Dika baru saja selesai mandi saat dia mendengar suara Joshua di ruang tamu, tanda pria itu sudah pulang. Seperti sedang menelepon, dia mendengar Joshua agak tertawa di luar sana. Jam di kamarnya sudah menunjukkan pukul 8 malam, agak lewat dari waktu yang telah mereka sama-sama setujui untuk menemani Dika mengobrol di malam itu. Setelah memastikan rambut basahnya agak sedikit kering dan menggantung handuk, Dika membuka pintu kamarnya. Dan dia melihat Joshua bersandar di sofa berwarna orange yang ada di ruang tamu depan kamarnya.
Dan Joshua terlihat mabuk.
"Josh..? Lo mabok?" tanya Dika hati-kati. Joshua kemudian menengadahkan kepalanya dan bersusah payah untuk duduk tegak menyambut Dika yang maju beberapa langkah untuk menghampirinya.
"Heeey! Sorry, agak malem ya? Eh tapi belum malam sih.. still 8 o'clock.."
Benar-benar tidak beres. Bagaimana Dika ingin bicaara dari hati ke hati jika Joshua mabuk seperti ini?
Dika menghampiri Joshua yang dari jauh saja, mulutnya sudah tercium bau alkohol.
"Jadi kan ngobrolnya?? Jadi dong? Jadi yaaa? Yuk ke kamar lo yuk??"
Pria itu menahan lengan Joshua yang ingin merangkulnya, "Joshua mending-.. mending lo ke kamar aja, istirahat. Gue ngobrol bisa nanti lagi kok, bisa besok-"
"Mmmmm! No!" Joshua menggeleng, "I don't have time till tomorrow, Dika. Ayo ngobrol sekarang?? Gue masih cukup sober buat nanggepin curhatan lo, kok.."
Dika tidak bisa mengelak ketika Joshua bangun, namun tubuhnya bertumpu pada bahunya yang masih dalam posisi duduk. Dengan susah payah, Dika membantu Joshua untuk berdiri tegak dan berjalan pelan ke kamarnya setelah memastikan bahwa tidak ada anak kos yang keluar dari kamarnya saat itu. Dika mengantarkan Joshua masuk dan mendudukannya di pinggir kasur, yang ujungnya malah membuat Joshua limbung dan jatuh tertidur. Ada gerakan lucu saat pria itu mencoba bangun dan tersadar saat Dika menutup pintunya.
"Jadi gimana?" Joshua mengambil bantal Dika untuk di peluk di pangkuannya sambil menyilangkan kaki, "Lo mau cerita apa?"
Dika yang duduk di bawah kasur, menenggakkan kepalanya untuk menatap Joshua yang bicaara padanya setengah sadar. Sebetulnya ada 2 yang dia pertimbangkan untuk dibicarakan, soal dia ingin pinjam uang untuk bayar kosan dan soal perasaannya. Tapi Dika tentu tidak bisa membicarakan kedua hal itu secara bersamaan, jadi sekarang dia pikir dia akan membicarakan soal uang saja.
"Mm.. gini. Sebenernya malu juga sih ngomongnya, soalnya kan beneran ga pernah begini juga... Jadi gue lagi banyak banget keperluan di bulan ini. Sampe uang kosan ceritanya kepake. Dan gajian masih agak jauh... kalo emang lo punya, dan bisa, gue mau minjem 2 jutaan buat bayar kosan, Josh.. kalo lo ga keberatan sih.."
Joshua memperhatikan Dika yang bicara sambil menunduk, kemudian mendengus sambil tersenyum. Tak lama dia mengeluarkan ponselnya dengan susah payah dari saku celana chino-nya, kemudian mengetik sesuatu tanpa bilang apapun. Dika semacam sudah agak pasrah saat Joshua mengacuhkannya, namun tiba-tiba Joshua menunjukkan layar ponselnya ke depan muka Dika, memperlihatkan layar mobile banking pertanda berhasil transfer pada pria itu.
"Dua.... heh! Joshua ini lo typo ya??? Lo transfer kelebihan banget Astaghfirulloh?!?!?" Dika mendekatkan matanya lagi, takut salah melihat nominalnya, kemudian mengecek mobile bankingnya, "Joshua ini lo transfer 20 juta loh!??!?!"
Joshua mengibaskan tangannya di depan wajah pria itu, "Oh hehehe typo ternyata. Yaudah... transfer balik aja sisanya.. heheheh".
Kepala Dika pening. Bisa-bisanya Joshua yang sedang setengah sadar ini transfer kelebihan angka 0. Untuk Dika orang baik. Untung Dika orang jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperempat Abad
FanfictionA slice of life AU of Seventeen Vocal Team, bxb from twitter of @tetehcarat