|0.1|

2 1 0
                                    

⚠️warning typo⚠️

Hy semua! Book sebelah hiatus dulu ya, dikarenakan ide belum terkumpul tapi malah bikin cerita baru. Ok! Di book ini, Call berharap bisa memuaskan perasaan pembaca. Jadi dinantikan ya! Sampai ketemu chap depan atau di book sebelah!
.
.
.
Voment mu semangatku
.
.
.
Call come back😎
.
.
.
Enjoy reading:3

Disinilah Alleesha. Bersama dua monyet yang selalu melengkapi satu sama lain. Oh dan jangan lupakan babu kontrak yang mojok tertekan atas kelakuan majikan kontraknya.


Setelah selesai acara wisuda, siswa/i diizinkan berkegiatan yang asalkan masih di dalam lingkungan sekolah.

"Drik. Sini!" Dari ketiga monyet tadi, satu yang paling cerewet. Siapa lagi kalo bukan Abelle.

"Dalem?" Meskipun usianya lebih tua dari ketiga monyet tersebut, Henry masih menjaga tata krama dalam berbicara. Karena dia pernah bilang kalo semua perempuan itu sama, kalo lu nyakitin perempuan sama aja lu nyakitin nyokap lu sendiri dan itulah patokan kenapa Henry selalu menjaga tata krama jika berbicara pada perempuan.

"Noh. Lunas." Dengan secarik kertas perjanjian dengan stempel lunas miring maka semua perjanjian dianggap lunas. Begitu juga dengan perjanjian babu-majikan di atas kertas mereka. Jika batas waktu yang ditentukan habis, maka perjanjian dianggap lunas/selesai.

"Hn. Yodah. Ini hari terakhir, kan? Jadi-"

"Nggak dong. Pas awal buat kesepakatan kan kita udah deal kalo kalo kita se-SMA kontrak itu bakal tersambung sampe ada stempel lunas lagi. Soo kertas ini jaminan kalo kita satu sekolah. Ga ada nawar nawar. Ini bukan pasar." Suatu kebiasaan bagi Eveline jika berbicara selalu secepat kecepatan cahaya. Bagi Henry yang sudah paham it's ok lah.

"Iye. Udah, kan? Gue dah boleh pergi b'lom?" Meski santai, namun ada saja kesibukan yang melanda Henry setiap harinya. "Haahh. Udah, kok. Ati-ati. Depanlu ada Santo." Dan benar saja. Di depan Henry yang sedang buru-buru, ada anaknya Santo-Erli- yang adalah mantan Henry. Erli yang tak mau diputuskan pun selalu mencari jalan untuk balikan lagi dengan kakak kelasnya yang telah lulus.

>===°•.•°•.•°===<

Usai malam dengan tangisan buaya di SMPN 1 KOTA, Abelle, Eveline, serta Alleesha pulang ke apartemen mereka bertiga.

Tak ada yang membuka pembicaraan setelah pintu terkunci. Hanya backsound tiktok yang berbeda dari hp masing-masing. Keadaan sunyi terpaksa teralihkan oleh bunyi bel pintu apartemen ditekan. Tak ingin membuat si tamu menunggu lama, Abelle segera membukakan pintu.
Saking terkejutnya Abelle dengan orang di balik pintu, hp yang ia pegang sampai terjatuh. Berbuat salah apa mereka sampai pemilik apartemen[sejenis ibu kost] mereka mendatangi apartemen mereka.

Enggan membuat sang tamu menunggu lama, Abelle mempersilahkan beliau masuk terlebih dahulu. "Ah, saya tidak lama, nona. Hanya saya, bolehkah saya menitipkan surat ini kepada nona Daniswara?" Tutur wanita tersebut sambil menyerahkan amlop putih dengan nama Alleesha Daniswara tertera di sana.

"Ah, tentu saja, apakah ada yang lain?"

"Oh, ada ternyata. Ini untuk anda dan nona Ardanta. Baik, saya permisi. Nona Glorynce"

'Apaan nih?' Pikir Abelle. Namun ia akan menemukan jawabannya setelah amlop itu dibuka.

Abelle pun memungut hp yang sempat ia jatuhkan beberapa saat lalu dan menutup pintu. Tak ingin berlama-lama penasaran, ia pun memberikan amlop-amlop tersebut pada Alleesha dan Eveline.

"Anjir! Undangan osis SMAN 1 KOTA!" Suara itu tak berasal dari Eveline maupun Abelle. Namun berasal dari Alleesha. Gugup, senang, terharu dan bangga ia rasakan karena menerima surat itu.

