7.7

190 28 0
                                    

Entah dini hari pukul berapa sayub-sayub Chaeyoung merasakan keributan dari luar kamarnya.

Chaeyoung yang baru tidur 2 jam lalu mencoba untuk sadar sepenuhnya.

Kemudian dia melangkahkan kakinya untuk keluar. Saat akan membuka pintu, ibunya lebih dulu membuka pintu kamarnya.

"Astaga, ibu membuatku kaget" pekik Chaeyoung.

"Shh kecilkan suaramu. Kita harus kabur" kata ibunya kemudian menarik Chaeyoung keluar kamar.

Ibu dan Chaeyoung mengendap-ngendap.

Jujur saja Chaeyoung belum tau apa yang sedang terjadi.

"Ibu, kegaduhan apa ini?" tanya Chaeyoung.

"Salah satu pesaing ayahmu datang dan membuat keributan"

Sudah bukan satu atau dua kali ketika rumahnya diobrak-abrik orang asing. Ayahnya yang merupakan pengusaha ilegal memang biasa mendapatkan masalah seperti ini.

Hanya saja menurut Chaeyoung ini yang terparah.

Karena ia harus kabur dan bersembunyi.

"Tangkap dia!" suara salah satu penjaganya.

Kemudian suara benda tumpul saling berbentur membuat telinganya tidak nyaman.

Gaduh, gaduh, dan gaduh.

Sampai,

Tak!

Sial! Benda tumpul apa yang mengenai dahi Chaeyoung?

"Chaeyoug-ah!" pekik ibunya saat melihat Chaeyoung terduduk.

Tangan Chaeyoung bergerak ke arah dahinya. Perih. Dan darah benar-benar keluar dari goresan didahinya.

"Aku tidak apa-apa, ibu larilah lebih dulu" kata Chaeyoung. Ia tidak mungkin membiarkan ibunya tertangkap.

"Tidak ibu ak-"

Brak!

Kursi kayu melayang dan menabrak tubuh ibunya. Membuat ibu Chaeyoung tersungkur dan kepalanya menabrak dinding. Pingsan.

"Ibu!" sekarang gantian Chaeyoung yang memekik.

"Astaga bagaimana ini?"

Chaeyoung bingung. Kepalanya pusing karena benda tumpul sialan itu. Dan sekarang ibunya pingsan.

Chaeyoung bergerak untuk mencoba menyeret ibunya ke tempat yang lebih aman sampai,

Chaeyoung mendongakan kepalanya, saat melihat bayangan seseorang ada didepannya.

Seorang lelaki yang menggunakan setelan hitam bangsawan dan menutup setengah wajahnya menggunakan kain.

Hanya dua matanya yang terlihat.

Lelaki itu berdiri didepan Chaeyoung. Chaeyoung sendiri memeluk ibunya yang tengah pingsan, "Apa yang kamu inginkan?"

Lelaki itu hanya diam dan kemudian memiringkan kepalanya. Ia tersenyum, dilihat dari matanya yang menyipit.

Chaeyoung bergidik ngeri. Chaeyoung menelisik tubuh lelaki itu. Dia tidak membawa apapun seperti benda tajam atau sejenisnya. Tangannya kosong. Namun telah bersimpah darah.

Lelaki itu perlahan bergerak mendekat. Chaeyoung semakin memundurkan tubuhnya dengan masih menyeret tubuh ibunya.

Terus mundur hingga tubuhnya terjebak pada tangga rumahnya. Jika terus dilakukan maka Chaeyoung akan berguling ke bawah.

Karena ia dilantai dua sekarang.

Lelaki itu semakin dekat, dekat dan dekat.

Kemudian ia berjongkok tepat didepan Chaeyoung dengan jarak yang cukup dekat.

Blood, Sweat and TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang