Chapter 4 : The Prince

251 46 9
                                    

Jefrano menghela nafas panjang. Dalam benaknya tak pernah terbayang jika pada akhirnya ia akan berdiri di hadapan para rakyat yang bersimpuh memberi hormat padanya.

Tak ada rasa bangga sama sekali dalam dirinya. Justru perasaan takut melingkupi hatinya. Para rakyat begitu mengharapkannya sekarang. Jefrano tak lagi melihat tatapan meremehkan ataupun kecewa dari para rakyat.

Sekali lagi Jefrano menarik nafas lalu menghembuskannya pelan. Dia merasakan gejolak yang begitu besar di dadanya. Strombringer mulai beraksi di dalam sana. Ah, kini Jefrano mengerti mengenai hubungan senjata mengerikan itu dan tuannya. Strombringer benar-benar membaca isi hati dan pikirannya.

“Bangunlah”

Para Elbio yang pertama kali bangkit, di susul William lalu di ikuti oleh para rakyat. Semua perhatian benar-benar tertuju pada Jefrano sekarang.

Jefrano menengadahkan tangannya ke langit. Sebuah cahaya yang berasal dari telapak tangannya melesat dengan cepat menembus langit. Seketika, Langit yang semula gelap gulita dan di lingkupi oleh awan hitam yang tebal menjadi terang benderang seperti semula.

Para rakyat berseru kagum, sedangkan Jefrano justru mengeratkan kepalan tangannya. Ia baru saja mengibarkan bendera perang pada bangsa iblis.

“Kekuatan kami sudah sepenuhnya menjadi milikmu Jefrano. Kau hanya perlu memerintahkan kami untuk melakukan tugas kami.” Ucap Hayden mewakili para Elbio.

Jefrano hanya tersenyum tipis. Sedangkan di kerajaan Iblis, Alfonsa tersenyum licik.

“Dia benar-benar datang. Aku pikir dia akan bernasib sama seperti Samuel dulu.”

Alfonsa melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya menuju singgasana. Ada Charlotte yang sudah duduk di singgasana lebih dulu dengan tatapan datar khasnya seperti biasa.

“Charlotte, kau tau semuanya sudah di mulai bukan?”

Charlotte mengangguk.

“Aku tidak tau apa yang di pikirkan Dewi itu, hingga menjadikan seorang bocah ingusan sebagai tuan dari Strombringer. Apa dia lupa bagaimana dulu seorang Samuel Ivander Zanxavier sekarat karena kekuatannya sendiri?” monolog sang ratu iblis dengan nada meremehkan khasnya.

Charlotte hanya diam mendengarkan. Ia memang tak banyak bicara.

GORGON!” Teriak Alfonso, memanggil tiga iblis bersaudari berambut ular dan bertaring menyeramkan.

Tiga iblis bersaudari itu bersimpuh hormat.

“Semuanya sudah siap bukan?”

“Tentu, yang mulia ratu.”

“Baguslah. Kita serang Zephyra sekarang juga.” Mata Alfonso melirik seorang lelaki yang sedari tadi hanya diam di salah satu kursi di sudut ruangan dengan tatapan kosongnya.

“Ah, dan kau,”

“Sudah saatnya kau menunjukan kesetiaanmu padaku, Jeffrey.”

◆◆❄️◆◆

Para rakyat yang mendeklarasikan diri untuk menjadi pengabdi setia Zephyra berjejer dengan senjata yang di berikan kerajaan. Mereka dengan setulus hati berdiri untuk berperang melawan para iblis yang hendak merebut kedamian dari Uthaman. Bahkan mereka tak gentar saat petir mulai kembali bermunculan. Suara Guntur yang mulai bersautan dari arah barat, dimana langit mulai terlihat berwarna merah darah dari sana.

Ramond menatap Jester lalu beralih pada Jefrano. Jefrano mengerti maksud tatapan itu, hingga ia akhirnnya menganggukan kepala, menginjinkan Ramond menggunakan kekuatannya.

TACENDA (SHORT STORY) (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang