan kata sahur. Sepertinya di sana bang Tama sedang tertawa terbahak-bahak melihat cara bang Jul membangunkan orang-orang. Sedangkan mas Theo menjadi partner bunda di dapur, mas Theo memilih untuk membantu bunda saja menyiapkan makanan.
Mas Janu berpikir perasaannya kemarin ia menaruh galon air yang kosong di sebelah kulkas, kenapa sekarang menghilang? Tidak tahu saja jika galon air yang di taruh mas janu di sebelah kulkas itu sudah diambil oleh Arka untuk membangunkan orang-orang, bahkan mas Jaka sedang menggaruk-garuk kepalanya karena tidak menemukan stik drum milik temannya yang kemarin ia pinjam di meja ruang tengah. Dasar Raja dan Arka, yang terlihat di mata mereka saja langsung mereka bawa dan mereka gunakan. Kalau bang Marvin sih sudah terbangun, akan tetapi ia duduk di meja makan sembari tertidur lagi. Bang Marvin memang begitu orangnya, susah bangun. Bang Yalen bersama Abah memakai baju dinasnya ketika di rumah, yakni hanya memakai kutang dan sarung biru dan ikut rebahan di karpet ruang tengah bersama Abah, mereka membicarakan tentang politik negara bahkan sampai kisah para nabi. Pembicaraan Abah dan bang yalen memang tak akan pernah ada habisnya.
Tak lama terdengar suara grasak-grusuk orang masuk rumah, dan orang itu tak lain dan tak bukan adalah bang tama, bang Jul, Raja dan Arka yang baru saja pulang dari acaranya membangunkan orang-orang. Kalau kalian bertanya kenapa bang tama dan bang jul sudah pulang saja? Karena di masjid tadi ada beberapa orang yang baru saja datang untuk menggantikan bang tama dan bang Jul. Bang Tama dan bang Jul sih memilih untuk sahur bersama keluarga, katanya sepi kalau sahur cuman berdua. Kalau Raja dan Arka memang sudah selesai mengelilingi komplek jadi mereka berdua memutuskan untuk pulang saja.
Makan sahur kali ini rasanya begitu hangat dan menyenangkan, kendati hanya sahur dengan nasi goreng dan telur mata sapi saja. Tetapi kebersamaannya yang membuat suasana makan sahur di keluarga Mahendra begitu menyenangkan, tak bisa di pungkiri jika yang paling rusuh di meja makan itu Raja dan mas Theo, Arka dan Marvin. Mereka selalu begitu, dari berebutan kursi duduk sampai nasi goreng yang berada di meja. Tak jarang juga Abah melontarkan candaan garing-nya, yang membuat semua anggota keluarganya tertawa kering agar bisa menghilangkan suasana canggung yang ada. Bunda sih bagian mengomel ketika melihat anak-anaknya rusuh karena hal-hal kecil, momen seperti inilah yang akan selalu di kenang dan di rindukan keluarga Mahendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANUMERTA || Doyoung
Romance❝...jangan salahkan semesta, aku lahir dengan membawa anumerta sebagai takdirnya.❞ Ini tentang dia yang ditakdirkan anumerta di perjalanan hidupnya dengan kisah lika-liku kehidupan yang terus menghampirinya. copyright© Haekal_01, 2023