>===°•.•°•.•°===<

Tak usai hari bahagia ini sampai disini saja, ketiga gadis remaja itupun memberikan kabar kepada orang tua mereka masing masing. Tak luput kepada babu mereka. Ya, babu. Perjanjian itu berlanjut karena mereka satu SMA. Sungguh Henry yang malang.

Tak usai sampai disitu saja, mereka pun jingkrak-jingkrak kesenangan karena keinginan mereka menjadi osis saat SMP dan SMA terkabul.

"Bakar sosis ayok?" Abelle bertanya pada Alleesha dan Eveline untuk membakar sosis. "Kuy" Jawab mereka serempak. "Tapi sosisnya abis, cug!" Sambung Alleesha yang bertugas di dapur seminggu terakhir.

"Yodah lah! Beli sosis!" Final Abelle. "Eh... ini akhir bulan, tanggal tua." Lanjut Eveline dengan perasaan kecewanya. "Jangan ngingetin, kek!" Alleesha lelah! Tanggal tua, mie abis, tinggal buat bayar wifi pula! Ah, rasanya ingin kembali ke rumah! Eh, nggak jadi deh. Tar dimarahin lagi. Kan panas ini kuping.

"Yodah gue- JANCOOKK" Kompak mereka pada saat listrik padam. Susah amat. Wifi ga ada(because konsleting, jadi cuma bayar setengah). "Yodah lah gue maket in paket dul- bangsat!"

"Nape?" Eveline yang kepo pun mendeat dan... "AWOKAWOKAWOKAWOKAWOKAWOK! MAMPUS!" Bisa-bisanya pulsa Alleesha habis di saat-saat genting seperti ini. "Yaudah, gue hospot, sini hp lu." Lanjut Eveline setelah tertawa sampai sakit perut. "Dah, noh."

"Oi! Monyet sus! Mo nonton ga ayok! Mumpung laptop gue nyambung hospot nya Abelle?" Tawar Alleesha dengan cengiran setan yang disalahartikan oleh warga sekolah. Dikira senyum semirk padahal ngengir setan.

"Ha? Ini kok bisa? Nyambung darimana anjrit?!" Shock Eveline melihat laptop Alleesha yang tersambung dengan hospot dari hp Abelle.

"Ya bisalah. Orang dia sendiri yang nyambungin. Udah, buru! Kaga jadi gue matiin ye." Kata Alleesha bersiap mematikan laptopnya.

"Eh ayok. Cemilan ready?" Tanya Eveline dengan watados andalannya.

"Mangga, ambil sendiri di kulkas." Sambung Alleesha.

Aneh ga? Mereka kek punya hubungan  symbiosis mutualisme? Alleeha yang hp nya nyaut hospot Eveline tapi dibeliin pulsa 10k sama laptopnya yang nyaut hospot si Abelle buat nonton tapi cemilan dia yang buat/nyiapin. Niat banget ga si?

>===°•.•°•.•°===<

"Hooooaaammm yah sianjir belom bangun? Heh! Setan. Monyett ayo bangun subuh it- WOY BANGUN WOY SUBUHNYA KELEWAT NJING!!!" Teriak Eveline pada hari yang indah ini.

"Ga sholat." Sahut keduanya bersamaan.

"Wah ini anak. Eh tapi gua juga ga sholat, sih." Cengo Evelin.

"Yeeuuu sianjir! Makanya liat kalender jan cuma liat jam doang. Udah tau akhir bulan." Komen Abelle seraya memukul muka Eveline dengan bantal. "Eh iya, Cha. Laptop udah lu matiin kan?" Tanyanya pada Alleesha.

"Hmm" Kalo boleh jujur Alleesha capek banget rasanya. Mau bangun badan sakit, mau lanjut tidur diajak ngomong mulu sama dua monyet ini.

"Tidur mulu si Lecha kunaon? Lelah lahir batin? Gapapa kan yang lelah situ bukan gu-ANJIR CHA! INI IDUNGLU BERDARAH! MAK!!! MAK PELIINNNN LECHA MIMISEN LAGI!" Abelle panik sepanik-paniknya. Masa iya orang baru tidur udah mimisen? Njembung lagi. Ini bangun tidur omaygattt!

"HAH! MANAAA?!! Serobot Eveline dari belakang. Iye abis mandi anaknya.

"Daon sireh mana daon sireh?"

"Dikulkas ada daon sireh setepak." Sebenernya Alleesha udah kerasa kalo mimisen, tapi apalah daya badan ga ada tenaga.

"Heran deh lu sebenernya sakit apa sih, Cha?!" Sewot Abelle yang datang dengan setepak sirih.

"Darah rendah" jawab Alleesha blak-blakan. Heran. Kok ada gitu manusia sesantai dia.

TBC

Hey hey hey! Ini serius pertama kali Call bikin chapter panjang. Jangan bosen yaak

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sure?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang