Setahun sudah sejak kejadian itu, jeongyeon belum terbangun dari komanya.
Mina dan keluarga jeongyeon dijelaskan oleh polisi kenapa jeongyeon bisa menjadi korban chaeyeong.
Mina begitu terkejut bahkan takut dengan kenyataan yang dijelaskan polisi.
Dia melihat foto yang diperlihatkan polisi, ruangan yang penuh dengan foto dirinya.
Dan lebih membuat dia takut dan terkejut terdapat ruangan yang menampilkan foto telanjangnya yang begitu besar dan patung.
Mina menangis keras dan takut setelah melihat foto itu, eomma jeongyeon langsung memeluk mina dengan erat.
Menenangkan mina agar tidak memikirkannya.
"Tenang sayang ini sudah berlalu kau aman sekarang" ucap eomma jeongyeon.
Mina baru mengetahui yang menjebaknya ternyata bukan jimin tetapi chaeyeong.
Mina terus menyalahkan dirinya tetapi dapat ditenangkan oleh keluarga jeongyeon dan jihyo yang selalu berada disisinya.
Saat ini mina tengah melakukan pemotretan, setelah selesai mina lalu pulang kerumah sakit tempat jeongyeon dirawat.
Mina dan keluarga jeongyeon semakin dekat, bahkan mina sering menginap dirumah sakit untuk menjaga jeongyeon.
Luka yang berada di tubuh jeongyeon sudah menghilang, walaupun bekasnya masih terlihat.
Dan tulangnya pun sudah kembali seperti semula hanya menunggu jeongyeon untuk bangun dari komanya.
Saat diperjalanan mina terus melihat fotonya bersama jeongyeon dulu, dia teringat dengan wanita yang menghubunginya.
Mina membuka riwayat masuk di dalam ponselnya, mencari nomer telpon wanita itu.
Setelah ketemu langsung saja mina menelponnya, dia terkejut ternyata dari sebrang mengangkatnya.
Mina mengucapkan terimakasih kepada sana atas bantuannya.
"Apakah aku boleh mampir kerumah mu untuk mengucapkan terimakasih ku sekali lagi?" tanya mina menunggu jawaban sana.
"Baiklah nanti aku akan mengirimkan alamat ku"
mina sangat berterimakasih, lalu dia menutup telponnya.
"Kau menghubungi siapa?" tanya jihyo disampingnya.
"Aku menghubungi wanita yang membantu ku pada saat kejadian itu eonni" ucap mina menatap jihyo, jihyo hanya menganggukkan kepalanya.
"Apakah kau ikut aku ke rumah sakit eonni?" tanya mina.
"Sepertinya tidak mina, ada yang harus aku kerjakan untuk jadwal mu lusa" ucap jihyo.
"Baiklah" ucap mina.
Setelah sampai dirumah sakit mina langsung berjalan menuju ruang rawat jeongyeon.
Dia tersenyum dengan suster yang menyapa nya disetiap lorong.
Mina pun masuk kedalam ruang rawat jeongyeon, dia melihat nayeon sedang tertidur di sofa panjang diruangan ini.
"Eonni bangun.." ucap mina membangunkan nayeon.
Nayeon mengerjabkan matanya dan menggeliat dengan hawa mengantuknya.
"Oh kau sudah datang mina" ucap nayeon sembari menguap.
"Iya eonni, Eonni pulang saja aku akan menjaga jeongyeon" ucap mina, nayeon menganggukkan kepalanya melihat jam tangannya.
"Baiklah, eonni meminta bantuan mu ya mina untuk menjaga jeongyeon, eonni harus pergi rapat sejam lagi" ucap nayeon bersiap siap.
"Iya eonni sudah menjadi kewajiban ku menjaganya" ucap mina menatap jeongyeon yang belum terbangun dari komanya.
Nayeon tersenyum melihat mina, dia berjalan mendekati mina.
"Dia belum menjadi tanggung jawab mu mina, karena kalian belum menikah" ucap nayeon membuat pipi mina bersemu merah.
"I iya eonni, tapi memang aku tidak bisa kehilangannya lagi..cukup sekali aku kehilangannya, aku sudah tidak sanggup untuk berpisah dengannya lagi eonni" ucap mina menatap jeongyeon sendu.
Nayeon mengelus pundak mina lembut menguatkan mina.
"Kita berdoa saja semoga jeongyeon bisa segera sadar dari komanya, dan kalian bisa bersama" ucap nayeon membuat mina tersenyum menganggukan kepalanya.
"Baiklah eonni tinggal ya kalau begitu bye mina" ucap nayeon pergi.
Mina menaruh tasnya di sofa lalu berjalan mendudukan dirinya dikursi samping kasur jeongyeon.
Mina terus mengelus tangan jeongyeon lembut sembari menatap jeongyeon sendu.
Betapa dia sangat merindukan jeongyeon, seperti yang dikatakannya pada nayeon dia sungguh tidak sanggup jika jeongyeon tidak bersamanya.
Mina mengambil ponselnya melihat pesan yang dikirimkan oleh sana.
"Kau tau jeong..wanita ini yang telah memberitahu ku dimana kau diculik waktu itu dan siapa sangka dia juga membantu kita untuk memperoses kejahatan suaminya" ucap mina menatap jeongyeon setelah meletakkan ponselnya di nakas.
"Jeong...aku sangat merindukan mu...aku sangat mencintai mu...kumohon bangunlah...ayo kita memulai semua dari awal..." ucap mina menatap jeongyeon sendu.
Matanya memerah menahan air matanya. Lalu mina mencium tangan jeongyeon lama.
Ditaruhnya tangan jeongyeon dipipinya, mina terus mencium telapak tangan jeongyeon.
"Kau tau...aku ingin sekali ketempat wanita yang membantu kita bersama mu...hiks..."
"Maafkan aku selama ini jeong...setelah kau menjelaskan apa kesalahan ku membuat ku sadar aku sangat mencintai mu...hiks..jangan buat aku menangis lagi sayang..."
"Bangunlah...agar air mata ku berubah menjadi tawa dan air mata bahagia bersama mu.." ucap mina terus menciumi telapak tangan jeongyeon.
Mina terus menahan tangisnya, ternyata tidak bisa karena rasa rindunya yang sudah membuncak.
Dia tersenyum sendu memegang pipi jeongyeon dengan sebelah tangannya mengelus pipi jeongyeon lembut.
"Lihat..kumis mu juga sudah mulai tumbuh jeong...aku selalu melarang mu memiliki kumis karena aku tidak ingin wanita terus melirik mu, karena kau semakin tampan dengan kumis mu ini...hiks" ucap mina tersenyum mengingat masa lalu.
Tiba tiba ponsel mina berdering, dia ambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya.
"Sebentar ya jeong...aku angkat telfon dari james dulu" ucap mina mengelus pipi jeongyeon lembut lalu pergi keluar untuk mengangkat telfon dari bodyguard jeongyeon.
Ruangan jeongyeon sepi, tiba tiba tangan jeongyeon bergerak dan jeongyeon membuka matanya pelan.
"Mina.." gumam jeongyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahakarya ✓
RandomDimana Kehidupan wanita dijadikan mahakarya oleh seorang laki laki