ketiga.

621 67 21
                                    

"Jeongin, kamu gak siap-siap?"

Yeji menggeser kursinya mendekat ke Jeongin, seraya menekan tombol mati pada laptopnya dan memasukkan barang-barang bawaan ke tas.

"Eh? Siap-siap.. pulang?"

Jeongin menjawab hati-hati– maklum, kan dia masih anak magang, hari pertama pula. Mana mungkin Jeongin berani bertindak ingin pulang duluan meskipun sejak setengah jam lalu matanya sudah terpaku pada jam dinding. Kaki Jeongin sudah pegal berjalan mengitari seluruh kantor, menyapa divisi-divisi lain dan spot-spot penting kantor bersama dengan Yeji, karena Hyunjin katanya sedang tak bisa diganggu.

Yeji, Beomgyu, dan Yuna. Jeongin juga baru berkenalan dan bertukar sapa dengan rekan setimnya. Sekat tinggi yang memisahkan bagian Hyunjin dengan mereka buat si jangkung tampan tak terlalu mudah untuk dapat dilihat dari kursi Jeongin.

"Lho, Pak Hyunjin belum kasih tau kamu? Di hari pertama tuh kita ada tradisi makan malem bareng setim."

Jeongin menggeleng pelan, mengingat-ingat kembali perkataan Hyunjin hari ini yang tak sekalipun menyinggung mengenai makan malam bersama tim.

"Udah di book kan, Yeji? Eh– Jeong, kamu udah saya kasih tau kan tadi?"

Tiba-tiba saja, Hyunjin sudah menenteng tasnya dan berjalan ke arah meja mereka. Jeongin menggaruk kepalanya yang tak gatal, menggeleng perlahan, "be– belum..".

"Eh ya ampun, sorry ya Jeongin. Kita ada tradisi makan malem bareng buat nyambut anak baru, kamu ada kegiatan gak habis ini? Bisa ikut, kan?" Hyunjin menepuk keningnya, mendesah kesal karena kesalahannya.

Padahal, Jeongin rencananya akan membuat konten terbaru malam ini. Ia tadi sempat berpikir bahwa membuat konten dengan seragam kantor formal pasti bagus.

"Nggak ada, kok.. bisa.." Jeongin memaksa senyum tipis pada bibirnya, disambut hembusan nafas lega Hyunjin dan Yeji. Hyunjin segera memimpin langkah mereka keluar dari ruangan divisi, disusul Beomgyu dan Yuna yang sedikit terlambat di belakang.

"Naik mobil saya aja, ya."

"Yes! Kapan lagi naik mobil pak bos!"

Hyunjin terkekeh, dasar anak-anak. Memang umur mereka hanya berbeda tiga sampai empat tahun, namun karena posisinya lebih senior, ia sering memanggil mereka dengan sebutan anak-anak. Mereka juga suka sekali memanggil Hyunjin dengan sebutan pak bos secara sarkas.

Tak butuh waktu lama, mereka berlima segera sampai di restoran barbeku langganan Art & Creative sejak lama. Jeongin perhatikan gerak-gerik rekan setimnya yang tampak rileks dan sudah biasa, segera mencari meja kosong dan memesan daging serta minuman.

"Chief Chan ikut gak, bos?" tanya Yeji, menanyakan keberadaan atasan mereka yang sesungguhnya– Chief, yang juga seharian ini tak nampak di kantor.

"Nggak, extend business trip di Busan sehari. Katanya ada urusan urgent tambahan," jawab Hyunjin sambil menggeleng.

"Ih, sayang banget! Padahal udah kangen liat muka gantengnya, kena asap bakar daging.. uh, hot!" timpa Yuna, mengeluarkan ekspresi masam-masam dan malu, buat yang lain keluarkan ekspresi jijik.

"Tau diri anjir, minimal jaga image depan anak baru, lah!" Beomgyu lalu mencubit lengan Yuna, dibalas juluran lidah iseng.

"Biarin! Kan biar Jeongin tau kalo Chief kita itu Chief paling ganteng senegara! Biar kamu tau ya Jeongin, pas pertama kali aku liat Chief Chan, wiih.. gak mau pindah lagi! Betah banget, apalagi Chief Chan baik.."

Concupiscent 《hyunjeong》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang