kesatu.

1.2K 108 13
                                    


Suara musik jazz santai mengalun melalui speaker cafe, beradu dengan rintik hujan gerimis yang tak menunjukkan tanda akan mereda dalam waktu dekat. Sungguh cocok dipadukan dengan kopi susu panas di sore hari, seperti yang terletak di meja depan tiga sekawan– Hyunjin, Changbin, dan Minho.

"Kayaknya hujannya bakal lama." Hyunjin berucap gusar, niatnya kesini untuk mendapat semangat dengan bercengkrama dan bertemu teman lama hampir pupus sudah karena cuaca yang sendu, sungguh tak mendukung sama sekali.

"Yaudahlah Hyun, anggep aja bonus lo gratis ngobrolnya lama sama kita," balas Minho yang terduduk di sebelah Changbin, sesosok lain yang masih sibuk membalas pesan rekan kerjanya lewat ponsel. "Cuaca tuh kayak gini biar kita bisa istirahat ngobrol-ngobrol, bukannya masih sibuk kerja."

Minho lalu terkekeh dengan Hyunjin, sesap kopi susunya sambil bersandar ke kursi. Sedangkan Changbin– yang disindir, melirik ke arah keduanya bergantian, lalu tersenyum cengengesan dan menyimpan ponselnya ke kantong celana.

"So, how's life?" Changbin kemudian melanjutkan percakapan, menyilangkan kedua lengannya di depan dada dan mengangkat satu kakinya untuk bertumpu di paha.

"Kerjaan baik-baik aja sih, kayaknya divisi gue bakal buka lowongan anak magang gitu. Kalo percintaan.. buruk anjir, gue barusan putus bulan lalu." Hyunjin menjawab pertanyaan Changbin sambil melepas kacamata yang tertengger di hidungnya sejak tadi, dan memijat pelipisnya sedikit setelah melipat kacamatanya. "Anyway, pamer bisep lo? Maniak gym dasar," lanjutnya.

"Iya, lah!" Changbin tertawa, memamerkan otot bisepnya dengan pose ala-ala binaragawan yang disambut tampang jijik Hyunjin dan Minho. Hasil rutinnya di gym setahun ke belakang mulai menunjukkan hasil signifikan, otot-ototnya tercetak jelas dibalut kemeja kantor lengan panjang yang dipakainya.

"Lo kenapa putus deh, Hyun? Pacar lo yang blasteran itu kan? Felix?" Minho menyesap kopi susunya lagi, "belum sempet dikenalin ke kita udah putus aja."

"Mmm," Hyunjin menyilangkan lengannya di depan dada, sambil juga menyesap kopi susunya. "Dia harus ke Australia buat lanjut studi, terus kayaknya kita gak cocok long distance gitu, deh. Berantem mulu, sekarang udah putus sebulanan lah.."

Changbin mengangguk-angguk dengan Minho, "Semangat, bro! Masih banyak ikan di laut."

"Ikan apaan, anjir. Felix manusia bukan ikan!" jawab Minho sambil memukul lengan Changbin.

"Ya manatau Felix keturunan mermaid.."

Hyunjin menghela nafas sambil terkekeh, sudah lama tak mendengar celoteh berisik kedua teman lamanya ini.

"Enough about me, kalian gimana? How's life?"

"Ya sama, sih.. bisnis gue mulai profit beberapa bulan ini, udah lumayan lah buat bisnis kecil-kecilan. Gue juga seneng-seneng aja sih ngelakuinnya. Percintaan baik-baik aja, masih sama yang lama– btw, gue punya surprise!" Minho meletakkan gelas kopi susunya di meja, mengelap bibirnya dengan tisu dan merogoh tasnya untuk meraih ponsel. Tak lama ia mengutak-atik benda pipih itu, dan tak berapa lama kemudian, ponsel Hyunjin serta Changbin berbunyi. "Done sended, udah masuk kan?"

Minho dengan matanya yang berbinar menunggu reaksi kedua sahabatnya yang sedang mengecek ponsel mereka masing-masing.

"Fuck, lo sama si kampret beneran mau nikah? Dua bulan lagi?!" reaksi kaget Changbin menuai ekspresi puas dan senang dari Minho.

"Bener, Seo Changbin. Plus, stop manggil Seungmin aneh-aneh," jawab Minho.

Hyunjin memang terkejut, namun hanya kaget karena akhirnya salah satu dari mereka akan menikah.. bukan seperti Changbin yang entah kenapa sejak awal hubungan Minho dengan Seungmin dua tahun lalu sedikit menunjukkan gelagat tak suka.

Concupiscent 《hyunjeong》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang