⎯prolog

1K 151 15
                                    

Carter, keluarga yang sudah tak asing lagi di dengar oleh sebagian penduduk London. Sebagian lagi, menganggap mereka hanya bocah remaja yang berlagak seperti orang dewasa.

Cukup dikenal, sudah pasti memiliki banyak koneksi di berbagai daerah. Untuk bekerja, tentu saja. Keluarga ini terbilang cukup sulit bergaul dengan orang lain. Mengingat mereka pernah dikhianati dan punya banyak musuh.

Mereka yang baru bertemu dengan keluarga Carter berkata, bahwa tiga pria tampan dan adiknya baik sekali. Membantu orang yang kurang mampu, memberi biaya sekolah untuk anak yang terhambat ekonominya.

Hampir mendekati sempurna. Namun nyatanya, mereka hanya sekedar mengenal nama, bukan sifat asli Carter atau seperti bagaimana kegiatan sehari-harinya.

Salah satu dari mereka masuk ke dalam ruangan kedap suara. Menatap sekitar, memastikan tak ada selain keluarganya yang mendengar ucapan mereka nanti.

"How about Enfield?"

"Better. We killed fucking Jungwoo,"

"Mata-mata memang pantas mati, terutama mereka yang bukan dari Inggris."

"Gimana soal mayatnya?"

"Seriously Trevor? Lo masih mikirin gimana cara bangkai mata-mata itu tidur dengan tenang?" ujar Jeffery, adik ketiga dari Carter.

"Dia juga manusia."

Pintu terbuka, menapakkan perempuan yang menunjukkan wajah ceria seraya membawa kotak yang sudah dibungkus kertas ulang tahun.

Lalisa, anak terakhir dan satu-satunya perempuan di keluarga Carter. Temannya pernah bilang, pasti enak jika punya kakak laki-laki, selalu dijaga dan dimanja olehnya. Tapi bagi Lisa tidak. Justru dia seperti budak sebab ketiga kakaknya yang selalu memberi perintah seenak hati.

"Guess what i brought?"

"Cepat, Lis. Kita tak ada waktu hanya untuk mendengar ocehan sampah mu itu,"

"Shut up, Jeff."

"Tara!"

Ia menunjukkan kotak tersebut yang diisi oleh kepala Jungwoo. Ya, hanya kepala Jungwoo. Dan itu hanya Lisa yang mengeksekusinya.

"Fuck, Lalisa. Ngapain lo motong kepala dia?"

"Oh, siapa yang nembaknya miring sedikit kalau bukan lo, Jeffery? Dia masih sadar setelah kalian tinggal."

"Habis ditembak jantungnya, gue potong kepalanya. Trevor you need proof, isn't it? Dan ini buktinya."

"You mad?"

Lisa mengendikkan bahunya, "Gue gak ngerasain apa-apa setelah ngebunuh."

"Mau diapain kepalanya?" tanya Theo

"Ya dikubur lah. Masa gue makan,"

Sang ketua pun menghela napas pelan sambil mengusap wajahnya sebelum berkata, "Suruh Jimin yang kubur, dan lo pergi cuci tangan."

"Okay, captain!"

Ketiganya menatap Lisa seolah menunggu agar adiknya keluar dari ruangan tersebut. Dan ya, benar saja. Trevor, si ketua, mulai memulai rapat sebenarnya.

"Okay. What's new, Trev?"

"Siapa pemilik casino yang gak mau kerja bareng sama kita?"

"Mckay, from Scotland. Pindah ke London waktu mau ngelahirin anak keduanya," ujar Jeffery

"Jadi mereka nolak karena takut penghasilannya dibagi dua rata sama kita?"

Keduanya, Jeffery dan Theo mengangguk, "Siapa yang nolak? Anak perempuannya?" tanya Trevor

Maxious Bunch [taennie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang