18. Redo it

2.2K 324 48
                                    

###

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

###

Sekarang.

"Nya, aku mau mulai kerja lagi."

"Va, aku mau mulai kerja lagi."

Ucapan yang dilontarkan bersamaan itu membuat Prava dan Kanya sama-sama terdiam. Entah mungkin karena terlalu lama bersama, cara pikir keduanya seolah-olah jadi mirip satu sama lain.

Baik Prava maupun Kanya sama-sama tertegun mendengar ucapan mereka tadi. Sesuatu yang harus terjadi ternyata tiba juga setelah keduanya saling terbuka dan berbaikan.

"Gimana, Va?"

Prava tersenyum kecil dan mengacak lembut rambut Kanya. "Dateng juga ya hari ini."

"Eh tapi," ucap Kanya menggantung.

"Kenapa?"

"Aku belum cerita lengkapnya gimana," cicit Kanya.

"Oke, oke, gimana?" respons Prava sambil menatap Kanya sepenuhnya.

"Aku tahu hari ini bakal tiba juga, Va. Kita bakal balik ke kesibukan kita masing-masing dan ini salah satu hal yang kita sesali, kan?"

Prava mengangguk. Membenarkan sepenuhnya ucapan Kanya.

"Kamu gak mungkin lepasin kerjaan kamu di rumah sakit, aku paham banget. Aku juga masih sayang sama hobiku ini, Va."

"Aku ngerti, Nya. Dari awal juga kita udah sepakat kalau Kiya itu blessing, bukan penghalang."

Kanya tersenyum kecil, terharu juga sedih mengingat perempuan kecil yang mirip dengannya itu. "Iya, Va. Makanya aku udah ngobrol sama manajerku kemarin."

"Aku masih mau nyanyi, masih mau bikin lagu dan rilis album, masih mau ngisi acara-acara," ucap Kanya terpotong.

"Tapi aku udah minta perubahan kontrak untuk tur. Aku mau berhenti promosi sebegitunya. Sekarang yang aku mau ya cuma berkarya aja, gak perlu dipromosiin sampai bikin tur kayak dulu."

"Nya..."

"Pihak perusahaan udah setuju kok, Va. Setelah album yang sekarang lagi digarap ini rilis, aku bakal mulai berkegiatan lagi, tapi cuma di Jakarta aja. Dan aku gak akan jadi pengisi acara tetap."

"Anya..."

"Muka kamu kok gitu sih, Va?" tanya Kanya sambil terkekeh. "Ini keputusan aku kok. Aku sadar walaupun aku sayang sama hobiku ini, aku berjuta kali lipat lebih sayang Kiya."

Kanya mengelus pelan wajah Prava yang masih menatapnya merasa bersalah. "Va, antara aku dan kamu yang lebih fleksibel kerjaannya itu aku, kan? Jadi gak apa-apa. Aku juga pengen ngabisin waktu lebih banyak sama Kiya."

"Maaf ya, Nya," lirih Prava.

"Maaf kenapa?"

"Aku belum punya solusi buat ini. Semenjak pulang dari rumah Kak Unge kemarin, Papa udah minta aku untuk mulai praktek lagi."

IdyllicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang