Prolog

2 1 0
                                    

  "Lo yakin?" Lelaki beralas helm full face itu memberi acungan jempolnya sebagai sinyal yakin. Kini dirinya, di antara total 12 pengendara lain, bersama sorakan tak beraturan dari para pengagum kedua belas berandal itu. Nuansa yang menegangkan, terdapat bendera yang diletakkan secara horizontal. Hitungan mundur dari 10, semuanya bersiap, posisi yang sedikit condong kedepan, tidak lupa dengan salah satu telapak kaki yang telah siap pada posisinya. Waktu termakan, hanya tinggal 3 detik dari mulainya perlombaan. Hingga bendera dengan letak horizontal itu diangkat, gemuruh keributan mulai berantakan.

  Total 12 motor dengan pengemudinya, saling berlomba lomba mempersaingkan kecepatan. Bendera-bendera bergambar itu mulai dikibarkan, menampakkan warna dan bentuk yang berbeda beda. Beberapa lika liku perjalanan, sekarang hanya tersisa 8 dari total peserta awal. Tak ada yang ingin mengalah sekarang, bukan saatnya untuk menganggap semua ini hanya sebuah permainan. Tidak hanya para pesaing yang turun kejalan, para pendukung dari mereka ikut memperlombakan sorakan menjadi lebih keras.

Dua tokoh memimpin, sama-sama tak ingin kalah, seperti mempertaruhkan nyawa saja. Dengan kecepatan yang sama, namun skill yang berbeda. Putaran ketiga, hanya tersisa mereka, kedua sosok yang terus menjadi obrolan panas para penonton di sana. Dari balik helm mereka, hanya terdapat tatapan elang yang terlihat jelas mengincar tujuan yang sama. Samar-samar garis finish menunjukkan hadirnya, tak ada yang dapat menebak pemenangnya sekarang, hingga hanya hitung detik sebelum perlombaan selesai-

"GARUDA!"


oOo

   "SUDAH BERAPA KALI BAPAK INGATKAN! KALIAN INI MASIH SMA! BALAPAN LIAR KAYAK GITU GAK ADA YANG BISA DI BANGGAIN! KALIAN INI CUMA BIKIN MALU SEKOLAH! PAHAM GAK?! TERUNTUK GARUDA, PANCA, LESAGA, GARGA, INI PERINGATAN TERAKHIR DARI BAPAK! KALIAN DI SKORS 2 MINGGU! JIKA KALIAN MENGULANG HAL YANG SAMA, KALIAN KELUAR SEKOLAH." Total 42 lelaki dengan posisi berlutut itu menunduk di tengah lapangan yang tengah di sambut oleh teriknya matahari, mereka lagi mereka lagi.

"hah? kak Garuda? baru denger gue. Lucu banget namanya kayak nama burung."
Bodoh, itu yang kedua temannya pikirkan tentang Glora sekarang. Kalimat yang keluar dari Glora dapat menarik netra hampir seluruh siswa siswi yang berada di kantin yang entah sekedar bertukar cerita ataupun ikut membeli beberapa makanan di sana. Salah satunya dia. Tak perlu dipertanyakan, kepopuleran Garuda tak hanya berlaku di sekolahnya, bahkan sekolah luar juga mengenalnya. Mereka menganggap Garuda itu singa, sang raja. Sedangkan bubuhan yang lainnya harimau sama macan tutul.

"lo kalo ngomong pelan-pelan dong, Glor! lo gak sadar seisi kantin liatin kita?" Tegur Sheara dengan mata melototnya, nada bicaranya rendah namun terkesan menekan. Bagaimana dengan orang yang telah ia tegur? malah asyik sendiri dengan kentang gorengnya yang baru saja tiba. Sedangkan Nela, hanya menggelengkan kepalanya tak percaya, seperti pasrah akan segala perilaku temannya.

   "Ngomogin lo, tuh." Panca meyenggol pundak Garuda sengaja. Lelaki itu telah mendengarnya, perihal suara Glora yang begitu keras. Responnya hanya sekedar wajah tak minat sebelum akhirnya berdiri menyembunyikan telapak tangan pada saku celana abu abunya. Langkahnya diikutin pandangan siswa siswi yang berada di kantin, Sheara dan Nela yang telah menyadari itu duluan makin dibuat panik, tidak dengan Glora yang lagi lagi fokus menyelimi kentangnya.

Plak

   Sebuah telapak tangan penuh urat itu mendarat pada meja makan Glora, membuat gadis yang tengah mengunyah itu sontak menoleh pada asal suara. Nela membuang pandangannya, sok sibuk dengan segala kegiatan tidak penting seperti memainkan rambutnya, begitu juga dengan Sheara yang langsung mengaktifkan ponselnya, entah apa yang ia lakukan dengan handphone nya, hanya sekedar membuka aplikasi lalu menutupnya kembali. Kembali pada Glora yang malah mengedipkan matanya polos, ia menatap bergantian antara tangan berurat di mejanya dan wajah dari sosok pemilik tangan itu. Tak lama tatapannya terkunci saat menyadari lelaki itu meletakkan sebuah permen batang pada meja makannya.

   "Apa apaan bocah konyol ini? ngasi gue permen?" Glora membatin, ia benar benar tak paham keadaan! Tatapannya seolah bertanya apa yang sedang lelaki itu lakukan di hadapannya. Garuda yang masih menatap datar Glora akhirnya melepaskan tangannya, membuat permen batang itu nampak dengan sempurna.

   "Kakak ngasi saya permen?" Konyol. Itu yang dipikirkan semua orang termasuk kedua temannya. Garuda tak bergeming, hingga sebuah panggilan yang membuatnya berlalu meninggalkan tempat itu tanpa minat mengeluarkan kata sedikitpun.

   Di saat itulah Glora menyadarinya, name tag bertuliskan 'GARUDA' yang berada di seragam lelaki tersebut.

   "Mampus gue." Matanya melotot tak percaya, dengan spontan menoleh pada bangku temannya yang kini tak ada penghuninya. Benar saja, kedua temannya itu meninggalkan Glora yang tengah terjebak dalam kepanikannya sekarang.

  "Bye Glor.. gws deh buat lo." Nela merangkul Sheara, berjalan meninggalkan Glora yang masih membuka mulutnya tak percaya. Bodoh, umpat Glora untuk dirinya sendiri, ia sempat memukul sekali kepalanya untuk memastikan ini benar-benar dirinya.






hola! how about "GARUDA" ?? cerita ini udah diimajinasikan dari lama, cuma baru kepikiran buat lebih serius di rilisin, beberapa orang udh pernah baca cerita ini yang sebelumnya saya ketik secara manual lewat buku tulis bergaris. Lumayan banyak orang yang naro minat ke cerita ini, saya sendiri capek kalo mereka (pembaca) udah nanya "garuda mana? gak kamu lanjutin?" "eh kamu gak lanjutin garuda?" hahaha, kadang pertanyaan kayak gitu bikin saya mikir juga, "emang GARUDA itu ceritanya menarik, ya?"

GARUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang