Hansel baru menginjak umur 15 tahun ketika hal itu terjadi. Sesuatu yang membuatnya menyesal telah di lahirkan dari benih seorang pria cabul yang tega menyelingkuhi ibunya, dengan sepupunya sendiri. Hansel juga pernah seperti kalian, merasa menjadi anak yang paling di banggakan oleh orang tuanya. Pernah juga menjadi seorang anak yang begitu di elu-elukan oleh keluarganya. Namun itu semua berubah dalam sekejap saat sepupunya yang hanya berbeda 5 tahun lebih muda dari ibunya, tinggal bersama di rumahnya lantaran kantornya hanya 10 menit dari sana. Sepupu perempuannya itu merantau dari dari desanya di Padang, dan diam-diam dengan iming-iming uang yang tidak seberapa, dengan sebegitu mudahnya setuju untuk menjadi jalang di antara pernikahan ibu dan ayahnya. Kedua orang tuanya jadi sering bertengkar. Sang ibu sering menangis diam-diam.
Puncaknya adalah saat saat Hansel mengajak ibunya untuk ke toko buku, membeli buku pelajaran untuk panduannya memasuki kelas 2 SMA. Tanpa rasa curiga apapun, keduanya meninggalkan ayah dan sepupunya di rumah. Dan saat pulang, bukan main kagetnya Hansel dan ibunya melihat kedua iblis itu sedang bercumbu di kamar yang biasanya di tempati ibunya untuk tidur.
Hansel ingat, Ibu teriak, menangis histeris. Hansel yang memegang satu bundel penuh buku-buku tebal sekolahnya, serta merta langsung mengarahkan belanjaan seberat 2 kilogram itu ke arah kepala sang ayah berkali-kali dengan teriakan yang juga berulang.
'Ayah ngapain sama uti??? Ayah ngapain di kasur ibu sama uti???? Ayah udah ga sayang Ibu??!! Ayah ga sayang aku????'
Hanya kata-kata itu yang bisa meluncur sekuat tenaga dari mulut Hansel. Sampai akhirnya dia merasakan tangan ayahnya panas di pipi, kemudian lengannya terpelintir dan tubuh kurusnya terpelanting ke arah tembok dan sofa di ruang tamu, membuat napasnya sesak dan pandangannya kabur, gelap seketika.
Setelah itu kejadian terjadi tanpa Hansel ingat. Yang dia tau, begitu dia membuka mata, dia sudah di rumah sakit dengan kepala yang di perban. Bagian belakang kepalanya begitu nyeri sampai membuatnya harus menahan napas setiap lukanya berdenyut.
'Oh, jadi ini luka ya.. apa aku hilang ingatan ya...' gumamnya saat itu. Tapi tidak. Dia bisa melihat ibunya sedang membaca alkitab sambil mengusap tangannya yang bebas. Dia mengingat wajah ibunya. Dan kemudian dia tau bagaimana dia bisa berakhir di rumah sakit hari itu.
Sejak kejadian itu, menurut apa yang dia dengar dari bisikan tetangga, sang ayah dan sepupunya pergi melarikan diri disaat tetangga berkumpul dan sibuk menolong Hansel yang pingsan karena benturan ke tembok. Ibunya yang saat itu menangis pun katanya lebih sibuk mengkhawatirkan Hansel yang tak sadarkan diri, ketimbang memaki keponakannya sendiri serta suami yang tidak tahu diri itu.
Di hari-hari berikutnya, Hansel dan ibunya tidak pernah bercerita apapun dan atau berbagi pikiran soal perginya ayah dan sepupunya. Seolah mereka sepakat dalam diam, bahwa apa yang telah terjadi adalah takdir Tuhan yang tidak bisa di elakkan. Dan keduanya membiarkannya dalam kenangan buruknya masing-masing. Sekarang, sudah beberapa tahun ini setelah Hansel berhasil menjadi PNS, ibunya tinggal mengontrak di kota yang baru, di sebelah rumah saudaranya yang lain dan memilih untuk menjual rumah yang telah mereka tempati sekian lama.
"Kak... kamu kenapa?"
Lamunan Hansel disadarkan oleh Sean yang kebetulan sedang main ke lini kerjanya. Hansel yang kaget langsung menunduk sambil mengusap air matanya, kemudian menggeleng.
"Enggak kenapa-kenapa, Sean! Tumben kesini sore-sore??" tanya Hansel balik. Sudah jam 4 kurang. Dan sekitar 10 menit lagi seharusnya sudah jam pulang.
"Iya nih, nganterin dokumen. Sekalian lewat aja, soalnya mau ke Gedung C dulu! Eh, ngomong-omong itu ada yang nyari kamu di lobby tadi aku liat... kayanya udah dari tadi duduk di lobby nungguin. Soalnya dia bolak balik nanya kamu terus tuh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperempat Abad
FanfictionA slice of life AU of Seventeen Vocal Team, bxb from twitter of @tetehcarat