Babak Baru

9 0 0
                                    

Tak terasa tiga bulan telah berlalu semenjak percakapan itu terjadi. Hak asuh kami jatuh kepada Bapak.

Ibu pindah ke tempat tinggalnya yang baru. Tidak jauh dari tempat tinggal kami, hanya saja tidak serumah lagi.

Rasanya tidak enak.

Aku tahu ibu dan bapak tidak akur, bahkan tidak jarang mereka berdua bertengkar di hadapan kami.

Aku dan Randu tidak mempunyai barometer keluarga yang ideal, kami pikir seperti inilah keluarga pada umumnya.

Meskipun demikian rasanya kali ini aneh, tidak ada ibu disini. Hanya kami bertiga.

Rumah terasa kosong, dan bapak agak kerepotan untuk mengatur rumah.

Dapur berantakan.

Bapak berusaha menyiapkan sarapan untuk kami, sambil bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Kami terpaksa berangkat ke sekolah lebih awal karena Bapak bisa terlambat masuk ke kantor.

Meskipun bapak berusaha menyembunyikannya, namun ku tahu ini terasa berat. Sebagai anak kecil aku pun tak mampu untuk menghiburnya, maksudku.. Apa sih yang ku tahu bukan?

Persoalan hati ini adalah masalah orang dewasa. Di saat yang sama Randu mulai merengek.

"Bapak aku kepingin ee...."

"Waduh! Ayo cepet buka celananya!" ujar bapak tampak kocar kacir sambil menaruh tas kerjanya di lantai.

Ternyata sudah terlambat, Randu sudah mengotori celananya.

"Maaf bapak..." wajah Randu terlihat sangat menyesal.

Bapakku yang sangat baik saat itu hanya menghela napas dan berkata

"Tenang saja.. Ayo kita bersihkan lalu berangkat ke sekolah ya.."

Cerita Tentang AyoeWhere stories live. Discover now