Prolog : Hanya sendiri itu melelahkan ya...

14 2 0
                                    

Enjoy ^^

Mark POV

   Gerbong kereta api terus melaju meninggalkan diriku yang menangis sedu. Aku diam meratapi nasibku yang semenjak kapan dipertanyakan oleh anak sekecil diriku. Ayah dan ibuku meninggalkan diri ini sendirian ditemani rasa sunyi, rumah megah berhias lampu gantung dan barang-barang antik ini hanya pajangan termasuk dengan diriku. Ayah bekerja pagi sampai malam tanpa mengenal waktu, sementara ibu pergi bermain ke rumah temannya setiap hari dan ketika pulang ia hanya menyapa diriku ataupun menanyakan aku sudah makan atau belum. Kebiasaan itu sudah ada sejak diriku menginjak umur lima tahun. Ayah pun tak pernah melihatku sedikit pun yang hanya mengkhawatirkan keadaanku yaitu ibu, mungkin karena aku anak tunggal. Ya, mau bagaimana lagi?

Seiring bertambahnya umur, aku mengerti arti kata kasih sayang ketika melihat teman-teman sekolahku dijemput orang tuanya atau sekadar dipeluk. Aku menginginkan itu semua, pelukan, kasih sayang ayah dan ibuku. Pernah suatu hari aku menanyakan kepada temanku hal apa yang bisa menarik perhatian ayah, temanku berkata, "Kau tinggal menangis saja atau mengganggu waktu ayahmu."

Aku tersenyum mengingat-ingat ucapan temanku, saatnya aku membuat rencana. Malam ini ayah akan datang ke rumah dan pasti ia langsung ke ruangan kerjanya.

Krieettt..

Itu suara pintu terbuka dan pasti ayah sudah pulang. Aku tergesa-gesa membuka pintu kamar menuruni tangga menuju ruang kerja ayah. Aku bersembunyi di kolong meja, ruangan ini gelap sekali. Sebentar lagi tahan...

Takk..

Langkah kaki mulai terdengar, sedikit demi sedikit. Dan aku mengejutkan ayahku dengan menampilkan wajah polos ku dari kolong meja. Kepalaku mendongak ke atas, melihat orang yang kaget ketika melihatku muncul tiba-tiba saja.

Suara dinginnya menyapa pendengaranku, "Nak, mengapa kau bisa ada di sini?" aku terdiam sambil menunduk, sesekali melihat ayah yang terus menatapku. Aku berkata, "Dad....aku hanya ingin bermain dengan daddy. Mark bosan bermain sendiri." Ayah menghembuskan nafas kesal dengan sikapku. Kemudian aku memeluk lengan ayah tetapi ia malah menepis pelan, tak mau jika aku berlama-lama di sini. Lalu ayah menyuruhku keluar dari ruangan kerja. Di ujung lorong aku melihat ibu yang menatap kejadian itu dari jauh, ia berjalan mendekatiku dan merangkulku.

"Sudah tak apa, mungkin ayah sedang capai dengan pekerjaan di kantor. Kalau Mark ingin bermain nanti bersama Mommy saja ya?" ucapnya. Aku hanya mengangguk menanggapinya. Rencana itu gagal dan aku tak akan mencobanya lagi. Itu kali pertama dan terakhir aku bertegur sapa dengan ayah karena ia sangat kaku dan tegas jadi aku tak pernah menyapa dirinya sampai diriku beranjak dewasa.

NOTES : 

aku bikin cerita ini karena udah lama ga ngetik di sini lagi huhu:( i'm feel so sad. jadi ada spill cerita ini mengisahkan anak yang terkena peter pan sydrom... nanti kita bahas di halaman selanjutnya. okeee

next->>>

Child ; Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang